Wednesday 10 April 2013

BPPT: Energi Panas Bumi Efisien Untuk Listrik

Kategori: (OJT)
15:48 Senin, 23 Juli 2012

Jakarta, 23/7 (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menilai energi panas bumi lebih efisien untuk pembangkit tenaga listrik karena menggunakan uap yang telah tersedia.

"Energi panas bumi tidak merusak lingkungan, seperti penambangan batubara dan tidak terganggu oleh cuaca karena masalah transportasi," kata Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Unggul menambahkan, energi panas bumi lebih bersih karena tidak melepaskan polutan seperti Sox dan Nox ke udara.

"Selain itu, energi panas bumi juga tidak memberikan emisi CO2 yang bisa memberikan kontribusi ke pemanasan global," kata dia.

Dia menjelaskan sumber energi panas bumi lebih berkelanjutan selama lingkungan di sekitarnya dijaga dan dipelihara.

Pernyataan tersebut menyusul kebijakan pemerintah yang menaikkan harga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik panas bumi.

Pemerintah baru memanfaatkan lima persen dari 40 persen dari cadangan potensi panas bumi dunia yang dimiliki Indonesia karena berada di jalur cincin api.

Kenaikan tarif listrik tersebut bergerak dari 9,7 sen dolar AS menjadi 10-17 sen dolar AS per killowatt hour (kWh) dengan konsumsi energi nasional yang tumbuh sebesar enam persen per tahun.

Energi panas bumi dikenal lebih hemat dari energi fosil karena bisa berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 29.038 MW atau setara dengan 1,1 juta barrel minyak per hari.

Kurang efektif

Namun, menurut Unggul, pembangkit listrik dari energi fosil lebih efektif karena dapat dibuat dalam skala yang lebih besar dan tidak tergantung energi setempat.

"Sebagian besar potensi sumber panas bumi ada di pegunungan, akibatnya jaringan pengiriman listriknya cukup mahal karena jauh dari konsumen. Selan itu, energi panas bumi hanya bisa dipakai di tempat sumber panas bumi dihasilkan, tidak bisa dipakai ditempat lain yg jauh," katanya.

Dia menejelaskan, energi fosil seperti minyak bumi dan batubara yang bisa dibawa ke mana saja dan diperdagangkan, sehingga untuk daerah yg tidak punya sumber energi apapun bisa menggunakan energi minyak bumi dan batubara.

Unggul menambahkan pelaksanaan mekanisme energi panas bumi seringkali terbentur dengan hukum dan peraturan-peraturan di bidang lain, seperti hutan lindung dan hutan konservasi.

Menurut Anggota Komisi VII DPR RI Dewi Aryani, pemerintah perlu membuat kebijakan yang menyeluruh tidak secara pasrsial karena energi merupakan sektor yang menjadi patokan pembuatan kebijakan lainnya.

"Pemerintah harus segera menentukan sikap karena cadangan energi fosil yang semakin menipis mengingat permintaan terhdapat energi tersebut kian meningkat," katanya.

Dia berharap pemerintah dapat bekerjasama dengan negara-negara lain dalam telah sukses mengelola energi baru terbarukan, seperti panas bumi.

***3***

T.SDP-54
(T.SDP-54/B/A025/A025) 23-07-2012 15:48:29
Daerah : Jakarta (JKT)


P.S: Ini tulisan yang gue janjiin di postingan sebelumnya

Wednesday 3 April 2013

Yeay






Huehehe, Jadi ceritanya gue jadi salah satu nominator ajang penghargaan di bidang jurnalistik. Kenapa nominator? Karena yang jadi juara cuma satu, juara dua dan tiganya disebut nominator. Gue masuk di kategori “online” dan itu adalah piala pertama yang gue dapet selama hidup gue haha. Soalnya, gue seringnya dapet piala yang “Mira” alias Milik Rame-rame, palingan seputar lomba berkelompk, macam teater, paskibra, pramuka, gerak jalan, tarik tambang dan lainnya.

Gak nyangka juga bakal masuk nominasi, soalnya pas dikasih tau lewat email ada sekitar 14 nominator yang menurut gue “ah udahlah gak usah ngarep terlalu banyak”. Pas datang ke acara penganugerahannya, dikira gue bakal disebutin tuh 14 nominator, baru nanti dibacakan siapa pemenangnya, gak taunya cuma tiga nominator aja dan ada nama gue di situ. Gue sih mesem-mesem aja “weits nama gue disebut, menang apa kagak, yang penting kesebut dulu aja” haha. Eh gak taunya, udah tiga nama ditampilkan dan disebut, ketiga yang punya nama itu disuruh maju ke atas panggung untuk menerima penghargaan.

Kaget juga gue. Pas gue maju, sempet salting hahaha, siwer sama lampu sorot dan blitz kamera. Senyum gue juga ah pasti garing banget deh. Dan yang gak bikin nyangka, tulisan yang menang itu adalah tulisan yang “juru kunci” lah buat gue. Gue kirim tiga tulisan, yang gue niatin banget malah gak dapet, yang kedua juga enggak dan yang ketiga ini karena keingetan aja “kayaknya gue pernah bikin tulisan seputar energi deh”. Dan itu pun ditulis pas masih magang, kode gue aja masih SDP haha. Nulisnya juga cuma iseng-iseng telfon orang BPPT pas liburan di rumah. Gak nyangka tulisan itu yang bikin kepincut juri.


*ini dia yeayy 
Malem itu gue seneeeng banget, bahkan gue sempet berujar “it’s my night” meski gak raih juara I. Gue ke acara yang biasanya gue pergi buat liputan, ini malah dihibur, main angklung plus ada band kesukaan si Miltha ahaha.  

Setiap hasil, pasti ada proses dan perjuangannya. Gue sempet berpacu dengan waktu karena ngirim di hari terakhir dengan mengojek ke kantor pos di Lapangan Banteng gara-gara pos di kantor gue lagi gak bisa melayani buat pengiriman. Lah buat apa donk? 

Beberapa hari kemudian, saldo rekening gue bertambah dan gue dapet ini.. Yihaa... hahaha


Setelah itu, gue jadi semangat buat ikut lomba lagi hehehe...Gue juga sempet ikut lomba lagi dan temanya lebih parah tentang Angkatan Laut, tapi sampai saat ini belum ada pengumuman. -__-

P.S: Nanti share juga ya tulisan gue itu hehe..
       Yang punya majalah Tempo edisi sekitar 9 Novemeber 2012, boleh diminta ya..kata temen ada foto gue di situ hihi.   

To Thank God

Belakangan terakhir lagi ramai celetukan penyanyi kondang Anggun C Sasmi yang bilang kira-kira begini "Hidup itu gak semulus pahanya Cherry Belle". Memang betul, kalau kita perhatikan sebagai suatu kendala, muncul saja tidak berhenti-henti di waktu kapanpun dan dalam bentuk apapun. Misalkan, ketika masalah pekerjaan sudah terselesaikan, ada saja misalnya masalah dengan orang sekitar, rumah tinggal dan banyak lagi kalau kita mau urutkan satu per satu. "Kayaknya adaaa ajaa" kalau kata orang-orang kebanyakan seperti itu hehe. Tapi, beda lagi memang kalau kita lihat itu sebagai suatu tantangan. Itu semua terasa berkah.  Memang, men-switch dari bencana ke anugerah itu sulit dan gondok di hati. But let the breeze blow to you, meski di Jakarta susah banget dapet breeze yang ada kesemprot asap Kopaja.

Kayak beberapa waktu lalu, gue belajar sesuatu (it has nothing to do with Syahrini, anyway). Gue disuuruh liputan mendadak (lagi dan lagi) ke Museum Joang di Cikini pukul 11.00, sementara gue dikasih taunya pukul 12.30. Gubrak! Dan setelah itu gue liputan ke DPP Partai Hanura daerah Tanjung Karang yang agak muter dari lokasi sebelumnya. Pas balik kantor, handphone gue ngadat deh, batrenya udah buncit. Dan gue belum kunjung mentranskrip rekaman dan belum ada berita dari Hanura yang gue buat. Tetiba, keadaan kantor agak panik, gue liat Wapemred mondar-mandir. Gue sebenernya udah ngambil tempat komputer yang paling ngumpet eh akhirnya dia nyamperin gue dan berkata:

"Juwita, kamu bisa kan jalan ke Istana?" 
"Ngapain Pak ke Istana? Lho, gak apa-apa saya pakaiannya begini (Jeans+jaket)? (Kalau liputan di Istana harus rapi pake kemeja dan celana bahan)
"Gak apa-apa"
"Ada apa Pak di Istana?"
"Kebakaran!"

Temen-temen gue yang tadi bergosip pun pada diem, mereka mungkin ngerti gue lagi riweuh gara-gara handphone eh disuruh mendadak liputan, kebakaran, istana lagi yang kebakarnya. Padahal di situ ada Yuni, temen satu desk politik, yang terang-terangan keliatan. Yaudah, gue ke bawah naik ojek dan sempet berantem juga tuh sama tukang ojek dan berhenti di halaman Istana Merdeka. Gue ngikutin tiga fotografer yang juga tidak mengindahkan pertanyaan gue yang panik. Bodo amat, gue berani-beraniin minta nebeng abisan gue gak tau musti kemana.

Nyampe di lokasi, mereka malah mau naik ke gedung badan penanggulangan bencana apalah itu buat ngambil gambar. Gue langsung nyebrang dan ketemu temen-temen wartawan yang gue kenal. Mereka gak bisa masuk karena gak punya id pers istana, yang boleh masuk cuma wartawan istana aja. Yaudah gue wawancara sebisanya ke pihak kepolisian sama suku dinas kesehatan Jakarta dan selanjutnya melakukan telepon interaktif dengan Pak wapemred. Udah agak lama, Jokowi pun dateng terus gue juga sempet wawancara Kapolda Metro Jakarta meski ujungnya ditegor karena enggak tau itu kapolda hehe.

Setelah konfrimasi ke Wapemred gue boleh balik apa enggak, ternyata boleh. Alhamdulillah. Akhirnya gue balik bareng anak Antara TV, lumayan kagak ngongkos. Sampe kantor, pas ngaca udah deh sekucel-kucelnya muka, laper pulak. Ternyata kantor udah ngebeliin nasi padang sama beberapa kaleng biskuit Kong Ghuan haha Alhamdulillah. *jogeddora

Di satu sisi, saya dapat pengalaman bagaimana meliput peristiwa hectic yang biasanya diskusi santai, terus saya juga dikasih kesempatan buat menebus dosa karena gak wawancara Pemred dan buat berita barunya.  Yuni juga bersyukur karena dia tidak terseret dalam jerat liputan meski jelas-jelas terlihat dan dia menuliskan yang kira-kir begini di status BBM-nya, "Thanks JC, I feel Your protection".

We both said "Thanks God"

P.S: postingan ini ditulis beberapa waktu lalu.