Monday 20 December 2010

Teruntuk: Milta

Saya gak tahu berapa ribuan maaf yang harus saya lemparkan sama kamu. Sudah berapa kali saya mengingkari janji saya untuk acara yang menurut saya juga penting. Rasanya sulit terus- menerus berada di pilhan yang sangat krusial. Saya tahu kamu kecewa. Sayangnya manusia cuma punya satu kata untuk meredakan semua yang tidak pada kadarnya: 'maaf'.

Apa yang kamu ceritakan di blog, sangat bisa meredakan suasana hati saya. Sangat bagus. Saya juga penggemar blog kamu, tentu jauh lebih sophisticated dari yang saya. Walaupun kata seseorang kata maaf itu tidak baik jika terlalu sering dilontarkan. Tapi menurut saya itu salah satu dari kata sakti. Maaf Milta....

Thursday 16 December 2010

Jogja Dulu Baru Georgia

Hey, heyho? anybody home? Hehe. Entah kenapa akhir- akhir ini gue bawaannya ngantuk terus, terus badan berasa capek dan pegel- pegel gimana gitu (ih najis). Apa ini efek dari trip kemaren? hehe iya ya, gue masih punya utang buat nyeritain perjalanan kemaren. Yup, mungkin gara- gara itu juga, badan gue jadi pegel- pegel gak jelas gini. Gue emang gitu, gak kayak orang- orang kalo bales dendam sekaligus, seharian tewas udah kayak mati suri. Gue beda, biasa aja, jatah tidur segitu- gitu aja cuma dampaknya berhari- hari. Okay, mari bercerita....

Pertama- tama gue harus jelasin dulu tentang trip ini. Ini sebenernya studi banding acara jurusan dimana gue kuliah. Awalnya, yang mau ikut studi banding bakal diseleksi dengan melampirkan hasil test TOEFL dan Essay tentang Lokakarya penulisan skripsi. Dari awal dikasih tau seperti itu, gue udah mulai tertarik sih, tidak lain tidak bukan: jalan- jalan...siapa yang gak mau? Hanya, seiring berjalannya waktu, studi banding ini gaungnya udah mulai gak didengerin. Muncul lagi pamornya, setelah waktu pelaksannannya semakin mendekat. Awalnya, gue gak mau ikut soalnya baru aja gue keluar dari rumah sakit dan kondisinya masih melemah dan melemah, pucat pasi, sembilu hisapi jemari, tubuh membiru tragis Okay, cukup! Selain itu, persyaratannya gak mungkin gue penuhi, orang gue belom test TOEFL dan males bikin essaynya. Tetapi, kenyataan berkata lain sodara- sodara. Lama- kelamaan, studi banding itu diobral, gak ada persyaratan apapun. Awalnya..akhh awalnya mulu! Tetep sih gue ragu, apalagi kalo bukan kondisi fisik gue pasca opaname! Tetapi, setelah gue melihat diri gue kuat, berani pergi ke Subang bersama Geni nyasar sana- sini, gue rasa, akhhh...gue udah sehat *blagu.

Gue menghubungi koordinator 'kepala suku' tour ini untuk ikutan studi banding. jadi deh gue ikutan hihiy. Gue juga mengajak temen- temen gue, tapi pada gak mau karena punya acara sendiri. Tak apa, gue udah biasa sendiri atau kesendirian membiasakan gue? Mungkin persiapan- persiapan udah dibahas di postingan sebelumnya. Hari rabu malam kira- kira pukul 8 adalah jadwal yang udah ditetapkan oleh travel agent kita untuk keberangkatan, setelah sebelumnnya kumpul dulu di kampus, janjian dulu sama temen, nyerahin handycam ke Ginta, gue stress karena udah jam setengah 6 tapi belom mandi.

Gue dianter sama Agung, ini makhluk selalu ada terus setiap gue butuh. Thousand thanks have been sent to you. . Malem itu hujan, jadi agak hectic sedikit. Setelah gue nyari- nyari nama di masing- masing bus, ternyata nama gue ada di deretan seat bus dosen. Akh, sial! Pasti bete, ngebosenin. Moreover, just for youth info, gue se-bus juga sama pacarnnya mantan gue. Okay, sekian berita tidak penting hari ini. Damn, this would be worse than I imagine.

Sampe di sana pagi, kita gak mampir dulu ke hotel tapi langsung ke Universitas yang kita tuju buat dibandingin. Apa coba yang mau dibandingin. Setelah mengikuti semacam seminar singkat (baca: temu kangen), muter- muter dari gedung ke gedung, dan bikin berisik orang- orang yang berada di sekitar kampus gara- gara suara- suara heboh yang keluar dari tenggorokan kita yang lebih mirip ciap- ciap anak ayam atau yang lebih mirip suara anak SMP labil baru puber kejepit pintu. Hmmm...kebayang kan, kemudian kita pergi ke hotel yang akan kita tinggali selama kurang lbih 4 hari.

Itu sebenernya hotel dan apartment, makanya kita tinggalnya di flat. Di flat yang gue tinggalin, diisi 7 orang. Gue sekamar sama Intan dan Atri, di kamar yang lain diisi sama Mbae, Winceu, dan Inov, dan di kamar satunya diisi sam Nca dan Iya. First impression kita sampe di apartment itu sih lumayan hmm...let's say, spooky lah. Ini gara- gara cerita salah satu temen kita yang sering nginep di sana kalo ada acara debat. Gue sih build positive thinking aja, kalo kitanya gak macem- macem mah gak apa- apa, gak akan kenapa- kenapa. Gue berbicara seperti ini karena gue berpengalaman nginep di Villa di pesisir pantai Anyer yang sekelilingnya ditanemin kamboja! Lebih parah gak tuh, mana di depannya ada ayunan lagi. Hmm..Okay cukup membicarakan ini karena ini sudah malam.

Mandi adalah kegiatan yang diimpi- impikan setelah sampai di Apartment. Yah, harus ngantri. Selang kira- kira 2 jam kemudian, kita harus udah siap untuk melanjutkan tour ke Kota Gede dan Malioboro. Jujur, gue gak terlalu tertarik wisata ke Kota Gede ini, soalnya perak. Gue gak terlalu suka perhiasan, selain terkesan ibu- ibu juga harganya gak murah. Gak lama kita ke Malioboro, Nah ini dia yang gue suka, jalan- jalan di Malioboro, menikmati keramahan Jogja. Mencari pernak- pernik yang 'nyeni' adalah kegiatan yang udah mengakar di otak gue. Setelah tawar- menawar dan mendapatkan barang yang lumayan lah buat oleh- oleh, gue memutuskan untuk mencari nasi kucing. Kuliner ini emang wajib untuk diburu kalo ke Jogja soalnya selain murah, ada unsur kekerabatan yang hangat ketika kita berkumpul bersama menyantap si nasi kucing ini. Gue, Inov, Mbae, dan Winceu menelusuri pelataran trotoar maliboro sampai ke depan Bank Indonesia dan Kantor Pos. Soalnya, kata si Aris temen gue yang kuliah di sana, nasi kucing ada di sana, belinya jangan di sekitar malioboro, mahal begitu katanya. yaudah gue turutin, sayang seribu sayang udah ujyan becyek, ternyata gak ada sama sekali yang jual nasi kucing disitu sodara- sodara. Kecewa. Akhirnya, kita balik arah dan tragisnya, kita makan NASI PADANG !CRAP!!! jauh- jauh ke jogja makannya nasi padang. Inov bilang, “Ih, ngaleketek usus iyeu mah!”

Kuciwo karena nasi padang, kita pun pulang (emang jadwalnya bus pulang sih hehe). Gak lama setelah sampai di flat, kita kedatengan tamu bule pemuda Argentina namanya entah sekedengeran gue sih Peppy. Bukan..bukan..bukan Peppy The Explorer Si Janggut Kepang, yang ini lumayan ganteng sih walaupun gue keganggu sama tindikan di lobang idung sebelah kirinya (lho, kok hafal?). Maksut kedatangan bule itu adalah ingin bertemu Atri, temen sekamar gue. Sebenernya yang ingin bertemu itu temennya dia yang ngebawa bule itu kesini. Tapi pas gue Tanya, “Itu siapa Tri?” dia menjawab, “Teuing saha, teu ngeh Atri oge!”, “Lah?” gue begong perlahan- lahan. Karena rasa keingin-tahuan gue yang begitu dalam (baca: gak tau malu), gue ikut gabung ngobrol sama ntu bule. Si Peppy itu sih yang nyapa duluan dan berkata “Apa kabar” dengan aksen latin campur Espanola. Akhirnya gue ikut kenalan dan ngobrol yang kebanyakan masalah budaya dan bahasa. Karena gue udah mulai ngantuk, gue akhiri pembicaraan dan sikat gigi kemudian sholat di kamar Winceu. Setelah sholat, gue diburu pertanyaan tentang bule dan kekeselan mereka karena bule itu gak pulang- pulang padahal udah larut malem begini. Wajar, kita kan pada capek abis perjalanan dan jalan- jalan.

Pagi tiba, kita semua dikagetkan dengan kunci yang patah. Ternyata itu adalah hasil karya bule tadi malem yang gak bias diem ngelatak flat kita. Kita?. Hari ini kita mau ke keraton, batik beteng, kasongan, dan pantai depok. Assiiikk ke pantai, udah kebanyang gue sama sunset. Okay, yang di keraton dulu. Hmmm….aroma- aroma magis udah terasa mulai di pintu masuknya. Di satu sisi, gue terkesima dengan bangunan kuno yang masih kokoh, peninggalan budaya yang masih dirawat oleh para abdi dalem yang loyalitasnya udah gak perlu diraguin lagi, tapi di sisi lain gue dan teman- teman merasa tempat itu keramat dan spooky..spooky gimana gitu. Wajar, namanya juga bangunan tua yang ada sejak jaman Belanda. Banyak kembang dan kemenyan, ini nih yang bikin suasana magis dan seram makin menjadi. Gue sama Inov berkeliling dan memasuki beberapa museum, juga tidak menyia- nyiakan kesempatan untuk berfoto bareng abdi dalem, yang salah satunya sedang menulis dengan aksara jawa., meeennnn…..keren gak tuh. Ada perasaan ngeri ketika kita memasuki museum yang tidak diperkenankan untuk kegiatan berfoto. Di situ ada sumurnya loh..

Kemagisan keraton kita tinggalkan, menuju batik beteng. Di bayangan gue, ini pusat pembuatan batik, dari mulai proses penulisan batik yang pake canting dan malam, perebusan (serem amat) oya pencelupan warna dan sampai batik yang udah jadi. Eh gak taunya, ini cuma tempat jualan, mahal- mahal lagi. Gue, Inov, Winceu, Mbae, Intan, Atri, dan Shofa memutuskan untuk menyusuri jalan dan berharap menemukan tempat menarik untuk dikunjungi selain belanja. Yes, kita nemu pasar tradisional dan di sebelahnya ada TK yang ada seorang nenek tua berjualan mainan wayang- wayangan, dan mainan tradisonal lainnya. Semua pada antusias dan membeli gendang- gendangan yang terbuat dari kertas wajik. Mbae berujar, “Itu kan nenek yang pernah masuk TV gara- gara masih jualan benda- benda seni budaya kayak gini!” Gue Cuma ber-oooohh bulat. Ada andong (delman, bendi, sado atau apapun kalian mau sebut), gak perlu mikir lama, kita naik andong muter- muter sampai alun- alun dan berhenti sejenak karena hujan dan perut kita laper. Dasar cewek- cewek gambreng, heboh banget teriak- teriak dimana- mana, hujan teriak, duduk sempit teriak, keinjek kebo teriak (ya iyalah). Kasian gue sama mbah kusir yang kurus dan udah tua, kebanting sama kita- kita yang gemuk, sehat, dan enerjik (WHATS?).

Nasi pecel adalah pilihan kita mengingat gue dan inov masih dendam dengan nasi padang. Gak sengaja, ternyata warung nasi pecel tersebut adalah tempat yang pernah Pak Bondan Maknyuss kunjungi. Setelah kenyang, lebih tepatnya kekenyangan kita kembali ke andong, juga gak lupa buat beliin mbah kusir nasi pecel bungkus plus teh manis anget. Yah, walaupun basah, kita seneng bias naik andong sementara yang lain hanya bermuram durja duduk dan nugguin hujan berenti. Intinya sih kita bisa pamer ke mereka. Jelas sekali niat pamer tersebut, ditandai dengan meminta mbah kusir untuk berenti tepat di depan orang banyak, peserta tour juga. Benar- benar niat. Durhaka kamu nak.

Sekarang menuju kasongan. Tempat ini terkenal dengan kerajinan gerabahnya, itu tuh benda- benda dari tanah liat (kebangetan kalo masih ada yang gak tau gerabah itu apa). Ternyata harga barang- barang unik disini jauh lebih murah dari di Malioboro. Gue cuma beli mangkok batok buat maskeran (jangan tertawakan ini). Yes, let’s go to the beach. Sayang, hujan lagi marah kali ini. Boro- boro mau ke pinggir pantai, keluar bis pun enggan. Dinginnya ngajak gelut. Karena perut kita ini berdemo masal, kita pergi mencari tempat makan yang menyediakan seafood. Setelah menunggu laammmma banget, datang juga ntu seafood dan hap..hap…kepiting, cumi, dan cakalang habis disantap dengan barbar.

Hujan makin lebat, badai pun menguat, ombak bergulat, Mbae masup angin (nggak nyambung). Tanda- tanda alam tersebut sudah cukup untuk membuat kita pergi dari sini dan cepat menuju apartment. Tadinya, gue mau jalan sama Aris, penasaran sama Ayam Bakar Timoho dan Kopi Klothok rekomendasi Danil, eh hujan gak berenti- berenti, ditambah badan gue udah remuk redam. Yasudah, kegiatan tidur merupakan impian gue waktu itu.

Hari ketiga, hari ini kita mau pulang lagi ke Bandung teapi sebelumya, kita mampir dulu ke Bakpia d’java, terus ke Prambanan dan Pasar Bringharjo sebagai destinasi terakhir. Di tempat bakpia, gue cuma beli oleh- oleh dikit, gue gak menganggarkan banyak untuk beli yang satu ini. Pas di Prambanan, gue dan inov langsung semangat buat nyari penyewaan sepeda. Mata kita langsung ijo ketika ada bapak- bapak naik sepeda. Walaupun kata petugas candi gak ada penyewaan sepeda, kita tetep nekat untuk menanyakan langsung ke bapak- bapak bersepeda, memberikan penawaran yang menarik kalopun itu sepeda gak bisa dipinjem dan kita harus menyewa. Tetep aja usaha kita gagal! Akhirnya kita keliling naek kereta. Oya, foto- foto juga gak kita lupain, dari awal tour sampe hari itu gue emang selalu bersama si Inov, karena dia anak rimba tukang naek gunung, gue jadi kebawa- bawa. Naek bangunan candi, sebelum take foto. Emang ekstrim nih anak. FYI, tempat belanja sekitaran prambanan jauh lebih murah dari di malioboro, kasongan, dan bringharjo.

Sampai di pelataran mailoboro sebelum masuk ke beringharjo, kita menyempatkan untuk makan nasi pecel yang rasanya mangstab abieezzz. Putar puter ngalor ngidul akhirnya Inov dapet kaos bergambar vespa incarannya. Dia beli dua, buatnya dan pacarnya. Hari sudah semakin sore, waktunya kembali ke bis dan pulang! Capek banget asli, tapi di bis AC-nya nyerang ganas, gak bias dimatiin. Dampaknya, gue menggigil sampe- sampe dibalut kain. Huh! Sampe di kostan, gue sholat dan langsung tidur. Bangun tidur gue masih planga- plongo, Akh Buslag haha! Dan gue pun jatuh miskin, entah padahal gue udah perhitungkan keuangan gue.

P.S : Emang gak jodoh gue sama Bakpao, giliran pengen gak ada yang jual, giliran ada guenya udah kenyang. Nasip.
Terima kasih Indomaret, yang selalu menyediakan Cimory Yoghurt Drink dimanapun berada. *lirik Danil.

Wednesday 8 December 2010

Frustating Night Owl.

Apa yah yang ada di pikiran gue malam ini? Capek setelah menyetrika segunung- gunung dan nganterin temen gue pergi berbelanja dan sedihnya lagi, udah hari keberapa gue gagal makan bakpao. Yeah, it is the most wanted kinda food in my list!. Gini nih kalo udah malem, kacau, semrawut. By the way, gue mau ngucapin kepada Timnas Indonesia yang sudah dengan sekuat tenaga memenangi pertandingan melawan Thailand. Dan pahlawan kali ini adalah favorite gue, Bambang Pamungkas. Dua- duanya gol dijebol sama doi, makan tuh Irfan Bachdim! Gak ngerti kenapa gue sangat tidak menerima keberadaan pemain naturalisasi yang satu ini.

Seharusnya malam ini gue udah packing, tapi hati gue menuntun gue untuk menulis. Emang suka kayak gitu. Malah gue sekarang lagi mindahin lagu- lagu wajib yang harus dibawa besok. Gue memilih menyiapkan gadget daripada baju. Kamera, modem, kabel data, flashdisk kalo perlu gue udah persiapain, oh ya satu lagi..buku. Gue gak mau bawa terlalu banyak baju, ini sebenernya kebiasaan buruk, bawa baju banyak dan pasti ada minimal satu baju yang cuma pindah ke travel bag terus ditaro lagi di lemari, cuma pindah doank gak diapa-apain. Intinya, gue gak mau jadi kuli buat diri gue sendri. Gue pengen jelan- jalan yang cerdas. Gue gak akan bawa duit cash banyak, di sana kota kok, pasti banyak atm. Lagian, menurut pengalaman temen gue, duit dia dicuri gara- gara kebanyakan duit cash di dompetnya. Mungkin gue janya menyisakan sedikit space di tas gue untuk sedikit oleh- oleh.

Entah kenapa gue keingetan karakter Francis. Kenapa gue berharap kalo sosok itu nyata. Emang kalo nyata, lo mau ngapain? Kalo bener- bener ada, lo mau berbuat apa? Gak kenapa- kenapa sih. Gue juga gak akan melakukan apa- apa. Ini cuma pikiran yang ngawang dan ngawur. Andai kerjaan gue cuma nulis, ngopi, dan traveling, sungguh indah bukan? Sayangnya, life is not merely about pleasure. *Humming

Sekarang udah 00:16. Waktunya tidur, besok jogging lagi. Terus kumpulin barang- barang yang dibawa and took a trip. Yeay? Yes, Yeay!

P.S : I miss someone.


Saturday 4 December 2010

The Journey Has Begun!

Ketika ditanya cita- citanya apa waktu SMA, dijidat gue selalu tertulis, “Gue pengen ke luar negeri!” dan itu terulang terus- menerus ketika ada yang menanyakan, “Lo pengen gawe dimana? Jadi apa?”. Alhasan, gue selalu menyempatkan diri pergi ke perpus membuka Ensiklopedi tentang Negara- Negara di dunia, terutama Amerika karena California terdengar begitu indah waktu itu, dan gue tergila- gila dengan pantai di sana membuat gue ingin berkeliling bersepda dan membeli hotdog di pinggir jalan pesisir pantai. Ini juga yang memotivasi gue untuk lebih banyak menonton film luar negeri, selain karena ceritanya jauh dari episode berkepanjangan, juga karena latar atau settingnya yang bikin gue berimajinasi setelah melihat itu. “Gue pengen kesana, pengen kuliah di sana, pengen menetap di sana untuk beberapa hari, minggu, bahkan tahun!”
Gue tidak menganggap cita- cita ini adalah hanya angin lalu dan kemudian gue lupa. Tentu tidak, anak saya minum combantrin. Gue mencoba mencari celah kerjaan apa yang memungkinkan gue bisa mobile ke sana kemari, ke luar negeri, berpetualang mengelilingi dunia. Nah, itu dia berpetualang! Selidik punya selidik ternyata kalo kita ngambil jurusan HI (Hubungan Internasional), kita bisa kerja di Departemen Luar Negeri (Deplu) dan otomatis kita bisa berkeliling dunia dengan dalih urusan kantor dan pastinya dibayarin kantor, sambil menyelam minum air. Cerdas! Sayang seribu sayang, orang tua mengancam gue kalo gak kuliah ke jurusan pilihan mereka. Sangat sulit sekali! Pernah nekat, ikutan SMUP UNPAD, yang namanya gak ada restu, jadi lenyap saja, dengan kata lain gak keterima.
Tapi kuliah di jurusan HI bukan satu- satunya jalan menuju Roma, Budapest, Kopenhagen, dan lainnya kok, masih banyak celah menuju ke sana. Gue tidak menyesali kuliah yang gue ambil sekarang dibidang pendidikan atau singkatnya guru. Kesempatan dan peluang ada di depan mata. Semua ini bangkit kembali berkat buku sialan Travelers’ Tale. Buku itu beneran sialan, gokil, gila, cerdas, bikin emosi naik turun, napas kembang kempis….akkkhhhrrr…damn you all Aditya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidayat, dan Ninit Yunita. Sukses berat bikin gue terpingkal- pingkal gara- gara Jusuf, terbawa arus mellow Retno, Ikut- ikutan ribet dan konyol gara- gara Farah, dan dibikin penasaran oleh Francis. Mungkin bagi lo yang belom baca berpikir ini buku panduan berwisata, bukan novel sama seperti gue ketika Agung memperkenalkan buku ini waktu gue di rumah sakit demi mengusir rasa bosan ditemenin infuse mulu gak abis- abis.
Mungkin bagi cewek- cewek, Francis merupakan sosok sempurna dan patut untuk di-elu-elukan..elu…elu..elu. Tapi, Jusuf Hassanudin lebih memesona bagi gue. Kalo aja ada Jusuf di dunia nyata ini, aku ingin kenal dengannya. Dia terlihat ganteng dengan ketololannya. Flying cow, grass landing, Rino tusk, Lauk, ah segala lah bikin gue penasaran ada gak yah orang kayak gitu.
Gue berjanji kepada diri gue akan mengelilingi dunia, mungkin gak jauh- jauh dulu kayak ke Subang (WHATS???) Yup, FYI, tadi gue abis ke Subang ke resepsi pernikahan temen gue dan nyasar aja. Ternyata rumah doi nun jauh di sana. OH MY GOD!!! Skip dulu cerita subangnya. Mungkin itu first step gue, sebelum ke Bali, Lombok, dan Senegal (gak ngerti kenapa gue menempatkan Negara itu, padahal Negara itu kan doyan banget perang sodara). Gue harus kumpulin duit, setidaknya buat beli ransel, cabin bag, folding bike, bikin visa, passport, aduuuh berasa mah ya mau terbang besok. Haha menggebu-gebu. Tenang ini bukan napsu sesaat kok. Kenapa sih kak pengen banget berkelana? Jawabannya adalah coba lihat langit di atas sana, sama- sama biru kan? Tapi gue ingin melihat langit di tempat gue berpijak yang berbeda. Dengan begitu, langit bisa saja jingga, nila, atau lembayung bukan hanya biru.

Bye Dakota

Gue gak tau harus seneng apa sedih. Yang jelas gue shock berat (ini tidak dilebih- lebihkan) ketika gue yang sangat semangat pergi ke tempat mengajar dan bergegas secepatnya agar sampai tepat waktu, walaupun capek setelah survey ke SD dan urusan ini itu, tetapi sampai di sana gue gak mengajar, tepatnya gak bisa lagi mengajar (di situ). Pantas saja ketika gue datang, semua guru- guru dan staff di sana lumayan shock, mungkin mereka mengira gue masih sakit dan dalam masa pemulihan, eh gak taunya gue udah seger buger kayak gini. Setelah diintrogasi gue sakit apa, gara- gara apa, dirawat berapa hari dan ini itu, Ibu direktur bilang mau bicara dengan gue, sesaat sebelum gue akan ke atas, mengajar. Beliau bilang kalo kelas gue udah dipegang penuh oleh guru lain, dengan kata lain udah digantiin, alias gue udah gak bisa ngajar lagi. Alasan yang dipegang sama Ibu sih cukup kuat, demi adik- adik. Gue juga merasa gak enak, anak murid gue sering gue tinggal, bulan pertama gue tinggal KKN, terus suka ada rapat, kuliah tambahan atau acara lain, ditambah yang terakhir ini gue sakit. Gue sangat menerima alasan itu, emang gak apa-apa daripada anak- anaknya bingung gurunya gonta- ganti terus. Hanya gue sangat kaget aja, kenapa gak dibicarakn dulu sama gue soal ganti guru ini dan gue gak ngajar disitu. Okelah, beliau bilang kalo takut ngeganggu gue yang masih belum sehat. Tapi, entah kenapa gue merasa dibuang begitu saja. Terlepas dari gue yang emang mau keluar dari situ, ini sangat mengagetkan. Bukan cuma itu, gaji gue yang terakhir dibayar saat itu juga. Kesannya ingin sekali mempercepat kepergian gue. Ya sudahlah, ambil positif nya aja.
Gue juga gak pernah menyangka, sesakit dan seberat ini meninggalkan tempat kerja, terutama adik- adik. Pas gue ngeliat ke atas dan say “Hi” sama mereka, gue memandang lekat- lekat mata mereka dan gue menyadari kalo gue kangen mereka. Ketika gue duduk di samping mereka, ikut memperhatikan guru yang sedang mengajar, dalam hati gue bilang “seharusnya gue yang masih di posisi itu, masih mengajari mereka, masih bernyanyi dan main games sama mereka”. Nyaris butiran air mata jatuh, sekuat tenaga gue tahan. Gue melihat salah satu murid yang lumayan deket sama gue, dan gue tambah pengen nangis. Mereka gak tau apa yang terjadi sama gue tempao hari, mereka memang gak tau. Pas gue ngobrol sama salah satu staf, gue banyak diem, gak seperti biasanya involving in heated conversation. Gue kangen sama anak- anak yang kelas malem, udah berapa lama gue gak ketemu. Mungkin lain waktu. Jujur gue kerja disitu, banyak hal positif yang gue ambil, terutama masalah pengajaran. Itu karena kita dihadapkan langsungn dengan masalanya bukan hanya beranalisis dengan teori.
Children learn me so much. Dan sekarang I have to say Good Bye.

Bye Dakota, Bye Andreas….


NB: entah kenapa nama itu yang melekat di kepala gue dari mulai gue magang sampai detik ini. You are good student, dude…

Thursday 2 December 2010

Infus

Beberapa obat sebesar kacang merah baru aja gue tenggak. Kalo inget minggu kemaren, di hari rabu ini gue juga pasti lagi minum obat yang dianter sama suster. Yupe, 3 hari di minggu kemaren gue habiskan di salah satu rumah sakit di Bandung. Sakit. Ya iyalah. Masa bersih- bersih toilet sih. Ini pertama kalinya gue di-opname., pertama kalinya nginep di rumah sakit sebagai si empunya sakit bukan nememnin keluarga atau apa, dan pertama kalinya gue mengalami proses paling menggelikan di dunia. Gue diinfus!!! Kualat kayaknya gue, waktu itu gue pernah berkata dalam hati “Ih, amit- amit gue sampe dirawat di rumah sakit dan diinfus, jangan sampe dah!!! Separah apapun gue gak mau dirawat apalagi di-infus. Huwaaa. Dan nyatanya selang itu masuk juga ke tubuh gue. Slurp…slurp…cairan mengalir..CRAP!

Awalnya gimana kak, kok bisa dirawat? Begini, jadi hari itu hari senin nan kelabu. Diawali dengan panggilan alam di jam 3 pagi. Normal! Tapi ujungnya gak beres, banyak keluar cairan. “Akh, diare biasa!” kata gue blagu. Gue lanjut tidur karena emang capek banget baru balik dari liburan gue di rumah. Ternyata tubuh gue berkata lain, semakin lemas. “Hmmm…roman- romannye kagak bakal masup nih kuliah Discourse Analysis!”, Gumam gue sok mikir. “Masuk aja akh!” Sok kuat. Ternyata bangkar, gak kuat. Boloslah satu mata kuliah. 

Dengan semangat kuliah gue yang pantang mundur dan terkesan maksain, gue tetep masuk di mata kuliah kedua, karena ya..gue gak mau kebanyakan bolos, takut masih berguna buat yang lainnya hihi. Emang sih gue merasakan pandangan mata gue siwer dan kata temen gue, “Pucet lo!”. Gue abaikan. Siangnya, udah mulai geser fungsi kayaknya tubuh gue ini. Cairan terus keluar dari tubuh gue lewat… ya lo tau lah keluarnya pup dari mana. Terus- terusan, dan bodohnya gue udah tau diare gitu malah makan rendang tongkol yang tololnya lagi, gue buat sendiri. BLAH. Silahkan salahin saya.

Ngerasa gak enak udah seminggu izin gak ngajar, gue maksain ngajar dan bener- bener maksain. Di tempat ngajar, sudah semakin jelas pucat pasi muka gue. Dalih profesionalitas, gue pasang muka ceria dan senyum selebar pundak mengawali pelajaran bertanya, “How are you boys and girls?”. Gue boleh berbohong sama mereka, tapi tubuh gue enggak. Melemah dan melemah. Sialnya, hari itu murid gue astagfirullah resek banget. Tumben- tumbenan banyak kepengen. “Kak…kak…aku pengen play outside!” yang satu bilang lagi, “Kak nanti game nya football aja ya!”, “Aaaakkkhh, gak mau ah aku mau blind-folded!”, “ Kak aku pengen sapi perah!” Oh, yang terakhir itu gak. Aduh nih bocah gak tau ape bibir gue udah biru gini! Dengan tegas gue menolak rengekan mereka dengan menyediakan mereka botol- botol dan bola. Bermain bowling! Yang jelas ini masih di ruangan. BRUK. Gue duduk diam gak sanggup menopang tubuh gue yang montok ini. Selesai ngajar, gue langsung cabut pulang gak seperti biasanya sholat dan makan dulu. Yang gue pikirin cuma kasur..kasur kasur…gue pengen menjatuhkan tubuh gue ini di atas kasur empuk secepatnya. 

Naluri bilogis gue masih jalan, gue sempetin beli roti dan minuman yang bisa ngisi isotonik yang berceceran washed down the drain tadi. Napsu makan gue ilang, tapi akal berbicara lain, “Lo harus makan, walaupun roti!”. Di angkot gue semakin melemah, gue cuma bisa menyandarkan kepala gue di kaca jendela. Gak peduli apa kata penumpang lain. Payung gue jatoh aja gue gak nyadar. Aduh bukan orang sakit juga suka gak nyadar kali barangnya jatoh. Lebay tapi nyata. Gue pengen ambruk seketika juga. Nyadar gue gak kuat lagi, gue sms Agung dan Ninik kalo gue lemes luar biasa. Dari tempat gue turun dari angkot, gue liat dengan samar- samar Agung berlarian meraih gue, menurut gue kalo di-film-in ini heroik banget. Gimana enggak, agung berlarian diliatin anak- anak UNPAS, pake sandal jepit dan begitu ngeliat muka gue dia shock. Muka gue kaya panda, di sekitar mata, udah terbentuk cekungan hitam. Gue rasa gue perlu beli Garnier. Gue dituntun menuju kostan, singsumsingdem (sing sumpah, sing demi) gue pengen muntah, tapi masa gue nabur muntahan di jalanan? Sekuat tenaga sisa, gue tahan. Sampe kamar mandi, malah mengejutkan, gue gak lagi enek dan muntah tapi semua itu keluar dari bawah, sebanyak banyaknya cairan selama ini gue pernah buang! 

Gue menjatuhkan diri ke kasur. Akhirnya! Agung terus memaksa gue untuk ke dokter, tapi terus- terusan gue tolak karena selain lemes, badan gue udah mulai enakan gara- gara kasur ini. Terima kasih kasur. Sayangnya, rasa nyaman sementara itu gak berlangsung lama. Ulu hati gue sakit banget. Entah gue muntah apa enggak waktu itu, saking seringnya muntah. Akhirnya gue nyerah, gue menuruti mereka untuk ke klinik. Gue udah semakin melemah, saking gak kuat jalan sampe gue remas mengarah ke cakar lengan si Agung. Omongan gue juga udah gak kekontrol, gue terus- terusan mengeluh ke dokter. Dokter ngasih resep dan gue pulang dengan ojek. Gak kuat! Ninik dan Agung kemana kak? Mereka hujan- hujanan. Maaf…

Sampe di kostan, dispenser bocor. Banjir lokal dimulai. Tubuh gue gak lagi sanggup peduliin itu, gue langsung makan 2 gigit roti yang dibelikan Ninik, cuma syarat buat minum obat dan dilanjut minum obat sesuai saran dokter. 10 detik kemudian. Byuarr…gue muntah seada- adanya, ke tas, sweater, bed cover, lantai, semuanya. Pas ngelanjutiin muntah di kamar mandi, lampu kamar mandi mati. Ya Allah apalagi ini??? Suara muntahan gue yang terus- terusan, jelas mengganggu orang- orang yang ada di rumah itu, Gina, temen kostan gue, para pembantu, dan Ibu kost pun menghampiri gue yang nyaris sekarat. Ibu menyarankan gue untuk ke rumah sakit aja, karena mata gue udah item cekung kayak kuali sorabi. Gue menolak dengan bilang orang tua gue mau dateng, gimana besok aja.  Gina juga nyamperin gue bawa teh manis panas, biar anget badan gue. Tapi apa daya seteguk gue minum, seember gue muntahkan. 

Gue gak tau lagi apa yang terjadi, tau- tau Ninik meminta gue untuk bangun dan segera menuju ke depan gang, taksi sudah dipesan oleh Agung buat nganterin gue ke rumah sakit. Sifat bandel gue gak ilang- ilang, masih aja ngelak “Cui gak mau ke rumah sakit, Niniiiiikkkk!” pernyataan ini kontras banget dengan gue yang lagi megang dada kesakitan ulu hatinya. Ninik dengan sabar ngadepin sikap gue yang gak bisa dimaapin ini, terus membujuk, “Ayo Cui, daripada sakit kayak gini terus.” Ke rumah sakit adalah hal terburuk daripada ketemu dosen killer. Di taksi gue gak berbuat banyak. cuma diem. Dan bertanya- tanya, bener ini gue mau di rawat??? DAMN.

Sampe di rumah sakit, gue ke UGD, langsung ditangani suster. Dan dia adalah orang kesekian yang shock ngeliat mat ague yang hitam mencekung. “Aduh dek, itu matanya sampe cekung gitu!”. Dia nanya ini itu, gue abis makan apa dan bla..bla…dan yang terakhir ini bikin gue meringis, “Di-infus dulu ya!” “Huwaaaaaaaa mamaaaaaa! NOOOOOO” Gak pengen terlalu dirasain, gue pasrah menyerah kan tangan dan pembuluh darah gue ke doi. Tiba- tiba pembuluh darah gue telah terhubung ke selang dan dialiri cairan bening itu. BLAH!!! Dokter datang dan bilang harus dirawat, “Anda kalo telat dan kekurangan kalium, bisa ke jantung ini!” Dalam hati ”HAPAH?”

Dibawanya gue di atas kursi roda ke ruangan yang bakal gue tempatin, entah berapa hari. Temaram mengarah ke gelap. Kamar Gelap. Serem melintas di benak gue. Gue tiduran di kasur putih berlapiskan linen, dan masih tertegun. Agung dan Ninik masih menemani gue mendengarkan penjelasan suster mengenani peraturan di rumah sakit tersebut. Gue selintas melihat mereka dengan muka capek, stress, kuatir,  dan basah kuyup plus belom makan, ya ampun apa yang gue lakuin sampe bikin mereka repot seperti ini. Kalo gak ada 2 makhluk ini, mungkin gue udah terkapar entah dimana. You both are my hero!!!Yes, you are!!!

Gak lama, Ayas dateng sama Redha. Ayas masih berseragam hotel, baru pulang kerja. Redha mukanya kaget  dengan berkata, “Ya ampun si Ita jadi kurus banget!”. Hape gue mati total. Shit. Mereka berunding dan akhirnya Ayas yang nemenin gue di malam pertama di rumah sakit itu. Sebenernya, kasur lumayan cukup untuk ditiduri berdua tapi karena peraturan yang tidur disitu cuma yang sakit yasudah, Ayas nunggu gue di kursi, otomatis tidur di kursi semaleman. Sumpah gue gak tega, baru pulang kerja, tidur berbentuk seperti itu pasti gak enak banget karena gue juga pernah merasakan, dan besok dia harus kembali kerja.  Makasih sayooongg. Gue gak tau lagi harus berterima kasih seperti apa lagi sama mereka. 

Paginya, gue hubungi Iyesh kalo gue di rumah sakit. Semalem sih gue udah sms tapi mungkin gak nyampe. Mereka juga shock gue berada di rumah sakit saat ini. Gue sempet mengalami sendiri di rumah sakit beberapa jam nunggu kedatengan orang tua gue. Tidur lah gue, paling dibangunin suruh minum obat, tensi darah, cek suhu tubuh, sama ambil darah. Begitu orang tua gue nyampe mereka langsung meraih gue. Dan mirisnya, kenapa nyokap bawa keripik tempe dan sale pisang, gue kan mau banget tapi gak boleh. “Ta, nih tadi beli keripik tempe, masih anget lo!” gue mengguman, “Euh, gak boleh atuh!”. Gue juga sempet stress sama makanan rumah sakit. Baru kali itu gue ngerasa waktu makan merupakan waktu yang paling menngerikan dalam hidup gue. Bubur tawar, sayur asrep, tahu kukus tanpa rasa dan makanan penjara lainnya. Hyekk!
Ini dia saat- saat mengerikan itu….

Siangnya, temen- temen seperjuangan gue pada dateng. Iyesh, Dita, Geni menyambangi gue. Jujur ini hiburan bagi gue, ngobrol dan menggosip. Habisan bosen banget cuma ngeliat keluar jalan Cihampelas dan melihat mahasiswa- mahasiswa STBA yang masih labil. Disusul Nca, Iya, dan Daud. Saking gak pengen ketauan sama suster mereka menyembunyikan makanannya di dalam tas. Hehe ada- ada aja. Sorenya temen suka duka gue di KKN, Eni dateng bersama dengan Chani temen sekelasnya. Gak lama Ninik dateng bawa tabloid yang gue pesen demi mengikis kebosenan.  Hari mulai malam, gue ngantuk mereka juga harus pulang. 

Hari kedua, kondisi gue belom ada perubahan yang signifikan, masih pake diapers yang suka dipake nenek- nenek. Dokter datang lebih pagi kali ini, gue mengeluh dan memberikan keterangan yang sejelas- jelasnya biar cepet sembuh. Dan dia komplein kenapa gak bilangdari kemaren kalo begini dan begitu. Gue udah bilang deh perasaan. Dampaknya gue dikasih ekstra obat! Biarin biar cepet sembuh. Ada yang mengejutkan, Iyesh, Geni, dan kali ini Ginta datang lagi. Ini bikin gue kaget, gak nyangka mereka dateng lagi. Ini bener- bener membantu gue secara mental, menghibur gue walaupun secara jelas mereka tidak terang- terangan joget- joget Dora The Explorer.  Dita juga akhirnya menyusul, berjam- jam mereka nemenin gue karena orang tua gue harus membereskan kostan gue yang luluh lantak dulu pasca kejadian senin malam. Makasih banget ya, semua ini sangat berarti. Sorenya, Gina dateng sama Ochie, disususl Tika dan Bunga. Gak lama Ninik dan Agung dateng lagi bawain gue masing- masing 1 buku. Itu sangat berguna banget!!!

Besoknya, ajaib, udah gak ada cairan  yang keluar lagi, walaupun masih mual. Gue dan orang tua memutuskan untuk rawat jalan aja. Artinya, gue pulang dan istirahat di rumah. Itu lebih baik sepertinya. Dokter pun membolehkan pulang. Gue pulang ke Serang dalam kondisi masih lemas. Mual dan lemas pun mewarnai perawatan gue di rumah. Bubur dan Marie Regal yang boleh gue makan, udah berasa kayak bayi.
Balik ke Bandung, masih merasa lemas dan ajaib ketika malamnya gue ditelfon Cholil. Siapa itu kak? Itu loh vokalis paling nyentrik di jagat perindian Indonesia. Seneng banget  walaupun penyakit gue dibilang penyakit kampung.hmmm . Sembah sujud kepada Milta Muthia Andika Ratu. Kamu tau? Seketika bubur saya habis yang biasanya Cuma 2-3 sendok saja. Kalo musti balas kebaikan, saya gak cukup berani untuk meminta Remedy menelfon kamu, Milta.Haha

Bubur lagi..bubur lagi….gue juga kan pengen makan nasi goreng, bakso, sateeee…..Oh itu Obama, Tapi untungnya, gue pas check up lagi kemaren, kata dokter udah boleh. Assiikkk….impian terbesar gue kalo udah sembuh adalah makan bakso atau mie instan!!! Gue lelah sama makanan sehat, persetan dengan glikemik indeks dan kalori. Gue mau melahap semua!!!!

NB:

-     Satu lagu yang cocok banget dan suka gue nyanyiin di rumah sakit, ini penggalan liriknya, “Lihatlah aku pucat pasi, sembilu hisapi jemari” -Hujan Jangan Marah, Efek Rumah Kaca-
-     Makasih Bandung Adventist Hospital yang udah ‘membolehkan’ saya menginap di sana.
-     Makasih buat semuanyaaaaaaaaaa…..Ternyata masih banyak orang yang sayang sama gue.