Ini adalah
malam kedua saya berada di kamar kost baru saya di daerah Gang Kelinci, Pasar
Baru, Jakarta Pusat. Ya memang, daerah ini lumayan terkenal karena ada lagunya,
“Gang Kelinci”. Saya sih lupa siapa yang pertama menyanyikan lagu itu, hanya
ingat Agnes Monica lah yang mengenalkan lagu itu kepada saya di acara lagu anak
Tralala Trilili. Kawasan ini merupakan kawasan multikultural, yaitu berbagai
etnis dan budaya menyatu disini. Ada China, India (Tamil), Jawa, Sunda, Padang,
dan penduduk asli Betawi. Namun, memang suku Tionghoa mendominasi disini.
Tidak mudah
memang, melakukan suatu perpindahan. Yang kita lihat, itu hanya bungkusnya
saja. Nampak semua fase seperti Honeymoon Period, walaupun saya lebih suka Honeymoon On Ice hehe. Ternyata tidak. Setiap orang
yang pernah pindah karena suatu hal, pasti mengalami perasaan yang campur aduk.
Pasti muncul pertanyaan dalam batinnya, seperti “Kok seperti ini ya?”, “Kok
berbeda ya?”, “Kalau mau beli makan kemana ya?”, “Apakah disini aman?”, “Apakah
perilaku saya diterima disni?”. Banyak sekali kemelut pertanyaan yang seperti
itu. Ya, setidaknya berdasarkan
pengalaman saya.
Katanya,
orang pandai adalah orang yang mampu beradaptasi dengan cepat. Entah saya dalam
kategori itu apa bukan. Tentunya, ini bukan kali pertama saya merasakan pindah
seperti ini. Pertama kali waktu itu, ketika saya pindah dari Serang ke Bandung
untuk mengejar studi S1 saya. Jadi teringat dimana saya hanya bisa menangis
ketika ingat adik- adik saya di rumah, Ibu, Bapak, dan lingkungan rumah saya.
Merupakan hari- hari pertama yang amat berat, mengingat belum pernah merasakan
seperti ini sebelumnya. Dan itu mengajarkan kepada saya bahwa sangat berartinya
rumah dan keluarga di dalamnya. Betapa nyaman luar biasa bisa berada di tengah-
tengah mereka. Dan rasa itu meruntuhkan dinding ke-idealisme-an saya di masa-
masa beranjak dewasa yang sempat ingin meninggalkan rumah karena merasa tidak bebas. Namun, perlahan saya bisa menyesuaikan diri, dengan lingkungan
sekitar, dengan budaya yang berbeda, bahasa, makanan, dan sebagainya. Sampai
ketika saya ingin bertahan di Bandung. Merasa betah disana.
Namun, saya
harus meninggalkan Bandung. Tempat dimana saya menimba ilmu, berbagi tawa dan
duka, semuanya. Bandung terlalu indah buat saya untuk dilupakan begitu saja,
ribuan cerita tertinggal disana dan terbawa kesini. Musik, padang rumput, sejuk, temaram, rindang,
burung- burung kertas, sangat romantis. Yes, Bandung is my nest. And I must
leave it (soon).
Mungkin
harus seperti ini. Hidup harus dihadapi, jangan diratapi. Seperti yang ada
dalam pemahaman saya, “Jangan betah di zona aman!”, “Zona aman= zona bosan”. So
many things out there on earth to be learnt. Walau tidak mudah, saya akan terus
berusaha, menjalani setiap detiknya, terus bersyukur dan bersyukur, maka rasa
bahagia akan seketika menjalar ke seluruh pembuluh darah. Apa sih yang engga
buat mimpi?
For our
togetherness, for our laugh, for our future.
“Some men
are just in pursuit of a better life, others want shortcut. New adventure, new
life, new people” – Love Begins
1 comments:
Have a blast, dear! Taklukan Jakarta! :) (from "gue" to "saya", well it's also a nice mooove! heheh)
Post a Comment