Saya sudah
pindah kost sekitar dua minggu yang lalu. Padahal awalnya saya kuatir akan
melanjutkan kost di sana lagi lantaran kost baru yang akan saya tempati di
daerah Kramat Lontar sudah ada yang penghuninya. Sial memang ketika jumlah uang
muka yang hanya puluhan ribu mengalahkan logika penjaga kost itu. Akhirnya,
minggu pagi yang ajaib itu saya menemukan kost ini. Ajaib memang, hanya ada satu
kamar lagi yang kosong. Tanpa pikir panjang saya memutuskan akan pindah hari itu
juga.
Ada empat
lantai di kost ini dan saya menempati lantai tertinggi itu. Perlu tenaga ekstra
untuk naik dan turun tangga setiap harinya. Jadi lebih teliti memeriksa barang-
barang sebelum keluar kost, karena kalau misalnya kunci ketinggalan, saya harus
berpacu dengan puluhan anak tangga itu, naik dan turun lagi. Terlebih, jarak
yang harus saya tempuh ke “sekolah” lebih jauh. Biasanya hanya lima menit jalan
kaki dari kost yang dulu, sekarang 15
menit. Tak apa, sehat hehe (alibi).
Selain
hargan sewa perbulannya masih terjangkau untuk saya, ada yang saya suka disini. Di balik jendela koridor
lantai ini terlihat puncak lidah api Monumen Nasional ( Monas), kubah Masjid
Istiqlal, dan Gereja Katedral. Sesekali ada kereta yang pergi dan menuju Stasiun
Juanda yang jaraknya tidak terlalu jauh juga. Suara klakson dan desingan kereta
pun seringkali terdengar, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu saya. Tidur
saya masih nyenyak buktinya hehe.
Saya juga
terkejut ketika pagi menjelang setelah malam pertama saya tidur di kamar nomor
34 itu, saat itu saya hendak ke kamar mandi dan mata saya disibakkan oleh
semburat cahaya matahari di ufuk timur sana, terselip oleh gedung- gedung tinggi.
Saya suka itu, matahari yang merah dan besar seperti buah tomat. Senyum saya
tak terhindari walau mata ini masih menyipit. Alhamdulillah.
Ketika saya
pulang sekolah, saya juga menyaksikan cahaya si matahari tomat itu yang
terselip gedung- gedung tinggi. Perjalanan yang kira- kira hampir 1 km itu
dengan berjalan kaki ditempuh dengan lagu tra..la..la..la di kepala saya ini.
Saya beruntung kost ini tepat sekali di samping masjid. Suara adzan dan
shalawat memang ampuh menyejukan hati ketika masalah memang tak bisa dihindari.
Juga, suara- suara surau mengingatkan masa kecil saya. Teringat tentang mengaji
bersama, bermain ketika bulan ramadhan, dan idul fitri. Momen yang tak
terkalahkan di hati saya.
Tempat
tinggal baru, teman baru, pekerjaan baru, tantangan baru, semangat baru, terus
tersenyum dan menyetel lagu- lagu yang tak pernah berhenti di kepala saya ketika
masalah hanya ikut- ikutan saja di pundak ini.
Kata- kata
saya kaku ya? Haha. Saya masih sangat pemula untuk menulis yang kata- katanya
indah mengalun merdu, sementara teman- teman sepelatihan saya banyak sekali
yang jago menulis. Mau bukti? Coba deh cek ini lensasusdape17.wordpress.com atau
boleh juga kok mengecek kumpulan berita yang saya buat di
senjadibandara.wordpress.com
Comments
are opened.
Saya sedang buru- buru, tidak bisa menjelaskan satu per satu gambar ini. You know pictures could talk so much :)
0 comments:
Post a Comment