Milta,
mungkin sekarang ini kamu masih di dalam pesawat atau sudah sampai? Sahabat saya
ini memang gemar membuat saya penasaran. Sampai keberangkatannya saya tidak
dikasih tahu kemanakah dia akan pergi. Saya dibuat bertanya- tanya. Dia cuma
ngasih saya petunjuk kalau dia akan ke luar negeri. Wah, saya senang sekali mendengarnya
siapa tau dia ke negara- negara di Eropa Utara sana, Skandinavia. Mimpi kita.
Imajinasi saya mulai liar, padang rumput, lembah, bukit, mantel, topi bulu-
bulu, Bohemian scarfs and skirts, dan folk. Dia akan menikmati semua itu
mengawinkan musik dengan alam.
Dari hari
ke hari saya penasaran, dia bersikeras tidak mau memberitahu katanya takut dibilang 'riya'. Kau ini, sama saya saja masih begitu,
awas kau dicubit Remedy baru tau rasa haha. Sampai pada saat saya membuka
blognya, saya baru tahu kemana dia akan pergi. Sesaat itu pula dia memberi tahu
lewat pesan singkat meminta doa agar semuanya lancar. Dia pergi menjemput
panggilan-Nya ke tanah suci. Sungguh, ini lebih dari yang dibayangkan. Lebih
dramatis dari yang di Skandinavia. Imajinasi saya meleset. Terlalu liar.
Terlebih,
dia mengharap saya mendoakan agar dia dan si ‘the guy’, siapapun pria beruntung
itu untuk menjadi muhrim selamanya. Oh Tuhan, sahabat saya ini sudah besar. Perasaan
saya campur aduk. Saya bahagia sekali mendengar kabar baik itu, sampai saya
tidak tahu saya harus apa. Saya menangis. Menangis untuk kebahagianmu. Saya tahan sekuat mungkin agar air mata ini tidak
terjatuh ketika kau memberitahu ini di kelas. Tercekat itu memang tidak enak,
jadi keluar juga.
Maaf saya
tidak bisa bertemu denganmu akhir pekan lalu, padahal sudah saya rencanakan ke
Bandung. Pekerjaan memang selalu menang, saya juga heran. Saya rindu kamu,
Milta. Rindu memburu gigs, membuat yang lain memandang sinis ketika kita makan
bareng datau mengobrol akbrab dengan para personel itu, Fettuccine, nasi goreng
kamu tidak lupa itu kan? menyeruput kopi di warung pinggir jalan, mengabaikan umpatan pelan mereka ketika mengobrol dengan bahasa inggris di angkot, berdiskusi
tentang musik politik budaya sampai surga dan neraka, berdebat hebat tentang apa itu sebenarnya musik folk, duduk
di rumput bermain gitar juga meneriakan “I didn’t understaaaaaaaaaaaaaaaand” kepada
pinus- pinus di De Ranch sebagai protes kita terhadap perspektif ‘mereka’ yang
mayor. Ya, kita memang minor.
Kamu tidak
lupa bawa amunisi kan? Pasti kamu bawa Grizzly Bear, Bon Iver, Fleet Foxes,
Local Natives, Andrew Bird. Sebenarnya lagu- lagu itu lebih cocok diputar di
Skandinavia. Saran saya kamu bawa “The Middle East” dan lagu- lagu yang ada di
playlist Remedy. Oh iya ya kamu disana kan mau ibadah hehe. Saya rasa kamu cerdik menangkap hal menarik disana. Apapun itu, pamerkan kepada saya ya. Kamu tau sekarang saya
sedang dengar “In The Aeroplane Over The Sea” nya Matt Pond PA.
"And one day we will die
And our ashes will fly from the aeroplane over the sea
But for now we are young
Let us lay in the sun
And count every beautiful thing we can see
And our ashes will fly from the aeroplane over the sea
But for now we are young
Let us lay in the sun
And count every beautiful thing we can see
And we meet
on the cloud, we’ll be laughing out loud."
Sudah 7.30, saya harus bersiap ke sekolah supaya bisa keliling dunia juga hehe. Maksimalkan ibadahmu disana, selipkan doa untukku, ya Milta.
0 comments:
Post a Comment