Monday 29 July 2013

Liputan Ekonomi Makro

Gue baru abis nulis berita ekonomi nih. Laporan kinerja keuangan bank. Pusiing banget. Oh iya yah, gue belum cerita kalo gue udah pindah ke lantai 20 lagi, pindah desk ke ekonomi MAKRO! Kenapa gue gedein itu tulisannya karena nulis berita ekonomi makro gak gampang cuy, bagi gue. Inflasi, nilai tukar dolar AS-rupiah, suku bunga Bank Indonesia, pasar valas, IHSG, laba bank, pembiayaan, LDR, CAR, semua deh. mampus gak lo ada istilah LDR, gue kira Long Distance Relationship gataunya Loan to Deposit Ratio hadehh. Nih gue abis ngerjain beritanya yang macam begitu, pas bulan puasa, bulan puasa! Nulis berita ekonomi makro di bulan puasaaaa, saripari tubuh gue kayak menyublim tau gak sih? Bagai pengharum ruangan yang di bus-bus kota itu, menciut dan kagak ada wangi-wanginya.

Emang iya sih, for me it's too jetlag soalnya gue biasa di desk hura-hura, liputan konser, santai liputan kesehatan, jalan-jalan atau test drive liputan otomotif, ini BREG dihadapkan dengan angka-angka ghoib! Subhanallah. Intinya sih, liputan ekonomi sama politik itu udah kayak ngurusin negara. Cadangan devisa yang berkurang kenapa gue jadi ikutan pusing, Tapi, untungnya di desk ini orangnya gak resek, maksud gue orang-orang sekantornya, baik manajer, korlip atau kakak-kakak senior. Tapi, tetep aja sih kalo ketemu wartawan ekonomi media lain, apalagi gue anak baru pasti dijutekin hahaha. Tapi lagi, liputan ekonomi itu kayak orang kantoran, liputannya pagi dan sabtu sama minggu pasti libur. Secara kan gue early bird, entah kenapa tabiat yang satu itu gak berubah. Meski gue gak ngapa-ngapain pas pagi sampe siang, tapi kalo dikasih liputan sore sampe malem pasti aja udah lemes, padahal baru transkrip. Payah.

Udah ah udah malem, besok gue kayaknya liputan pagi deh soalnya kalo hari selasa biasanya ada rakor di Kementerian Perekonomian. Lagian, udah disuruh pulang sama Jirapah, Yudadabaibai..

Saturday 27 July 2013

The Journal of White Shoes and the Couples Company

Semalam saya nonton White Shoes and the Couples Company sama Jirapah. Ceritanya konser itu memang tradisi mereka setelah menjalani serangkaian tour di luar negeri. Intinya, mereka mau cerita serangkaian tour di Helsinki, Stockholm, Berlin dan sebagainya itu seperti apa sih. Mereka juga menuangkannya ke dalam jurnal yang dijual untuk mengadakan konser semacamnya lagi, kata vokalisnya gitu.

White Shoes and the Couples Company (WSATCC) bukan band indie baru bagi saya, tahu band itu sekitar SMP. Tapi, gak terlalu ngeh sama musiknya. Yang saya tahu, mereka mainkan musik jadul era 60-an. Nonton live juga pernah, waktu itu pertama kalinya di Pensi SMA 2 Tangerang Selatan ditemani gerimis dan menyanyikan lagu yang ada "Meong-Meong" nya hehe.

Saya sempat kaget, dikira vokalisnya ganti soalnya udah langsing banget, setahu saya dulu dia montok hehe. Setelah nanya sama Jirapah, ternyata enggak. Terus waktu nonton pertama kali, gak terlalu bagus kayak semalem. Jadi, waktu itu biasa aja. Apa mungkin waktu itu sound systemnya seadanya karena diadainnya di sekolah. Beda sama yang semalam di Goethe Institut, yang jelas semalam bangus banget penampilan mereka. Gak ada yang gak bagus.

Semua lagu menurut saya dibungkus secara rapi. Meski gak ngerti-ngerti banget masalah musik, saya tahu setidaknya musik yang enak didengar dan yang tidak. Mereka mainkan lagu-lagu daerah yang diaransemen yang benar-benar baru bagi saya dan itu enak banget, hmm renyah. Sang vokalis lincah sekali menari ke sana ke mari, saya juga gak tahan pingin ikutan. Suaranya memang gak berubah dari pertama kali saya dengar. Merdu. Paduan suara gitar, bas, drum, keyboard, biola dan cello benar-benar menyatu dan mereka gak sok serius gitu memainkannya, tapi santai. Sifat lucu dan menghibur sang gitaris juga ampuh bikin penonton ngakak. Basis yang piawai memainkan cello pun unjuk gigi di panggung itu berduet dengan gitaris. Waw unjuk gigi apa deh bahasanya haha.

Meski cuma dapet satu tiket dan gara-gara itu "percikan cinta" saya dan Jirapah dimulai, hampir aja gak jadi nonton. Tapi, kita beruntung masih bisa masuk dan memutuskan untuk tidak memutuskan memakai tiket itu, duduk ditangga dan bersempit-sempit ria hahaha. Tapi, pertunjukkan WSATCC membuat gue lupa rasa pegel di pantat dan di kaki.

Jadi inget, terakhir kali ke Goethe juga sama Jirapah. Waktu itu nonton konser Zeke Khaseli dan kita belum jadian. Itu juga yang membuat saya melupakan percikan yang hendak menjadi letusan as he gave his little finger to be hooked to mine and hold my hand during the show :)

Terima kasih, WSATCC, maaf saya tidak hafal nama-nama kalian :) 

P.S: Kami tidak sempat memotret dan memutuskan untuk menikmati musik serta pertunjukkannya saja.
      Dasar visual learner, baru suka kalau udah liat konsernya haha.

Yeay #2


Hey you, Hello!


Alhamdulillah. It's unexpectedly surprising! Thank You, Allah and all persons I will never forget.
It's all wrapped here

http://www.antaranews.com/berita/382619/dua-jurnalis-antara-raih-penghargaan-mh-thamrin

tulisannya bisa dibaca di sini, ditulis ketika masih Susdape hehe.

http://lensasusdape17.wordpress.com/2012/05/22/rth-untuk-masa-depan-yang-lebih-baik/

P.S:
- Unfortunately, I was not told that there will be award night because I never send my article to any competition or anybody else. So, I was not there. Aturan yang di foto itu gue tuh sama Hatta Rajasa, bukan si Pak Benny. But, anyway, thanks Pak udah ngewakilin.
- Berita di link tadi diliput dan ditulis sama pacar saya lho. Terima kasih banyak, Jirapah. Dia memang selalu bisa diandalkan. :) 


Tuesday 14 May 2013

Penyakit

Saya sedang di tempat rahasia kedua. Tidak ada yang tahu kecuali saya, Tuhan dan malaikat tentang tempat rahasia ini. Mungkin orang-orang tahu tempat ini, tapi mereka tidak tahu kalau ini tempat rahasia bagi saya.

Pasrah sama mati rasa itu bedanya tipis ya. Saya masih gak percaya saja, semalam itu apa, pertama kalinya tangisan saya berlangsung berjam-jam. Hingga dini hari. Dan masih berlanjut sampai sekarang kalau saya tidak tahan-tahan.

Kekuatan penyakit hati dan komunikasi buruk yang bersekutu dengan emosi masih memenangkan perang ini. Kita yang kalah.

Monday 13 May 2013

Menggila di Konser MIKA

Teriakan histeris pecah ketika MIKA menaiki piano di tengah lagu.
Penyanyi bernama lengkap Michael Holbrook Penniman Jr itu tak segan bergoyang, meliukkan tubuh rampingnya, saat membuka konser dengan lantunan lagu "Relax".

Aksinya disambut teriakan membahana para penggemar yang menyaksikan penampilannya di Skeeno Hall Gandaria City Jakarta pada Jumat (10/5) malam. 

Ia juga membius penonton dengan lagu "Lollipop" dari album Life in Cartoon Motion. Suara piano upbeat yang dominan merangsang penonton untuk bergoyang, atau setidaknya menghentakkan kaki.

Teriakan penonton tak putus selama MIKA membawakan "Relax", "Lola" dan Lollipop".


Saat lagu "Love Today" dilantunkan, mereka tak bisa menolak ajakan MIKA, yang tampil eksentrik, untuk berlompat-lompat mengikuti ritme musik yang enerjik.


Peraih penghargaan Best British Breakthough Act tahun 2007 itu juga menghibur penggemarnya dengan menari sambil melepas tuksedo dan fedora hitamnya.


Di panggung polkadot hijau-putih dengan lampu sorot warna-warni yang membentuk simbol hati pada atapnya, MIKA
juga bercanda dengan personel band yang dia boyong dari negaranya, antara lain dengan menjauhkan pengeras suara ketika sang bassis menyanyi.

Penyanyi yang bulan Agustus mendatang akan berusia 30 tahun itu juga mencoba merayu penonton, yang sebagian besar remaja putri, dengan melantunkan "Big Girl (You Are Beautiful)" dan menurunkan nada suaranya saat membawakan "Underwater" serta "Happy Ending".


Penonton yang jumlahnya ribuan lantas kompak mengangkat tangan dan melambaikannya, seperti menyapu udara di atas kepala mereka.
Mereka mengiringi MIKA membawakan "We Are Golden", yang bercerita tentang mimpi anak muda, dan berteriak "We are not what you think we are! We are golden! We are golden!"

Aksi mereka membuat MIKA terpukau. Penyanyi kelahiran Beirut itu takjub melihat respon penonton konser perdananya di Jakarta.
"Jakarta has amazing audiences, thank you very much (Jakarta punya penonton yang mengagumkan, terimakasih banyak)," katanya.

MIKA melanjutkan aksi mengejutkan penonton saat kembali menghentak panggung dengan membawakan "Lollipop" setelah semua lampu sorot dimatikan dan para penonton terus meneriakkan "we want more!"


The Next Freddie

MIKA membawakan 17 lagu
dari album Life in Cartoon Motion, The Boy Who Knew Too Much dan album terbaru The Origin of Love dalam konser malam itu.

Tidak hanya remaja putri yang memadati area konsernya, orang tua, anak-anak, serta beberapa musisi dan artis juga menikmati pertunjukan MIKA.


"Ini salah satu konser di Indonesia yang menghibur dan dengan venue yang seperti ini. Penampilan MIKA tidak ada cacatnya," kata
Eross Sheila on 7, yang datang bersama istri dan anaknya.

Menurut dia, kepiawaian MIKA memainkan piano di atas rata-rata. Ia menyebut penyanyi kelahiran 18 Agustus 1983 itu sebagai "The Next Freddie Mercury", penerus vokalis band rock Queen.


"Pengaruh Freddie Mercury sangat kuat sekali. Tidak semua penyanyi bisa menirunya dengan smooth sekali selain MIKA," katanya.


Pesinetron Kiki Amalia juga mengagumi penampilan MIKA. "Konsernya seru banget. Saya baru kali ini dengar suaranya. Aduh, lengkingannya itu lho, amaze banget," paparnya.


Kiki yang datang bersama rekannya, Ramita Nasution, Nadia dan Oghel, akan datang lagi kalau MIKA menggelar konser di Indonesia.


Namun DJ Winky dan istrinya, Kenes, berharap lebih dari konser tersebut.


"Seharusnya atraksi MIKA bisa lebih dari itu. Kalau cuma naik piano, kita udah nyangka MIKA bakalan ngelakuin itu buat penyanyi tipikal dia," katanya.


Kenes pun turut berkomentar.


"Performance-nya masih minimalis dengan harga tiket yang jauh lebih mahal. Kalau dibandingkan di Singapura, panggungnya lebih luas, lengkap sama dancer-nya, MIKA juga ganti baju berkali-kali. Padahal sayang, karena dia punya spek untuk itu," katanya. 


***
Hehe.. itulah tulisan pertama gue tentang review konser, artinya pertama kali pula gue liputan konser. Awalnya bingung sih mau ngapain soalnya pasti gak fokus, berisik, desek-desekan, lampu kelap-kelip dan gue harus menahan godaan untuk joged, loncat-loncat, teriak-teriak, seperti biasanya, Milta noh tau banget hahaha. Apalagi, penyanyi atau orang yang dikonserin (apa sih) itu gue gak kenal-kenal amat, siapa, dari mana, lagunya apa aja. Awalnya gue ngira Mika X-Factor atau lebih parah Mika Tambayong. "MIKA bule tauk!", kata temen seprofesi gue (sok iye dah) yang ngasih agenda itu. 

Setelah gue cari tahu, ternyata eh ternyata gue pernah denger dan bahkan suka salah satu lagunya, yaitu "Lollipop", cuma gue gak ngeh kalau yang nyanyiin itu MIKA, gue ngebayanginnya pas dulu denger lagu itu, orangnya mirip-mirip Willy Wonka yang diperankan Johnny Depp di film Charlie and the Chocolate Factory. Eh gataunya bener aja pas gue liat langsung, stelannya gitu. Tuxedo, fedora, celana bahan hitam dan kemeja putih.

Ternyata eh ternyata, setelah mengikuti lagu demi lagu di konsernya, gue kenal dan bahkan hafal beberapa penggalam lirik lagunya. "Ooh lagu-lagu ini yang nyanyi MIKA toh," ujar gue (ce ileh). Kayak lagu We Are Golden, Happy Ending, Relax (Take it Easy), Grace Kelly itu gue kenal lagunya. Mungkin karena dengernya di radio, gue gak peduli-peduli amat siapa yang nyanyi. 

Akhirnya gue tidak kuasa menolak untuk loncat-loncat dan teriak ketika lagu "We Are Golden" menghentak panggung. Ditambah dikomporin pacar "Wi, ngetik mulu, jangan nunduk aja, nikmatin donk konsernya," Yaudah, seketika PECAH! Pacar ampe ilfil (kayaknya) haha.

Jadi suka lagu-lagunya MIKA (kan udah pernah denger, Wi) hahah sukanya telaaat. Satu penggalan lirik yang sampe saat ini terngiang: 

"We are not what you think we are, we are golden, we are golden!"

NP: Jadi ketagihan liputan konser. Padahal, konser MIKA barengan sama Sigur Ros, gue sempet pengen rikues ke korlip tapi gak enak gue udah banyak maunya hahaha. Kalau gue liputan konser Sigur Ros kan biar bisa manas-manasin Danil biar iri setengah mati hahaha.

Bisa juga nih lihat berita gue yang lain tentang konser MIKA
http://www.antaranews.com/berita/374026/lagu-relax-buka-konser-mika

http://www.antaranews.com/berita/374031/bergoyang-di-atas-piano-mika-pukau-penonton

http://www.antaranews.com/berita/374056/kiki-amalia-terpesona-lagu-mika

Wednesday 10 April 2013

BPPT: Energi Panas Bumi Efisien Untuk Listrik

Kategori: (OJT)
15:48 Senin, 23 Juli 2012

Jakarta, 23/7 (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menilai energi panas bumi lebih efisien untuk pembangkit tenaga listrik karena menggunakan uap yang telah tersedia.

"Energi panas bumi tidak merusak lingkungan, seperti penambangan batubara dan tidak terganggu oleh cuaca karena masalah transportasi," kata Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Unggul menambahkan, energi panas bumi lebih bersih karena tidak melepaskan polutan seperti Sox dan Nox ke udara.

"Selain itu, energi panas bumi juga tidak memberikan emisi CO2 yang bisa memberikan kontribusi ke pemanasan global," kata dia.

Dia menjelaskan sumber energi panas bumi lebih berkelanjutan selama lingkungan di sekitarnya dijaga dan dipelihara.

Pernyataan tersebut menyusul kebijakan pemerintah yang menaikkan harga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik panas bumi.

Pemerintah baru memanfaatkan lima persen dari 40 persen dari cadangan potensi panas bumi dunia yang dimiliki Indonesia karena berada di jalur cincin api.

Kenaikan tarif listrik tersebut bergerak dari 9,7 sen dolar AS menjadi 10-17 sen dolar AS per killowatt hour (kWh) dengan konsumsi energi nasional yang tumbuh sebesar enam persen per tahun.

Energi panas bumi dikenal lebih hemat dari energi fosil karena bisa berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 29.038 MW atau setara dengan 1,1 juta barrel minyak per hari.

Kurang efektif

Namun, menurut Unggul, pembangkit listrik dari energi fosil lebih efektif karena dapat dibuat dalam skala yang lebih besar dan tidak tergantung energi setempat.

"Sebagian besar potensi sumber panas bumi ada di pegunungan, akibatnya jaringan pengiriman listriknya cukup mahal karena jauh dari konsumen. Selan itu, energi panas bumi hanya bisa dipakai di tempat sumber panas bumi dihasilkan, tidak bisa dipakai ditempat lain yg jauh," katanya.

Dia menejelaskan, energi fosil seperti minyak bumi dan batubara yang bisa dibawa ke mana saja dan diperdagangkan, sehingga untuk daerah yg tidak punya sumber energi apapun bisa menggunakan energi minyak bumi dan batubara.

Unggul menambahkan pelaksanaan mekanisme energi panas bumi seringkali terbentur dengan hukum dan peraturan-peraturan di bidang lain, seperti hutan lindung dan hutan konservasi.

Menurut Anggota Komisi VII DPR RI Dewi Aryani, pemerintah perlu membuat kebijakan yang menyeluruh tidak secara pasrsial karena energi merupakan sektor yang menjadi patokan pembuatan kebijakan lainnya.

"Pemerintah harus segera menentukan sikap karena cadangan energi fosil yang semakin menipis mengingat permintaan terhdapat energi tersebut kian meningkat," katanya.

Dia berharap pemerintah dapat bekerjasama dengan negara-negara lain dalam telah sukses mengelola energi baru terbarukan, seperti panas bumi.

***3***

T.SDP-54
(T.SDP-54/B/A025/A025) 23-07-2012 15:48:29
Daerah : Jakarta (JKT)


P.S: Ini tulisan yang gue janjiin di postingan sebelumnya

Wednesday 3 April 2013

Yeay






Huehehe, Jadi ceritanya gue jadi salah satu nominator ajang penghargaan di bidang jurnalistik. Kenapa nominator? Karena yang jadi juara cuma satu, juara dua dan tiganya disebut nominator. Gue masuk di kategori “online” dan itu adalah piala pertama yang gue dapet selama hidup gue haha. Soalnya, gue seringnya dapet piala yang “Mira” alias Milik Rame-rame, palingan seputar lomba berkelompk, macam teater, paskibra, pramuka, gerak jalan, tarik tambang dan lainnya.

Gak nyangka juga bakal masuk nominasi, soalnya pas dikasih tau lewat email ada sekitar 14 nominator yang menurut gue “ah udahlah gak usah ngarep terlalu banyak”. Pas datang ke acara penganugerahannya, dikira gue bakal disebutin tuh 14 nominator, baru nanti dibacakan siapa pemenangnya, gak taunya cuma tiga nominator aja dan ada nama gue di situ. Gue sih mesem-mesem aja “weits nama gue disebut, menang apa kagak, yang penting kesebut dulu aja” haha. Eh gak taunya, udah tiga nama ditampilkan dan disebut, ketiga yang punya nama itu disuruh maju ke atas panggung untuk menerima penghargaan.

Kaget juga gue. Pas gue maju, sempet salting hahaha, siwer sama lampu sorot dan blitz kamera. Senyum gue juga ah pasti garing banget deh. Dan yang gak bikin nyangka, tulisan yang menang itu adalah tulisan yang “juru kunci” lah buat gue. Gue kirim tiga tulisan, yang gue niatin banget malah gak dapet, yang kedua juga enggak dan yang ketiga ini karena keingetan aja “kayaknya gue pernah bikin tulisan seputar energi deh”. Dan itu pun ditulis pas masih magang, kode gue aja masih SDP haha. Nulisnya juga cuma iseng-iseng telfon orang BPPT pas liburan di rumah. Gak nyangka tulisan itu yang bikin kepincut juri.


*ini dia yeayy 
Malem itu gue seneeeng banget, bahkan gue sempet berujar “it’s my night” meski gak raih juara I. Gue ke acara yang biasanya gue pergi buat liputan, ini malah dihibur, main angklung plus ada band kesukaan si Miltha ahaha.  

Setiap hasil, pasti ada proses dan perjuangannya. Gue sempet berpacu dengan waktu karena ngirim di hari terakhir dengan mengojek ke kantor pos di Lapangan Banteng gara-gara pos di kantor gue lagi gak bisa melayani buat pengiriman. Lah buat apa donk? 

Beberapa hari kemudian, saldo rekening gue bertambah dan gue dapet ini.. Yihaa... hahaha


Setelah itu, gue jadi semangat buat ikut lomba lagi hehehe...Gue juga sempet ikut lomba lagi dan temanya lebih parah tentang Angkatan Laut, tapi sampai saat ini belum ada pengumuman. -__-

P.S: Nanti share juga ya tulisan gue itu hehe..
       Yang punya majalah Tempo edisi sekitar 9 Novemeber 2012, boleh diminta ya..kata temen ada foto gue di situ hihi.   

To Thank God

Belakangan terakhir lagi ramai celetukan penyanyi kondang Anggun C Sasmi yang bilang kira-kira begini "Hidup itu gak semulus pahanya Cherry Belle". Memang betul, kalau kita perhatikan sebagai suatu kendala, muncul saja tidak berhenti-henti di waktu kapanpun dan dalam bentuk apapun. Misalkan, ketika masalah pekerjaan sudah terselesaikan, ada saja misalnya masalah dengan orang sekitar, rumah tinggal dan banyak lagi kalau kita mau urutkan satu per satu. "Kayaknya adaaa ajaa" kalau kata orang-orang kebanyakan seperti itu hehe. Tapi, beda lagi memang kalau kita lihat itu sebagai suatu tantangan. Itu semua terasa berkah.  Memang, men-switch dari bencana ke anugerah itu sulit dan gondok di hati. But let the breeze blow to you, meski di Jakarta susah banget dapet breeze yang ada kesemprot asap Kopaja.

Kayak beberapa waktu lalu, gue belajar sesuatu (it has nothing to do with Syahrini, anyway). Gue disuuruh liputan mendadak (lagi dan lagi) ke Museum Joang di Cikini pukul 11.00, sementara gue dikasih taunya pukul 12.30. Gubrak! Dan setelah itu gue liputan ke DPP Partai Hanura daerah Tanjung Karang yang agak muter dari lokasi sebelumnya. Pas balik kantor, handphone gue ngadat deh, batrenya udah buncit. Dan gue belum kunjung mentranskrip rekaman dan belum ada berita dari Hanura yang gue buat. Tetiba, keadaan kantor agak panik, gue liat Wapemred mondar-mandir. Gue sebenernya udah ngambil tempat komputer yang paling ngumpet eh akhirnya dia nyamperin gue dan berkata:

"Juwita, kamu bisa kan jalan ke Istana?" 
"Ngapain Pak ke Istana? Lho, gak apa-apa saya pakaiannya begini (Jeans+jaket)? (Kalau liputan di Istana harus rapi pake kemeja dan celana bahan)
"Gak apa-apa"
"Ada apa Pak di Istana?"
"Kebakaran!"

Temen-temen gue yang tadi bergosip pun pada diem, mereka mungkin ngerti gue lagi riweuh gara-gara handphone eh disuruh mendadak liputan, kebakaran, istana lagi yang kebakarnya. Padahal di situ ada Yuni, temen satu desk politik, yang terang-terangan keliatan. Yaudah, gue ke bawah naik ojek dan sempet berantem juga tuh sama tukang ojek dan berhenti di halaman Istana Merdeka. Gue ngikutin tiga fotografer yang juga tidak mengindahkan pertanyaan gue yang panik. Bodo amat, gue berani-beraniin minta nebeng abisan gue gak tau musti kemana.

Nyampe di lokasi, mereka malah mau naik ke gedung badan penanggulangan bencana apalah itu buat ngambil gambar. Gue langsung nyebrang dan ketemu temen-temen wartawan yang gue kenal. Mereka gak bisa masuk karena gak punya id pers istana, yang boleh masuk cuma wartawan istana aja. Yaudah gue wawancara sebisanya ke pihak kepolisian sama suku dinas kesehatan Jakarta dan selanjutnya melakukan telepon interaktif dengan Pak wapemred. Udah agak lama, Jokowi pun dateng terus gue juga sempet wawancara Kapolda Metro Jakarta meski ujungnya ditegor karena enggak tau itu kapolda hehe.

Setelah konfrimasi ke Wapemred gue boleh balik apa enggak, ternyata boleh. Alhamdulillah. Akhirnya gue balik bareng anak Antara TV, lumayan kagak ngongkos. Sampe kantor, pas ngaca udah deh sekucel-kucelnya muka, laper pulak. Ternyata kantor udah ngebeliin nasi padang sama beberapa kaleng biskuit Kong Ghuan haha Alhamdulillah. *jogeddora

Di satu sisi, saya dapat pengalaman bagaimana meliput peristiwa hectic yang biasanya diskusi santai, terus saya juga dikasih kesempatan buat menebus dosa karena gak wawancara Pemred dan buat berita barunya.  Yuni juga bersyukur karena dia tidak terseret dalam jerat liputan meski jelas-jelas terlihat dan dia menuliskan yang kira-kir begini di status BBM-nya, "Thanks JC, I feel Your protection".

We both said "Thanks God"

P.S: postingan ini ditulis beberapa waktu lalu.



Tuesday 12 March 2013

Ketika Kelapa Sawit Berubah Menjadi Helikopter



 Oleh Juwita Trisna Rahayu
         Geligi gergaji mesin itu seperti tidak sabar ingin menggerogoti batang kelapa sawit yang kokoh dan penuh air. Mesin dinyalakan, olinya menetes seperti liur. Ujung lidah gergaji itu mulai menyentuh serabut hitam yang menutupi batang yang sedikit demi sedikit termakan.
        Dan "hap" kelapa sawit itu tumbang, batangnya menghantam keras ke tanah. Kelapa sawit tumbang, tumbuh ilalang. Namun, hamparan hijau muda itu tak seluas dahulu. Wilayahnya lama-kelamaan tergeser oleh "helikopter-helikopter" yang baru saja menumbuhkan "baling-balingnya".
        "Ini kami sendiri yang menamai karena belum teridentifikasi namanya. Lihat, daunnya seperti susunan baling-baling helikopter," kata Ahmad Azhari, Koordinator Tim Restorasi Yayasan Orangutan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) sembari menunjukkan tanaman penyelamat hutan gundul tersebut.
        Jika tertiup angin, daun-daunnya bergerak persis seperti putaran helikopter, tambah pria yang lebih dikenal dengan sebutan Ari itu.
        Jumlah helikopter kini telah mencapai 1123 bibit, 642 bibit pada tahap pembibitan satu dan 481 pada tahap pembibitan dua.
        "Yang sudah tertanaman di hutan (kawasan restorasi) sudah ribuan dan jumlahnya bertambah karena dibantu burung-burung yang menyebarkan benihnya," kata dia.
   Bukan hanya helikopter, rambutan (Nephelium lappaceum), pulai (Alistonia scholaris), jeluak (Mallotus barbatus), turi-turi (Sesbania grandiflora), sempuyung (Hybiscus macrophllus) bahkan durian (Durio spp.) telah menggantikan posisi kelapa sawit dan ilalang di kawasan restorasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Desa Halaban, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
        Hingga kini sudah 125 ribu bibit pohon dihasilkan. Berdasarkan data dari YOSL-OIC, jumlah produksi bibit hingga Desember 2012 mencapai 90.720 bibit dari 41 spesies.
        Masih ada 165 ribu bibit lagi yang harus ditumbuhkan hingga tiga tahun ke depan untuk menutupi 100 hektar lagi lahan gundul kawasan tersebut, katanya.
        Mengapa harus menebang kelapa sawit? "Kelapa sawit tidak boleh ditanam di kawasan restorasi," jawab Ari singkat.
        Lelaki itu menjelaskan sawit-sawit tersebut merupakan bentuk dari perambahan kawasan restorasi TNGL yang seharusnya tidak boleh terjadi.
      
    Cegah Banjir, Tampung Air
   Jika kawasan terus dirambah dengan menanam kelapa sawit, tanahnya akan semakin sulit menyerap air karena sifat akar kelapa sawit yang sulit mengikat air, sehingga rentan terjadi longsor dan banjir.
        Ari menjelaskan sebelum ditanami bibit-bibit tanaman konservasi tersebut, kawasan hutan TNGL kerapkali dilanda banjir.
        Banjir tersebut mengakibatkan tanaman yang tidak resisten ikut terbawa arus.
        Namun, menurut dia, banjir tidak selalu berdampak negatif. Lumpur pascabanjir ternyata baik untuk menyuburkan tanaman.
        Selain itu, dia menjelaskan batang kelapa sawit besar sangat menguras cadangan air tanah yang seharusnya dipakai warga untuk kebutuhan sehari-hari.
        Warga sampai membeli air seharga Rp600 ribu untuk dua drum atau sebanyak 150 liter.
        "Ini aneh, kawasan hutan hujan tropis tapi krisis air," ujar Ari.
        Namun, seiring dengan kian banyaknya bibit-bibit helikopter dan kawan-kawannya tumbuh bahkan meninggi, banjir tidak lagi ditemukan di kawsan tersebut. Warga pun bisa mengambil air tanah, sehingga beban ekonomi mereka pun berkurang.
        Sementara itu, menurut Direktur YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo penebangan kelapa sawit buka aksi yang ilegal.
        "Justru kita menebang kelapa sawit yang penanamannya ilegal karena merambah lahan konservasi TNGL. Bahkan batasnya jelas," terang Panut.
        Pihaknya juga telah berupaya meluruskan pandangan masyarakat akan perambahan tersebut.
        "Kami harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa sawit ilegal harus ditebang. Kami juga menyerahkan penebangan ke pihak TNGL dan masyarakat ikut menyaksikan dalam proses penebangan tersebut.
        Dia tidak menampik awalnya warga terpukul dengan penebangan kelapa sawit tersebut, namun seiring berjalannya waktu, warga dapat mengikhlaskan kelapa sawit tersebut yang mencapai 500 hektar.
        Jika dihitung, kerugiannya mencapai satu juta dolar AS per tahun.
        Namun, menurut Panut, dampak ekologis dan dampak-dampak lainnya yang akan ditaggung masyarakat jauh lebih dari jumlah nominal tersebut.
    
   Mengurangi Utang Negara
   Dalam satu tahap penebangan, Panut mengatakan pihaknya bisa menghabiskan jutaan rupiah karena tiap satu batang kelapa sawit yang ditebang dihargai Rp15 ribu, belum termasuk upah dan biaya operasional penebang.
        "Karena, mereka (penebang) harus menginap di hutan selama proses penebangan dan lamanya tidak cukup satu atau dua hari," katanya.
        Namun, biaya untuk penyelamatan lahan konservasi tersebut selama ini hanya dari bantuan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang sebagian besar dari luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Inggris.
        YOSL-OIC juga bekerja sama dengan Tropical Forest Coservation Action (TFCA) Sumatra terkait pendanaan penyelamatan lahan konservasi tersebut.
        Program tersebut merupakan pengalihan utang negara untuk lingkungan dengan mitra LSM, yakni Conservation International dan Yayasan Kenaekaragaman Hayati (Kehati) sebagai "swap-partner".
        Jadi, Pemerintah Amerika Serikat sepakat untuk menghapus utang luar negeri Indonesia senilai hampir 30 juta dolar AS selama delapan tahun (2009-2018), dengan mengalihkan dana hibah tersebut untuk perlindungan dan perbaikan hutan tropis di Indonesia.
        "Ini tidak dicatat sebagai pengeluaran negara karena semacam dana amanah yang boleh dikelola pihak pemerintah luar negeri dan pemerintah kita. Otomatis, upaya ini mengurangi utang negara," terangnya.
        Dia mengakui belum adanya bantuan pemerintah secara langsung untuk konservasi lahan tersebut.
        "Ini sebetulnya properti negara, tetapi mengapa status, perlindungan, pengawasan dan eksekusinya justru lemah," katanya.
  
   Memberdayakan Masyarakat
   Hingga saat ini sudah 400 hektar lahan gundul yang telah tertutupi tanaman hingga akhir 2012, artinya tinggal 100 hektar lagi yang harus dikonservasi.
        Tanaman-tanaman tersebut juga sebagian besar sudah tinggi dan rimbun. "Sehingga, kalau ada gajah di kejauhan sudah tidak terlihat lagi," katanya.
        Restorasi lahan tersebut juga bertujuan untuk mengembalikan habitat satwa-satwa yang mulai terancam, sehingga berdampak ke kehidupan manusia.
        "Ini juga bentuk mitigasi konflik dengan satwa, seperti gajah dan orangutan karena mereka akan merambah ke rumah-rumah warga jika habitatnya mulai dijamah," ujar Panut.
        Sebagai bukti, pada 2007 sebanyak 380 kelapa sawit ditumbangkan gajah yang mengamuk dan marah akibat tersengat aliran listrik yang dipasang petugas setempat untuk mengusir satwa yang disebut "datuk" itu oleh warga Desa Halaban tersebut.
        Selain itu, pihaknya bersama masyarakat juga telah memproduksi sebanyak 600 kilogram kompos dari kotoran gajah dari Oktober hingga Desember 2012, sebagai campuran media tanam.
        Masyarakat juga diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok pelatihan produksi bibit.
        "Pada triwulan sebelumnya telah terbentuk empat kelompok kerja restorasi, namun kegiatan pelatihan produksi bibit baru dapat terlaksana untuk dua kelompok," kata Manajer Program YOSL-OIC Masrizal Saraan.
        Bibit-bibit tersebut akan ditempatkan dan dirawat di pondok sebagai pusat pelatihan pendidikan (nursery training center). Hingga saat ini, sudah terbangun empat pondok restorasi dan lima unit pusat pembibitan di Kawasan Ekonomi Leuser (KEL) Blok Karo-Langkat.
        Masyarakat juga difasilitasi untuk mengikuti Sekolah Lapang (SL) untuk mengubah paradigma petani konvensional menuju paradigma petani yang ramah terhadap lingkungan hidup, kata Masrizal.
        SL tersebut melibatkan 25 petani kakao, karet dan holtikultura (kentang) di sejumlah desa di Kabupaten Langkat.
        Kini, petani terampil mamangkas kebunnya sendiri dan persoalan hama dan penyakit secara umum sudah dapat dikendalikan.
        Bahkan jika ingin mengendalikan hama, sudah bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan di sekitar lingkungan rumah untuk menjadi pestisida nabati, terangnya.
        Panut menyebutkan upaya tersebut merupakan wujud dari restorasi hutan, mitigasi konflik, sosial kapital, pendidikan dan penyadaran masyarakat, dan ekonomi lokal.
        "Jadi, sudah lengkaplah 'kebahagiaan' kami," katanya.
    Manusia dianugerahi alam yang begitu kaya dan bebas untuk mengolahnya. Namun, kebebasan tersebut seringkali tidak disertai tanggung jawab. Akan lebih bijaksana jika manusia juga berbalas budi atas apa yang telah alam berikan. Semoga kita masih bisa melihat "baling-baling helikopter" tersebut tetap "berputar" dan tidak patah.
    ***4***


Bisa juga dilihat di laman ini 
http://www.antaranews.com/berita/360438/ketika-kelapa-sawit-berubah-menjadi-helikopter 
http://sindikasi.net/warta/ketika-kelapa-sawit-berubah-menjadi-helikopter
http://www.indonesia-update.com/lihat.php?id=41572

Amarah Sang "Datuk" di Gunung Leuser



Oleh Juwita Trisna Rahayu
        Ari terbirit. Dia dan empat kawannya seketika mengambil langkah seribu saat si empunya gading dan belalai itu menggertak. Mudah saja bagi satwa yang bisa mencapai bobot lima ton itu untuk menghantam Ari dan kawannya. Namun, kata Ari, bukan itu tujuannya.
        "Dia hanya ingin menunjukkan siapa yang punya "power" (kekuatan) lebih dan ketika lawannya lari, dia tahu kami ini lemah, lalu dia kembali makan. "Datuk", hanya tidak mau diganggu," katanya.
        Warga Desa Halaban, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sejak dahulu memanggil hewan yang bernama latin Elephas maximus sumatranus itu dengan sebutan Datuk.
        Ahmad Azhari atau akrab disapa Ari, Koordinator Tim Restorasi Yayasan Orangutan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), menjelaskan sebutan tersebut ditujukan untuk menghormati seseorang atau siapapun yang mempunyai kekuatan besar.
        Tidak satu kali itu saja Sang Datuk melampiaskan amarahnya. Ari bercerita pada 2007 saat restorasi lahan kritis TNGL menapaki langkah awal, gajah-gajah tersebut mengamuk, menumbangkan 380 pohon kelapa sawit hanya dalam satu malam lantaran tersengat aliran listrik yang dipasang oleh petugas TNGL setempat.
        "Bukan mereka makan, tapi hanya dibabat habis karena mereka betul-betul marah," ujarnya.
        Selain itu, kabel listrik yang menghantarkan sengatan ke tubuh gajah itu pun tidak luput dari perhatiannya. gajah-gajah itu membelitkan kabel-kabel itu ke beberapa pohon sawit untuk ditumbangkan dalam sekali aksi.
        Tidak hanya pohon kelapa sawit yang menjadi korban kemarahan gajah-gajah tersebut karena ulah manusia, dapur posko pembibitan tanaman untuk konservasi lahan pun pernah porak-poranda akibat amukan gajah-gajah tersebut.
        "Dapur kita hilang bambunya dipulas sampai retak," katanya.
        Kejadian tersebut terus berulang hingga pada saatnya gajah-gajah itu mengerti bahwa mereka hidup berdampingan dengan manusia.
        Mereka menyadari ini merupakan kawasan manusia dan Ari menilai dia dan rekan tim konservasi tidak merusak habitat tersebut justru ingin mengembalikannya.
        Akhirnya, gajah-gajah tersebut tidak lagi mengganggu karena memang sifat alaminya yang menghindari konflik dengan manusia, kata Ari.

   Satwa Pintar
   Amarah yang dilontarkan satwa bertelinga besar itu merupakan bentuk protes dari insting mereka akan hal-hal yang disuka dan tidak, apalagi sampai mengancam habitatnya.
        Ari mengaku sudah bertahun-tahun bergelut dengan gajah dan menilai mereka adalah satwa yang pintar.
        Pertengahan 2007, beberapa personel Brimob berusaha mengusir gajah dengan melepaskan tembakan ke udara. Awalnya efektif, gajah-gajah itu berlari menjauh dari sumber suara tembakan. Namun ternyata tidak cukup mengelabuinya untuk kedua apalagi ketiga kalinya.
        "Mendengar suara senapan, datuk pada lari ketakutan tapi lama-kelamaan, dia mungkin berpikir 'ah suaranya saja yang besar, tapi gak ada apa-apanya', jadi dia tetap santai makan di situ," ujarnya.
        Ari juga mengatakan jika gajah tersebut justru "sangat baik" terhadap masyarakat sekitar.
        Beberapa bulan yang lalu, dia menceritakan, warga sekitar menanam pohon pepaya yang tidak jauh dari pekarangan belakang rumah. Gajah-gajah tersebut ingin memakan batangnya, tetapi dia memetik buahnya terlebih dahulu, dia tutupi dengan daunnya untuk warga. Baru setelah itu, batangnya dia bawa ke hutan.
        Ari juga menunjukkan tanaman ficus yang pelepahnya merupakan makanan favorit sang datuk.
        "Kalau lima batang seperti ini, dia hanya ambil tiga dan menyisakan dua untuk makan berikutnya," ujarnya.
        Sang datuk tidak akan mengganggu, jika manusia tidak berbuat ulah, katanya.
        Ari pernah terjebak di antara koloni gajah yang melintas usai berkubang menuju hutan primer.
        "Kami waktu itu sedang berkereta (menggunakan sepeda motor) dengan kawan menuju posko, dan tiba-tiba tepat di depan kami ada sekitar empat gajah yang melintas. Kami diam dan menunggu mereka lewat dan buktinya mereka tidak menyerang," katanya.
        Gajah-gajah tersebut akan belajar dari apa yang dia alami, sehingga menuntut Ari dan warga sekitar mencari metode baru untuk menghalau gajah jika keberadaaan warga terancam, terang Ari.

   Mengedukasi Warga
   Seiring berjalannya waktu, konflik-konflik dengan gajah sudah berkurang bahkan sudah tidak pernah terjadi lagi, kata Ari.
        Keberadaan gajah saat ini jumlahnya terus meningkat, dari empat terus bertambah menjadi 15 dan saat ini mencapai 32 ekor. Jumlah tersebut belum termasuk koloni yang sering datang berempat atau bertujuh.
        Masyarakat saat ini sudah menerima keberadaan mereka dan mencoba untuk tidak mencari ribut dengan datuk.
        Menurut Ari, bukan gajah yang mengganggu warga sekitar, justru warga yang jelas-jelas menjamah habitat mereka.
        "Kawasan ini rumah mereka, kemudian kita datang dan mengganggu ya wajar kalau dia marah. Logikanya begini, ini jalan yang biasanya mereka pakai untuk lewat kemudian kita bangun rumah di situ, tidak heran jika dihancurkan," katanya.
        Dia dan tim restorasi pun mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada warga untuk meluruskan pandangan-pandangan yang selama ini keliru.
        "Saya bilang, mereka itu binatang pintar. Yang penting kita tahu posisi kita dan jangan pernah mengganggu karena datuk akan selalu mengingat seumur hidupnya jika kita berbuat salah," katanya.
        Jika musim gajah datang, yakni sekitar Juni, warga sekarang ini bekerja sama bergantian menjaga posko.
       Dia juga mengatakan hingga saat ini belum pernah ditemukan kasus  gajah mati di sekitar kawasan TNGL.
       "Mudah saja bagi datuk untuk menghancurkan kita karena kami kecil dibandingkan dengan mereka. Jadi jangan berbuat ulah," katanya
   Apa yang dilakukan Ari dan tim restorasi merupakan bagian dari upaya mengembalikan hutan ke fungsi aslinya, seperti restorasi hutan, mitigasi konflik, sosial kapital, pendidikan dan penyadaran masyarakat, dan ekonomi lokal.
        Direktur YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo upaya tersebut merupakan implementasi dari mitigasi konflik dengan satwa di kawasan TNGL.
        "Awalnya warga pakai meriam karbit untuk mengusir gajah, tapi dia semakin resisten. Karena itu, kami mencari cara-cara yang solutif," katanya.
        Hingga saat ini pihaknya telah menanam sebanyak 125 ribu bibit yang sudah ditanam untuk menutupi lahan ilalang agar tercipta kembali habitat bukan hanya untuk gajah, tetapi juga orangutan, harimau, babi hutan, landak, berbagai jenis burung dan satwa lainnya.
       Selain itu, pihaknya juga telah menghasilkan sebanyak 600 kilogram kompos yang diolah dari kotoran gajah selama Oktober hingga Desember 2012 sebagai bagian dari program restorasi koridor konektivitas dan lahan terdegradasi di Kawasan Ekonomi Leuser (KEL) Blok Karo-Langkat seluas 150 hektar.
       Panut menargetkan sekitar 165 ribu bibit lagi untuk menyelamatkan kawasan tersebut.
       YOSL-OIC juga bekerja sama dengan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) terkait pendanaan program-program tersebut.
       Namun, pihaknya mengakui belum adanya bantuan langsung dari pemerintah untuk program restorasi lahan kritis tersebut, bahkan lebih banyak dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing, seperti dari Inggris, Australia dan Amerika Serikat.
       Keberlangsungan ekosistem merupakan tanggung jawab kita bersama. Alam memberikan kehidupan bagi manusia. Tetapi apa yang telah manusia berikan untuk alam? Amarah sang datuk hanya salah satu tanda dari alam untuk menyadarkan manusia betapa digdayanya alam. Jangan tunggu hingga alam murka baru percaya.
    ***4***

dikutip juga di laman ini
http://eksposnews.com/view/11/50081/Jangan-Ganggu-Datuk-Leuser.html#.UT7x0666SSo
tapi judulnya diganti