Monday 20 December 2010

Teruntuk: Milta

Saya gak tahu berapa ribuan maaf yang harus saya lemparkan sama kamu. Sudah berapa kali saya mengingkari janji saya untuk acara yang menurut saya juga penting. Rasanya sulit terus- menerus berada di pilhan yang sangat krusial. Saya tahu kamu kecewa. Sayangnya manusia cuma punya satu kata untuk meredakan semua yang tidak pada kadarnya: 'maaf'.

Apa yang kamu ceritakan di blog, sangat bisa meredakan suasana hati saya. Sangat bagus. Saya juga penggemar blog kamu, tentu jauh lebih sophisticated dari yang saya. Walaupun kata seseorang kata maaf itu tidak baik jika terlalu sering dilontarkan. Tapi menurut saya itu salah satu dari kata sakti. Maaf Milta....

Thursday 16 December 2010

Jogja Dulu Baru Georgia

Hey, heyho? anybody home? Hehe. Entah kenapa akhir- akhir ini gue bawaannya ngantuk terus, terus badan berasa capek dan pegel- pegel gimana gitu (ih najis). Apa ini efek dari trip kemaren? hehe iya ya, gue masih punya utang buat nyeritain perjalanan kemaren. Yup, mungkin gara- gara itu juga, badan gue jadi pegel- pegel gak jelas gini. Gue emang gitu, gak kayak orang- orang kalo bales dendam sekaligus, seharian tewas udah kayak mati suri. Gue beda, biasa aja, jatah tidur segitu- gitu aja cuma dampaknya berhari- hari. Okay, mari bercerita....

Pertama- tama gue harus jelasin dulu tentang trip ini. Ini sebenernya studi banding acara jurusan dimana gue kuliah. Awalnya, yang mau ikut studi banding bakal diseleksi dengan melampirkan hasil test TOEFL dan Essay tentang Lokakarya penulisan skripsi. Dari awal dikasih tau seperti itu, gue udah mulai tertarik sih, tidak lain tidak bukan: jalan- jalan...siapa yang gak mau? Hanya, seiring berjalannya waktu, studi banding ini gaungnya udah mulai gak didengerin. Muncul lagi pamornya, setelah waktu pelaksannannya semakin mendekat. Awalnya, gue gak mau ikut soalnya baru aja gue keluar dari rumah sakit dan kondisinya masih melemah dan melemah, pucat pasi, sembilu hisapi jemari, tubuh membiru tragis Okay, cukup! Selain itu, persyaratannya gak mungkin gue penuhi, orang gue belom test TOEFL dan males bikin essaynya. Tetapi, kenyataan berkata lain sodara- sodara. Lama- kelamaan, studi banding itu diobral, gak ada persyaratan apapun. Awalnya..akhh awalnya mulu! Tetep sih gue ragu, apalagi kalo bukan kondisi fisik gue pasca opaname! Tetapi, setelah gue melihat diri gue kuat, berani pergi ke Subang bersama Geni nyasar sana- sini, gue rasa, akhhh...gue udah sehat *blagu.

Gue menghubungi koordinator 'kepala suku' tour ini untuk ikutan studi banding. jadi deh gue ikutan hihiy. Gue juga mengajak temen- temen gue, tapi pada gak mau karena punya acara sendiri. Tak apa, gue udah biasa sendiri atau kesendirian membiasakan gue? Mungkin persiapan- persiapan udah dibahas di postingan sebelumnya. Hari rabu malam kira- kira pukul 8 adalah jadwal yang udah ditetapkan oleh travel agent kita untuk keberangkatan, setelah sebelumnnya kumpul dulu di kampus, janjian dulu sama temen, nyerahin handycam ke Ginta, gue stress karena udah jam setengah 6 tapi belom mandi.

Gue dianter sama Agung, ini makhluk selalu ada terus setiap gue butuh. Thousand thanks have been sent to you. . Malem itu hujan, jadi agak hectic sedikit. Setelah gue nyari- nyari nama di masing- masing bus, ternyata nama gue ada di deretan seat bus dosen. Akh, sial! Pasti bete, ngebosenin. Moreover, just for youth info, gue se-bus juga sama pacarnnya mantan gue. Okay, sekian berita tidak penting hari ini. Damn, this would be worse than I imagine.

Sampe di sana pagi, kita gak mampir dulu ke hotel tapi langsung ke Universitas yang kita tuju buat dibandingin. Apa coba yang mau dibandingin. Setelah mengikuti semacam seminar singkat (baca: temu kangen), muter- muter dari gedung ke gedung, dan bikin berisik orang- orang yang berada di sekitar kampus gara- gara suara- suara heboh yang keluar dari tenggorokan kita yang lebih mirip ciap- ciap anak ayam atau yang lebih mirip suara anak SMP labil baru puber kejepit pintu. Hmmm...kebayang kan, kemudian kita pergi ke hotel yang akan kita tinggali selama kurang lbih 4 hari.

Itu sebenernya hotel dan apartment, makanya kita tinggalnya di flat. Di flat yang gue tinggalin, diisi 7 orang. Gue sekamar sama Intan dan Atri, di kamar yang lain diisi sama Mbae, Winceu, dan Inov, dan di kamar satunya diisi sam Nca dan Iya. First impression kita sampe di apartment itu sih lumayan hmm...let's say, spooky lah. Ini gara- gara cerita salah satu temen kita yang sering nginep di sana kalo ada acara debat. Gue sih build positive thinking aja, kalo kitanya gak macem- macem mah gak apa- apa, gak akan kenapa- kenapa. Gue berbicara seperti ini karena gue berpengalaman nginep di Villa di pesisir pantai Anyer yang sekelilingnya ditanemin kamboja! Lebih parah gak tuh, mana di depannya ada ayunan lagi. Hmm..Okay cukup membicarakan ini karena ini sudah malam.

Mandi adalah kegiatan yang diimpi- impikan setelah sampai di Apartment. Yah, harus ngantri. Selang kira- kira 2 jam kemudian, kita harus udah siap untuk melanjutkan tour ke Kota Gede dan Malioboro. Jujur, gue gak terlalu tertarik wisata ke Kota Gede ini, soalnya perak. Gue gak terlalu suka perhiasan, selain terkesan ibu- ibu juga harganya gak murah. Gak lama kita ke Malioboro, Nah ini dia yang gue suka, jalan- jalan di Malioboro, menikmati keramahan Jogja. Mencari pernak- pernik yang 'nyeni' adalah kegiatan yang udah mengakar di otak gue. Setelah tawar- menawar dan mendapatkan barang yang lumayan lah buat oleh- oleh, gue memutuskan untuk mencari nasi kucing. Kuliner ini emang wajib untuk diburu kalo ke Jogja soalnya selain murah, ada unsur kekerabatan yang hangat ketika kita berkumpul bersama menyantap si nasi kucing ini. Gue, Inov, Mbae, dan Winceu menelusuri pelataran trotoar maliboro sampai ke depan Bank Indonesia dan Kantor Pos. Soalnya, kata si Aris temen gue yang kuliah di sana, nasi kucing ada di sana, belinya jangan di sekitar malioboro, mahal begitu katanya. yaudah gue turutin, sayang seribu sayang udah ujyan becyek, ternyata gak ada sama sekali yang jual nasi kucing disitu sodara- sodara. Kecewa. Akhirnya, kita balik arah dan tragisnya, kita makan NASI PADANG !CRAP!!! jauh- jauh ke jogja makannya nasi padang. Inov bilang, “Ih, ngaleketek usus iyeu mah!”

Kuciwo karena nasi padang, kita pun pulang (emang jadwalnya bus pulang sih hehe). Gak lama setelah sampai di flat, kita kedatengan tamu bule pemuda Argentina namanya entah sekedengeran gue sih Peppy. Bukan..bukan..bukan Peppy The Explorer Si Janggut Kepang, yang ini lumayan ganteng sih walaupun gue keganggu sama tindikan di lobang idung sebelah kirinya (lho, kok hafal?). Maksut kedatangan bule itu adalah ingin bertemu Atri, temen sekamar gue. Sebenernya yang ingin bertemu itu temennya dia yang ngebawa bule itu kesini. Tapi pas gue Tanya, “Itu siapa Tri?” dia menjawab, “Teuing saha, teu ngeh Atri oge!”, “Lah?” gue begong perlahan- lahan. Karena rasa keingin-tahuan gue yang begitu dalam (baca: gak tau malu), gue ikut gabung ngobrol sama ntu bule. Si Peppy itu sih yang nyapa duluan dan berkata “Apa kabar” dengan aksen latin campur Espanola. Akhirnya gue ikut kenalan dan ngobrol yang kebanyakan masalah budaya dan bahasa. Karena gue udah mulai ngantuk, gue akhiri pembicaraan dan sikat gigi kemudian sholat di kamar Winceu. Setelah sholat, gue diburu pertanyaan tentang bule dan kekeselan mereka karena bule itu gak pulang- pulang padahal udah larut malem begini. Wajar, kita kan pada capek abis perjalanan dan jalan- jalan.

Pagi tiba, kita semua dikagetkan dengan kunci yang patah. Ternyata itu adalah hasil karya bule tadi malem yang gak bias diem ngelatak flat kita. Kita?. Hari ini kita mau ke keraton, batik beteng, kasongan, dan pantai depok. Assiiikk ke pantai, udah kebanyang gue sama sunset. Okay, yang di keraton dulu. Hmmm….aroma- aroma magis udah terasa mulai di pintu masuknya. Di satu sisi, gue terkesima dengan bangunan kuno yang masih kokoh, peninggalan budaya yang masih dirawat oleh para abdi dalem yang loyalitasnya udah gak perlu diraguin lagi, tapi di sisi lain gue dan teman- teman merasa tempat itu keramat dan spooky..spooky gimana gitu. Wajar, namanya juga bangunan tua yang ada sejak jaman Belanda. Banyak kembang dan kemenyan, ini nih yang bikin suasana magis dan seram makin menjadi. Gue sama Inov berkeliling dan memasuki beberapa museum, juga tidak menyia- nyiakan kesempatan untuk berfoto bareng abdi dalem, yang salah satunya sedang menulis dengan aksara jawa., meeennnn…..keren gak tuh. Ada perasaan ngeri ketika kita memasuki museum yang tidak diperkenankan untuk kegiatan berfoto. Di situ ada sumurnya loh..

Kemagisan keraton kita tinggalkan, menuju batik beteng. Di bayangan gue, ini pusat pembuatan batik, dari mulai proses penulisan batik yang pake canting dan malam, perebusan (serem amat) oya pencelupan warna dan sampai batik yang udah jadi. Eh gak taunya, ini cuma tempat jualan, mahal- mahal lagi. Gue, Inov, Winceu, Mbae, Intan, Atri, dan Shofa memutuskan untuk menyusuri jalan dan berharap menemukan tempat menarik untuk dikunjungi selain belanja. Yes, kita nemu pasar tradisional dan di sebelahnya ada TK yang ada seorang nenek tua berjualan mainan wayang- wayangan, dan mainan tradisonal lainnya. Semua pada antusias dan membeli gendang- gendangan yang terbuat dari kertas wajik. Mbae berujar, “Itu kan nenek yang pernah masuk TV gara- gara masih jualan benda- benda seni budaya kayak gini!” Gue Cuma ber-oooohh bulat. Ada andong (delman, bendi, sado atau apapun kalian mau sebut), gak perlu mikir lama, kita naik andong muter- muter sampai alun- alun dan berhenti sejenak karena hujan dan perut kita laper. Dasar cewek- cewek gambreng, heboh banget teriak- teriak dimana- mana, hujan teriak, duduk sempit teriak, keinjek kebo teriak (ya iyalah). Kasian gue sama mbah kusir yang kurus dan udah tua, kebanting sama kita- kita yang gemuk, sehat, dan enerjik (WHATS?).

Nasi pecel adalah pilihan kita mengingat gue dan inov masih dendam dengan nasi padang. Gak sengaja, ternyata warung nasi pecel tersebut adalah tempat yang pernah Pak Bondan Maknyuss kunjungi. Setelah kenyang, lebih tepatnya kekenyangan kita kembali ke andong, juga gak lupa buat beliin mbah kusir nasi pecel bungkus plus teh manis anget. Yah, walaupun basah, kita seneng bias naik andong sementara yang lain hanya bermuram durja duduk dan nugguin hujan berenti. Intinya sih kita bisa pamer ke mereka. Jelas sekali niat pamer tersebut, ditandai dengan meminta mbah kusir untuk berenti tepat di depan orang banyak, peserta tour juga. Benar- benar niat. Durhaka kamu nak.

Sekarang menuju kasongan. Tempat ini terkenal dengan kerajinan gerabahnya, itu tuh benda- benda dari tanah liat (kebangetan kalo masih ada yang gak tau gerabah itu apa). Ternyata harga barang- barang unik disini jauh lebih murah dari di Malioboro. Gue cuma beli mangkok batok buat maskeran (jangan tertawakan ini). Yes, let’s go to the beach. Sayang, hujan lagi marah kali ini. Boro- boro mau ke pinggir pantai, keluar bis pun enggan. Dinginnya ngajak gelut. Karena perut kita ini berdemo masal, kita pergi mencari tempat makan yang menyediakan seafood. Setelah menunggu laammmma banget, datang juga ntu seafood dan hap..hap…kepiting, cumi, dan cakalang habis disantap dengan barbar.

Hujan makin lebat, badai pun menguat, ombak bergulat, Mbae masup angin (nggak nyambung). Tanda- tanda alam tersebut sudah cukup untuk membuat kita pergi dari sini dan cepat menuju apartment. Tadinya, gue mau jalan sama Aris, penasaran sama Ayam Bakar Timoho dan Kopi Klothok rekomendasi Danil, eh hujan gak berenti- berenti, ditambah badan gue udah remuk redam. Yasudah, kegiatan tidur merupakan impian gue waktu itu.

Hari ketiga, hari ini kita mau pulang lagi ke Bandung teapi sebelumya, kita mampir dulu ke Bakpia d’java, terus ke Prambanan dan Pasar Bringharjo sebagai destinasi terakhir. Di tempat bakpia, gue cuma beli oleh- oleh dikit, gue gak menganggarkan banyak untuk beli yang satu ini. Pas di Prambanan, gue dan inov langsung semangat buat nyari penyewaan sepeda. Mata kita langsung ijo ketika ada bapak- bapak naik sepeda. Walaupun kata petugas candi gak ada penyewaan sepeda, kita tetep nekat untuk menanyakan langsung ke bapak- bapak bersepeda, memberikan penawaran yang menarik kalopun itu sepeda gak bisa dipinjem dan kita harus menyewa. Tetep aja usaha kita gagal! Akhirnya kita keliling naek kereta. Oya, foto- foto juga gak kita lupain, dari awal tour sampe hari itu gue emang selalu bersama si Inov, karena dia anak rimba tukang naek gunung, gue jadi kebawa- bawa. Naek bangunan candi, sebelum take foto. Emang ekstrim nih anak. FYI, tempat belanja sekitaran prambanan jauh lebih murah dari di malioboro, kasongan, dan bringharjo.

Sampai di pelataran mailoboro sebelum masuk ke beringharjo, kita menyempatkan untuk makan nasi pecel yang rasanya mangstab abieezzz. Putar puter ngalor ngidul akhirnya Inov dapet kaos bergambar vespa incarannya. Dia beli dua, buatnya dan pacarnya. Hari sudah semakin sore, waktunya kembali ke bis dan pulang! Capek banget asli, tapi di bis AC-nya nyerang ganas, gak bias dimatiin. Dampaknya, gue menggigil sampe- sampe dibalut kain. Huh! Sampe di kostan, gue sholat dan langsung tidur. Bangun tidur gue masih planga- plongo, Akh Buslag haha! Dan gue pun jatuh miskin, entah padahal gue udah perhitungkan keuangan gue.

P.S : Emang gak jodoh gue sama Bakpao, giliran pengen gak ada yang jual, giliran ada guenya udah kenyang. Nasip.
Terima kasih Indomaret, yang selalu menyediakan Cimory Yoghurt Drink dimanapun berada. *lirik Danil.

Wednesday 8 December 2010

Frustating Night Owl.

Apa yah yang ada di pikiran gue malam ini? Capek setelah menyetrika segunung- gunung dan nganterin temen gue pergi berbelanja dan sedihnya lagi, udah hari keberapa gue gagal makan bakpao. Yeah, it is the most wanted kinda food in my list!. Gini nih kalo udah malem, kacau, semrawut. By the way, gue mau ngucapin kepada Timnas Indonesia yang sudah dengan sekuat tenaga memenangi pertandingan melawan Thailand. Dan pahlawan kali ini adalah favorite gue, Bambang Pamungkas. Dua- duanya gol dijebol sama doi, makan tuh Irfan Bachdim! Gak ngerti kenapa gue sangat tidak menerima keberadaan pemain naturalisasi yang satu ini.

Seharusnya malam ini gue udah packing, tapi hati gue menuntun gue untuk menulis. Emang suka kayak gitu. Malah gue sekarang lagi mindahin lagu- lagu wajib yang harus dibawa besok. Gue memilih menyiapkan gadget daripada baju. Kamera, modem, kabel data, flashdisk kalo perlu gue udah persiapain, oh ya satu lagi..buku. Gue gak mau bawa terlalu banyak baju, ini sebenernya kebiasaan buruk, bawa baju banyak dan pasti ada minimal satu baju yang cuma pindah ke travel bag terus ditaro lagi di lemari, cuma pindah doank gak diapa-apain. Intinya, gue gak mau jadi kuli buat diri gue sendri. Gue pengen jelan- jalan yang cerdas. Gue gak akan bawa duit cash banyak, di sana kota kok, pasti banyak atm. Lagian, menurut pengalaman temen gue, duit dia dicuri gara- gara kebanyakan duit cash di dompetnya. Mungkin gue janya menyisakan sedikit space di tas gue untuk sedikit oleh- oleh.

Entah kenapa gue keingetan karakter Francis. Kenapa gue berharap kalo sosok itu nyata. Emang kalo nyata, lo mau ngapain? Kalo bener- bener ada, lo mau berbuat apa? Gak kenapa- kenapa sih. Gue juga gak akan melakukan apa- apa. Ini cuma pikiran yang ngawang dan ngawur. Andai kerjaan gue cuma nulis, ngopi, dan traveling, sungguh indah bukan? Sayangnya, life is not merely about pleasure. *Humming

Sekarang udah 00:16. Waktunya tidur, besok jogging lagi. Terus kumpulin barang- barang yang dibawa and took a trip. Yeay? Yes, Yeay!

P.S : I miss someone.


Saturday 4 December 2010

The Journey Has Begun!

Ketika ditanya cita- citanya apa waktu SMA, dijidat gue selalu tertulis, “Gue pengen ke luar negeri!” dan itu terulang terus- menerus ketika ada yang menanyakan, “Lo pengen gawe dimana? Jadi apa?”. Alhasan, gue selalu menyempatkan diri pergi ke perpus membuka Ensiklopedi tentang Negara- Negara di dunia, terutama Amerika karena California terdengar begitu indah waktu itu, dan gue tergila- gila dengan pantai di sana membuat gue ingin berkeliling bersepda dan membeli hotdog di pinggir jalan pesisir pantai. Ini juga yang memotivasi gue untuk lebih banyak menonton film luar negeri, selain karena ceritanya jauh dari episode berkepanjangan, juga karena latar atau settingnya yang bikin gue berimajinasi setelah melihat itu. “Gue pengen kesana, pengen kuliah di sana, pengen menetap di sana untuk beberapa hari, minggu, bahkan tahun!”
Gue tidak menganggap cita- cita ini adalah hanya angin lalu dan kemudian gue lupa. Tentu tidak, anak saya minum combantrin. Gue mencoba mencari celah kerjaan apa yang memungkinkan gue bisa mobile ke sana kemari, ke luar negeri, berpetualang mengelilingi dunia. Nah, itu dia berpetualang! Selidik punya selidik ternyata kalo kita ngambil jurusan HI (Hubungan Internasional), kita bisa kerja di Departemen Luar Negeri (Deplu) dan otomatis kita bisa berkeliling dunia dengan dalih urusan kantor dan pastinya dibayarin kantor, sambil menyelam minum air. Cerdas! Sayang seribu sayang, orang tua mengancam gue kalo gak kuliah ke jurusan pilihan mereka. Sangat sulit sekali! Pernah nekat, ikutan SMUP UNPAD, yang namanya gak ada restu, jadi lenyap saja, dengan kata lain gak keterima.
Tapi kuliah di jurusan HI bukan satu- satunya jalan menuju Roma, Budapest, Kopenhagen, dan lainnya kok, masih banyak celah menuju ke sana. Gue tidak menyesali kuliah yang gue ambil sekarang dibidang pendidikan atau singkatnya guru. Kesempatan dan peluang ada di depan mata. Semua ini bangkit kembali berkat buku sialan Travelers’ Tale. Buku itu beneran sialan, gokil, gila, cerdas, bikin emosi naik turun, napas kembang kempis….akkkhhhrrr…damn you all Aditya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidayat, dan Ninit Yunita. Sukses berat bikin gue terpingkal- pingkal gara- gara Jusuf, terbawa arus mellow Retno, Ikut- ikutan ribet dan konyol gara- gara Farah, dan dibikin penasaran oleh Francis. Mungkin bagi lo yang belom baca berpikir ini buku panduan berwisata, bukan novel sama seperti gue ketika Agung memperkenalkan buku ini waktu gue di rumah sakit demi mengusir rasa bosan ditemenin infuse mulu gak abis- abis.
Mungkin bagi cewek- cewek, Francis merupakan sosok sempurna dan patut untuk di-elu-elukan..elu…elu..elu. Tapi, Jusuf Hassanudin lebih memesona bagi gue. Kalo aja ada Jusuf di dunia nyata ini, aku ingin kenal dengannya. Dia terlihat ganteng dengan ketololannya. Flying cow, grass landing, Rino tusk, Lauk, ah segala lah bikin gue penasaran ada gak yah orang kayak gitu.
Gue berjanji kepada diri gue akan mengelilingi dunia, mungkin gak jauh- jauh dulu kayak ke Subang (WHATS???) Yup, FYI, tadi gue abis ke Subang ke resepsi pernikahan temen gue dan nyasar aja. Ternyata rumah doi nun jauh di sana. OH MY GOD!!! Skip dulu cerita subangnya. Mungkin itu first step gue, sebelum ke Bali, Lombok, dan Senegal (gak ngerti kenapa gue menempatkan Negara itu, padahal Negara itu kan doyan banget perang sodara). Gue harus kumpulin duit, setidaknya buat beli ransel, cabin bag, folding bike, bikin visa, passport, aduuuh berasa mah ya mau terbang besok. Haha menggebu-gebu. Tenang ini bukan napsu sesaat kok. Kenapa sih kak pengen banget berkelana? Jawabannya adalah coba lihat langit di atas sana, sama- sama biru kan? Tapi gue ingin melihat langit di tempat gue berpijak yang berbeda. Dengan begitu, langit bisa saja jingga, nila, atau lembayung bukan hanya biru.

Bye Dakota

Gue gak tau harus seneng apa sedih. Yang jelas gue shock berat (ini tidak dilebih- lebihkan) ketika gue yang sangat semangat pergi ke tempat mengajar dan bergegas secepatnya agar sampai tepat waktu, walaupun capek setelah survey ke SD dan urusan ini itu, tetapi sampai di sana gue gak mengajar, tepatnya gak bisa lagi mengajar (di situ). Pantas saja ketika gue datang, semua guru- guru dan staff di sana lumayan shock, mungkin mereka mengira gue masih sakit dan dalam masa pemulihan, eh gak taunya gue udah seger buger kayak gini. Setelah diintrogasi gue sakit apa, gara- gara apa, dirawat berapa hari dan ini itu, Ibu direktur bilang mau bicara dengan gue, sesaat sebelum gue akan ke atas, mengajar. Beliau bilang kalo kelas gue udah dipegang penuh oleh guru lain, dengan kata lain udah digantiin, alias gue udah gak bisa ngajar lagi. Alasan yang dipegang sama Ibu sih cukup kuat, demi adik- adik. Gue juga merasa gak enak, anak murid gue sering gue tinggal, bulan pertama gue tinggal KKN, terus suka ada rapat, kuliah tambahan atau acara lain, ditambah yang terakhir ini gue sakit. Gue sangat menerima alasan itu, emang gak apa-apa daripada anak- anaknya bingung gurunya gonta- ganti terus. Hanya gue sangat kaget aja, kenapa gak dibicarakn dulu sama gue soal ganti guru ini dan gue gak ngajar disitu. Okelah, beliau bilang kalo takut ngeganggu gue yang masih belum sehat. Tapi, entah kenapa gue merasa dibuang begitu saja. Terlepas dari gue yang emang mau keluar dari situ, ini sangat mengagetkan. Bukan cuma itu, gaji gue yang terakhir dibayar saat itu juga. Kesannya ingin sekali mempercepat kepergian gue. Ya sudahlah, ambil positif nya aja.
Gue juga gak pernah menyangka, sesakit dan seberat ini meninggalkan tempat kerja, terutama adik- adik. Pas gue ngeliat ke atas dan say “Hi” sama mereka, gue memandang lekat- lekat mata mereka dan gue menyadari kalo gue kangen mereka. Ketika gue duduk di samping mereka, ikut memperhatikan guru yang sedang mengajar, dalam hati gue bilang “seharusnya gue yang masih di posisi itu, masih mengajari mereka, masih bernyanyi dan main games sama mereka”. Nyaris butiran air mata jatuh, sekuat tenaga gue tahan. Gue melihat salah satu murid yang lumayan deket sama gue, dan gue tambah pengen nangis. Mereka gak tau apa yang terjadi sama gue tempao hari, mereka memang gak tau. Pas gue ngobrol sama salah satu staf, gue banyak diem, gak seperti biasanya involving in heated conversation. Gue kangen sama anak- anak yang kelas malem, udah berapa lama gue gak ketemu. Mungkin lain waktu. Jujur gue kerja disitu, banyak hal positif yang gue ambil, terutama masalah pengajaran. Itu karena kita dihadapkan langsungn dengan masalanya bukan hanya beranalisis dengan teori.
Children learn me so much. Dan sekarang I have to say Good Bye.

Bye Dakota, Bye Andreas….


NB: entah kenapa nama itu yang melekat di kepala gue dari mulai gue magang sampai detik ini. You are good student, dude…

Thursday 2 December 2010

Infus

Beberapa obat sebesar kacang merah baru aja gue tenggak. Kalo inget minggu kemaren, di hari rabu ini gue juga pasti lagi minum obat yang dianter sama suster. Yupe, 3 hari di minggu kemaren gue habiskan di salah satu rumah sakit di Bandung. Sakit. Ya iyalah. Masa bersih- bersih toilet sih. Ini pertama kalinya gue di-opname., pertama kalinya nginep di rumah sakit sebagai si empunya sakit bukan nememnin keluarga atau apa, dan pertama kalinya gue mengalami proses paling menggelikan di dunia. Gue diinfus!!! Kualat kayaknya gue, waktu itu gue pernah berkata dalam hati “Ih, amit- amit gue sampe dirawat di rumah sakit dan diinfus, jangan sampe dah!!! Separah apapun gue gak mau dirawat apalagi di-infus. Huwaaa. Dan nyatanya selang itu masuk juga ke tubuh gue. Slurp…slurp…cairan mengalir..CRAP!

Awalnya gimana kak, kok bisa dirawat? Begini, jadi hari itu hari senin nan kelabu. Diawali dengan panggilan alam di jam 3 pagi. Normal! Tapi ujungnya gak beres, banyak keluar cairan. “Akh, diare biasa!” kata gue blagu. Gue lanjut tidur karena emang capek banget baru balik dari liburan gue di rumah. Ternyata tubuh gue berkata lain, semakin lemas. “Hmmm…roman- romannye kagak bakal masup nih kuliah Discourse Analysis!”, Gumam gue sok mikir. “Masuk aja akh!” Sok kuat. Ternyata bangkar, gak kuat. Boloslah satu mata kuliah. 

Dengan semangat kuliah gue yang pantang mundur dan terkesan maksain, gue tetep masuk di mata kuliah kedua, karena ya..gue gak mau kebanyakan bolos, takut masih berguna buat yang lainnya hihi. Emang sih gue merasakan pandangan mata gue siwer dan kata temen gue, “Pucet lo!”. Gue abaikan. Siangnya, udah mulai geser fungsi kayaknya tubuh gue ini. Cairan terus keluar dari tubuh gue lewat… ya lo tau lah keluarnya pup dari mana. Terus- terusan, dan bodohnya gue udah tau diare gitu malah makan rendang tongkol yang tololnya lagi, gue buat sendiri. BLAH. Silahkan salahin saya.

Ngerasa gak enak udah seminggu izin gak ngajar, gue maksain ngajar dan bener- bener maksain. Di tempat ngajar, sudah semakin jelas pucat pasi muka gue. Dalih profesionalitas, gue pasang muka ceria dan senyum selebar pundak mengawali pelajaran bertanya, “How are you boys and girls?”. Gue boleh berbohong sama mereka, tapi tubuh gue enggak. Melemah dan melemah. Sialnya, hari itu murid gue astagfirullah resek banget. Tumben- tumbenan banyak kepengen. “Kak…kak…aku pengen play outside!” yang satu bilang lagi, “Kak nanti game nya football aja ya!”, “Aaaakkkhh, gak mau ah aku mau blind-folded!”, “ Kak aku pengen sapi perah!” Oh, yang terakhir itu gak. Aduh nih bocah gak tau ape bibir gue udah biru gini! Dengan tegas gue menolak rengekan mereka dengan menyediakan mereka botol- botol dan bola. Bermain bowling! Yang jelas ini masih di ruangan. BRUK. Gue duduk diam gak sanggup menopang tubuh gue yang montok ini. Selesai ngajar, gue langsung cabut pulang gak seperti biasanya sholat dan makan dulu. Yang gue pikirin cuma kasur..kasur kasur…gue pengen menjatuhkan tubuh gue ini di atas kasur empuk secepatnya. 

Naluri bilogis gue masih jalan, gue sempetin beli roti dan minuman yang bisa ngisi isotonik yang berceceran washed down the drain tadi. Napsu makan gue ilang, tapi akal berbicara lain, “Lo harus makan, walaupun roti!”. Di angkot gue semakin melemah, gue cuma bisa menyandarkan kepala gue di kaca jendela. Gak peduli apa kata penumpang lain. Payung gue jatoh aja gue gak nyadar. Aduh bukan orang sakit juga suka gak nyadar kali barangnya jatoh. Lebay tapi nyata. Gue pengen ambruk seketika juga. Nyadar gue gak kuat lagi, gue sms Agung dan Ninik kalo gue lemes luar biasa. Dari tempat gue turun dari angkot, gue liat dengan samar- samar Agung berlarian meraih gue, menurut gue kalo di-film-in ini heroik banget. Gimana enggak, agung berlarian diliatin anak- anak UNPAS, pake sandal jepit dan begitu ngeliat muka gue dia shock. Muka gue kaya panda, di sekitar mata, udah terbentuk cekungan hitam. Gue rasa gue perlu beli Garnier. Gue dituntun menuju kostan, singsumsingdem (sing sumpah, sing demi) gue pengen muntah, tapi masa gue nabur muntahan di jalanan? Sekuat tenaga sisa, gue tahan. Sampe kamar mandi, malah mengejutkan, gue gak lagi enek dan muntah tapi semua itu keluar dari bawah, sebanyak banyaknya cairan selama ini gue pernah buang! 

Gue menjatuhkan diri ke kasur. Akhirnya! Agung terus memaksa gue untuk ke dokter, tapi terus- terusan gue tolak karena selain lemes, badan gue udah mulai enakan gara- gara kasur ini. Terima kasih kasur. Sayangnya, rasa nyaman sementara itu gak berlangsung lama. Ulu hati gue sakit banget. Entah gue muntah apa enggak waktu itu, saking seringnya muntah. Akhirnya gue nyerah, gue menuruti mereka untuk ke klinik. Gue udah semakin melemah, saking gak kuat jalan sampe gue remas mengarah ke cakar lengan si Agung. Omongan gue juga udah gak kekontrol, gue terus- terusan mengeluh ke dokter. Dokter ngasih resep dan gue pulang dengan ojek. Gak kuat! Ninik dan Agung kemana kak? Mereka hujan- hujanan. Maaf…

Sampe di kostan, dispenser bocor. Banjir lokal dimulai. Tubuh gue gak lagi sanggup peduliin itu, gue langsung makan 2 gigit roti yang dibelikan Ninik, cuma syarat buat minum obat dan dilanjut minum obat sesuai saran dokter. 10 detik kemudian. Byuarr…gue muntah seada- adanya, ke tas, sweater, bed cover, lantai, semuanya. Pas ngelanjutiin muntah di kamar mandi, lampu kamar mandi mati. Ya Allah apalagi ini??? Suara muntahan gue yang terus- terusan, jelas mengganggu orang- orang yang ada di rumah itu, Gina, temen kostan gue, para pembantu, dan Ibu kost pun menghampiri gue yang nyaris sekarat. Ibu menyarankan gue untuk ke rumah sakit aja, karena mata gue udah item cekung kayak kuali sorabi. Gue menolak dengan bilang orang tua gue mau dateng, gimana besok aja.  Gina juga nyamperin gue bawa teh manis panas, biar anget badan gue. Tapi apa daya seteguk gue minum, seember gue muntahkan. 

Gue gak tau lagi apa yang terjadi, tau- tau Ninik meminta gue untuk bangun dan segera menuju ke depan gang, taksi sudah dipesan oleh Agung buat nganterin gue ke rumah sakit. Sifat bandel gue gak ilang- ilang, masih aja ngelak “Cui gak mau ke rumah sakit, Niniiiiikkkk!” pernyataan ini kontras banget dengan gue yang lagi megang dada kesakitan ulu hatinya. Ninik dengan sabar ngadepin sikap gue yang gak bisa dimaapin ini, terus membujuk, “Ayo Cui, daripada sakit kayak gini terus.” Ke rumah sakit adalah hal terburuk daripada ketemu dosen killer. Di taksi gue gak berbuat banyak. cuma diem. Dan bertanya- tanya, bener ini gue mau di rawat??? DAMN.

Sampe di rumah sakit, gue ke UGD, langsung ditangani suster. Dan dia adalah orang kesekian yang shock ngeliat mat ague yang hitam mencekung. “Aduh dek, itu matanya sampe cekung gitu!”. Dia nanya ini itu, gue abis makan apa dan bla..bla…dan yang terakhir ini bikin gue meringis, “Di-infus dulu ya!” “Huwaaaaaaaa mamaaaaaa! NOOOOOO” Gak pengen terlalu dirasain, gue pasrah menyerah kan tangan dan pembuluh darah gue ke doi. Tiba- tiba pembuluh darah gue telah terhubung ke selang dan dialiri cairan bening itu. BLAH!!! Dokter datang dan bilang harus dirawat, “Anda kalo telat dan kekurangan kalium, bisa ke jantung ini!” Dalam hati ”HAPAH?”

Dibawanya gue di atas kursi roda ke ruangan yang bakal gue tempatin, entah berapa hari. Temaram mengarah ke gelap. Kamar Gelap. Serem melintas di benak gue. Gue tiduran di kasur putih berlapiskan linen, dan masih tertegun. Agung dan Ninik masih menemani gue mendengarkan penjelasan suster mengenani peraturan di rumah sakit tersebut. Gue selintas melihat mereka dengan muka capek, stress, kuatir,  dan basah kuyup plus belom makan, ya ampun apa yang gue lakuin sampe bikin mereka repot seperti ini. Kalo gak ada 2 makhluk ini, mungkin gue udah terkapar entah dimana. You both are my hero!!!Yes, you are!!!

Gak lama, Ayas dateng sama Redha. Ayas masih berseragam hotel, baru pulang kerja. Redha mukanya kaget  dengan berkata, “Ya ampun si Ita jadi kurus banget!”. Hape gue mati total. Shit. Mereka berunding dan akhirnya Ayas yang nemenin gue di malam pertama di rumah sakit itu. Sebenernya, kasur lumayan cukup untuk ditiduri berdua tapi karena peraturan yang tidur disitu cuma yang sakit yasudah, Ayas nunggu gue di kursi, otomatis tidur di kursi semaleman. Sumpah gue gak tega, baru pulang kerja, tidur berbentuk seperti itu pasti gak enak banget karena gue juga pernah merasakan, dan besok dia harus kembali kerja.  Makasih sayooongg. Gue gak tau lagi harus berterima kasih seperti apa lagi sama mereka. 

Paginya, gue hubungi Iyesh kalo gue di rumah sakit. Semalem sih gue udah sms tapi mungkin gak nyampe. Mereka juga shock gue berada di rumah sakit saat ini. Gue sempet mengalami sendiri di rumah sakit beberapa jam nunggu kedatengan orang tua gue. Tidur lah gue, paling dibangunin suruh minum obat, tensi darah, cek suhu tubuh, sama ambil darah. Begitu orang tua gue nyampe mereka langsung meraih gue. Dan mirisnya, kenapa nyokap bawa keripik tempe dan sale pisang, gue kan mau banget tapi gak boleh. “Ta, nih tadi beli keripik tempe, masih anget lo!” gue mengguman, “Euh, gak boleh atuh!”. Gue juga sempet stress sama makanan rumah sakit. Baru kali itu gue ngerasa waktu makan merupakan waktu yang paling menngerikan dalam hidup gue. Bubur tawar, sayur asrep, tahu kukus tanpa rasa dan makanan penjara lainnya. Hyekk!
Ini dia saat- saat mengerikan itu….

Siangnya, temen- temen seperjuangan gue pada dateng. Iyesh, Dita, Geni menyambangi gue. Jujur ini hiburan bagi gue, ngobrol dan menggosip. Habisan bosen banget cuma ngeliat keluar jalan Cihampelas dan melihat mahasiswa- mahasiswa STBA yang masih labil. Disusul Nca, Iya, dan Daud. Saking gak pengen ketauan sama suster mereka menyembunyikan makanannya di dalam tas. Hehe ada- ada aja. Sorenya temen suka duka gue di KKN, Eni dateng bersama dengan Chani temen sekelasnya. Gak lama Ninik dateng bawa tabloid yang gue pesen demi mengikis kebosenan.  Hari mulai malam, gue ngantuk mereka juga harus pulang. 

Hari kedua, kondisi gue belom ada perubahan yang signifikan, masih pake diapers yang suka dipake nenek- nenek. Dokter datang lebih pagi kali ini, gue mengeluh dan memberikan keterangan yang sejelas- jelasnya biar cepet sembuh. Dan dia komplein kenapa gak bilangdari kemaren kalo begini dan begitu. Gue udah bilang deh perasaan. Dampaknya gue dikasih ekstra obat! Biarin biar cepet sembuh. Ada yang mengejutkan, Iyesh, Geni, dan kali ini Ginta datang lagi. Ini bikin gue kaget, gak nyangka mereka dateng lagi. Ini bener- bener membantu gue secara mental, menghibur gue walaupun secara jelas mereka tidak terang- terangan joget- joget Dora The Explorer.  Dita juga akhirnya menyusul, berjam- jam mereka nemenin gue karena orang tua gue harus membereskan kostan gue yang luluh lantak dulu pasca kejadian senin malam. Makasih banget ya, semua ini sangat berarti. Sorenya, Gina dateng sama Ochie, disususl Tika dan Bunga. Gak lama Ninik dan Agung dateng lagi bawain gue masing- masing 1 buku. Itu sangat berguna banget!!!

Besoknya, ajaib, udah gak ada cairan  yang keluar lagi, walaupun masih mual. Gue dan orang tua memutuskan untuk rawat jalan aja. Artinya, gue pulang dan istirahat di rumah. Itu lebih baik sepertinya. Dokter pun membolehkan pulang. Gue pulang ke Serang dalam kondisi masih lemas. Mual dan lemas pun mewarnai perawatan gue di rumah. Bubur dan Marie Regal yang boleh gue makan, udah berasa kayak bayi.
Balik ke Bandung, masih merasa lemas dan ajaib ketika malamnya gue ditelfon Cholil. Siapa itu kak? Itu loh vokalis paling nyentrik di jagat perindian Indonesia. Seneng banget  walaupun penyakit gue dibilang penyakit kampung.hmmm . Sembah sujud kepada Milta Muthia Andika Ratu. Kamu tau? Seketika bubur saya habis yang biasanya Cuma 2-3 sendok saja. Kalo musti balas kebaikan, saya gak cukup berani untuk meminta Remedy menelfon kamu, Milta.Haha

Bubur lagi..bubur lagi….gue juga kan pengen makan nasi goreng, bakso, sateeee…..Oh itu Obama, Tapi untungnya, gue pas check up lagi kemaren, kata dokter udah boleh. Assiikkk….impian terbesar gue kalo udah sembuh adalah makan bakso atau mie instan!!! Gue lelah sama makanan sehat, persetan dengan glikemik indeks dan kalori. Gue mau melahap semua!!!!

NB:

-     Satu lagu yang cocok banget dan suka gue nyanyiin di rumah sakit, ini penggalan liriknya, “Lihatlah aku pucat pasi, sembilu hisapi jemari” -Hujan Jangan Marah, Efek Rumah Kaca-
-     Makasih Bandung Adventist Hospital yang udah ‘membolehkan’ saya menginap di sana.
-     Makasih buat semuanyaaaaaaaaaa…..Ternyata masih banyak orang yang sayang sama gue.


Sunday 21 November 2010

Parah

Buruk! Semua ini parah! Seharusnya saya lebih pintar membaca suasana. Tidak seperti ini yang saya inginkan. Pesan itu mengandung sejuta iba yang harus ditanggapi secara serius. Bukan begini yang saya mau! Bukan! Seharusnya saya tahu setelah beberapa hari kemarin menyambangi tempat ini. Tidak, ini terlalu ramai! Kenapa selalu ramai! I need more privacy, between u and I. Us!!! Bukan mertuamu, kakak iparmu, atau bahkan anakmu yang selalu enggan digendong oleh mbah-nya, bapakku. Apa kita terlalu jauh?
Yang saya kira selama ini salah. Saya pikir kita bisa bercerita dari hati ke hati, saya pikir saya bisa menanggalkan gengsi dan malu ketika menumpahkan cerita ini kepadamu. Ternyata sudah diledek sebelumnya. Saya pikir ini sempuran, ternyata malah minus!
Bising!!! Roda- roda menderu hanya beberapa meter dari sini. Satu lagi, saya kira keadaan akan lebih tenang di malam hari. Ternyata malah lebih menggila. Saya kira saya bisa menemukan tempat dimana hanya kita berdua bercerita. Mungkin itu tidak pernah terulang lagi.
Jika barang sedetik saja waktu bisa diulang, saya akan ulang dan kembali pulang. Tidak ada hasrat untuk membenamkan diri diempuknya kasur, hanya ingin terjaga sampai ayam berkokok nyaring.
Seharusnya saya sadar, tidak ada tempat terbaik selain rumah
*Kenapa saya bodoh sekali?

Saturday 13 November 2010

Kotak

Ternyata ini malam minggu, setelah diterka dan diingat- ingat. Sama saja. Tidak ada beda dengan malam- malam lainnya yang dihabiskan dengan menyelami beberapa lembaran yang bertabur aksara- aksara dahsyat yang mampu membuka jeruji terkunci, mengungkap tabir misteri, dan mendobrak paradigma dunia. Walaupun rasa mual dan mulas muncul di awal ketika Sub-cycle 1, Sub-Cycle 2, no response (ro), irrelevant (Irr), rephrase (Rph) dan beberapa istilah bahasa asing lainnya dalam buku mahapintar ini. Nanti juga kau akan mengerti dan memahami betapa bergunanya buku ini. Kelak.

Beberapa status yang berceceran di staus jejaring sosial di sana yang bertemakan ‘maming’. Tak pernah mengerti mengapa orang- orang berpatok pada istilah itu ketika senja di sabtu mulai redup. Matahari membenamkan diri, memberi giliran kepada rembulan untuk memantulkan sinar terang sang gemintang. Beberapa pasang manusia berjejal di jalan- jalan, baik yang bertumpu pada kakinya sendiri ataupun yang terlindungi katak besi bahkan lebih banyak yang menduduki bebek bermesin, menuju entah kemana. Mungkin ke tempat yang dapat memanjakan lidah, perut, dan mata mereka. Atau hanya mencari hawa segar setelah hanya berkompetisi dengan paru- paru di beberapa tubuh lainnya menghirup angin dari mesin pendingin di ruangan yang telah dikotak- kotakan. Memang benar adanya, tidak terpungkiri manusia juga butuh bermanja- manja dengan dirinya sendiri ataupun orang lain.

Berbeda dengan apa yang diilakukannya sekarang, kaku terpaku kepada layar 12 inch dan menggelitik huruf- huruf yang secara alpabetis tidak berjajar dan terkurung di kotak bertembok berukurang kurang lebih 3x3 meter. Sumpek, apek, karena hanya itu udara yang dia hirup dan keluarkan lagi, hirup keluarkan lagi dan terus begitu. ia juga ingin ber’maming’ layaknya kawula muda. Bukan bercumbu di tempat terbuka laykanya remaja masa kini yang katanya trendy atau pergi ke tempat dimana terdapat label ‘discount UP to 70%’ dimana- mana, tapi ke tempat dimana terdapat angin segar yang bisa mengalirkan butir- butir darah kotor dalam otaknya yang beku karena melulu dipaksa memikirkan ini dan itu.

Ingin rasanya memakan besar- besar ‘sapi kemakmuran’ dan menjilati es krim ‘botol anggur besar’ yang konon lembut dan lezat rasanya. Atau sekadar menjaring bintang di atap rumah yang keesokan harinya akan terjadi kebocoran air hujan karena beberapa gentingnya bergeser. Mencari rasi bintang beruang besar, favoritnya. Hanya itu yang dapat ia temukan dari milyaran bintang yang bertebaran di lautan angkasa raya. Atau hanya bersenandung sumbang la..la…la…di udara malam yang semakin menggila. Mendengar cerita masa lalu yang semakin sayup hingga terbangun oleh sorotan sang surya yang menghantakan bau sitrus dan spora.

Tak mengapa jika harus kembali ke kotak karena malam itu miliknya.

Sunday 24 October 2010

RANDOM

Sudah cukup hari ini membuat gue capek tenaga, pikiran, dan hati.

At The Seashore

‘Simpan saja’ dari Ecoutez sedang mengalun merdu di telinga gue yang sebelah kanan. Yah tau sendiri di postingan sebelumnya gue telah menyebutkan kerusakan fatal headset yang sebelah kiri. Gue sebenernya lagi ngerjain tugas mingguan gue ini, summary, summary, and summary. Dan stagnant!Akh sarirapet! Entah kenapa malam ini gue lagi pengen yang menyeng- menyeng, yang mendayu- dayu bencong gimana gitu. Setelah gue sadar, ini malam minggu. Apa karena itu? tidak ada korelasinya gue rasa antara lagu cinta dan malam minggu. Lagu cinta bisa kita nikmati kapan saja, ya toh?
Yup, kembali ke ‘simpan saja’. Ketika petikan gitar apik sebagai intro lagunya menggelitik, seketika itu pula bayangan akan kenangan gue dan teman- teman SMA pun terbayang seperti lembaran putih besar sekali, diisi oleh kalon- lakon andal sesuai dengan karakter yang alami. Scene ketika kita berlibur bersama di sebuah villa ‘unik’ di Anyer pun dimulai. Ketika itu kita sangat gembira jungkir balik karena liburan kenaikan kelas sudah di depan mata dan rencana untuk berlibur pun akan segera terlaksana. Tidak ikut semua memang, hanya setengah dari seluruh jumlah kelas. Entah kenapa mereka tidak tertarik untuk ikut. Gue yang emang pengen banget ngeliat proses matahari terbenam, sangat amat antusias mengikuti liburan ini. Itu impian gue. Melihat sunset sambil makan es krim. Masalah es krim wawlallahu alam gue juga gak ngerti kenapa es krim yang didaulat untuk mimpi gue waktu itu. Es kelapa muda lebih cocok gue rasa. Lebih kena konteksnya.
Kenatusiasan gue terlihat dari beberapa hari sebelum keberangkatan kita ke villa. Dari pas UAS pula, apalagi uas terakhir, roman- romannya itu udara laut dan bau pasir yang asin udah kecium sama gue. Ahh, pokokna mah gue sangat siap untuk ngobrak- ngabrik itu laut. Inget banget waktu itu juga ada perhelatan besar selain hajatan tetangga gue yang dua hari dua malem, yaitu Piala Dunia 2006. Dan sebagian besar pertandingan gue tonton, gak penting negara manapun. Gue tonton hampir semuanya. Apalagi inggris. Aduh, udah lah gue jadi parno kalo ngebahas kekalahan Inggris atas Portugal dengan adu penalti itu. Gak akan gue lupa, gue sampe nelfon temen gue dini hari pagi- pagi buta dan nangis kejer di kamar gara- gara inggris kalah. Dan malang sekali temen gue yang ngebela Portugal, abis gue caci maki dan akhirnya kita berantem, sempet diem- dieman juga. Mungkin karena itu pula, masuk angin gue berakumulasi gara- gara begadang nonton pidun. Dan parahnya berimbas pada liburan yang gue idam- idamkan itu. Sehari sebelum dan hari keberangkatan gue jatuh sakit. Ngedrop abis. Tapi tekad sudah bulad, gue gak akan pantang mundur pergi ke pantai. Sebelum berangkatnya pun, gue sempet muntah- muntah dulu. Tapi, gue bersikeras. Yeahhh!!!
Berangkatlah gue ke sekolah, loh kok ke sekolah kak? Iya karena tempat berkumpulnya disitu. Gue berangkat bersama seorang teman setia yang gelonya sama ama gue, Arien. Di jalan, gue was- was wes wos, gue mikir “Wah, ini mah gak bakal seru, guenya aja sakit!”. Liburan yang gue tunggu- tunggu ternyata buruk jadinya. Saat itu, gue bertanya- tanya, “Kenapa ya Allah, kenapa ini saat aku ingin liburan yang aku tunggu- tunggu. Kenapa Kau beri hamba-Mu ini sakit. Kenapa ya Allah, tolong Baim ya Allah!”. (Eh, waktu itu belom ada Baim yah). Setelah kumpul semua kita pun berangkat beserta seperangkat alat perang yang telah dipersiapkan.
Kita bawa sekarung jagung manis, dan 2 ekor ayam buat dibakar. Kirain gue, ayamnya udah dibumbuin dan udah siap buat dibakar dan yang jelas udah mati. Ternyata, ayamnya masih idup sodara- sodara. Dan anda tau, itu ayamnya ayam apa? Jago dan Betina! Gue bilang, “ngapain dibawa idup- idup? Dan kenapa juga ayam jago kan daginya alot!” Temen gue yang logat bicaranya emang mirip Julia Perez bilang, “Mereka kan pengen sehidup semati, cuy!” agak mendesah sih ngomongnya. Gue jawab, “Hih najis!”. Dan anda tau, kita juga ternyata lupa bawa piso (pisau).jeng..jeng..jeng.. Hey, terus itu gimana buat motong ayamnya!! Anak- anak lain juga pada kebingungan dan yang lebih bingung kita sudah berada di tengah- tengah jalan tol! Terus cara matiinya gimana? Dilindes? Atau digigit hiu dulu? Bingung. Sang ketua kelas yang bijaksana menenangkan, “Udah, udah tenang aja..ini mah urusan saya!”. Oh baguslah.
Setelah diskusi mengenai ayam sialan itu selesai, gue pun menikmati perjalanan di sore hari itu. Sepanjang jalan gue nyanyi terus sama Naning, lagu dari album No.1 Hits Prambors pun jadi andalan ngiringin perjalanan kita. Yang lain ngapain kak? Gue pengen ketawa kalo inget ini, cuma sebagian yang tidur, sisanya pada pengen muntah..haha..entah kenapa. Jadi yang petakilan nyanyi- nyanyi gak jelas sepanjang jalan cuma gue doank, naning juga ujung- ujungnya diem dan tidur. Sesampai di villa, kita agak kaget sih villanya gak sesuai dengan dengan apa yang ada di benak kita sebelumnya (baca: gak bagus- bagus amat). Temen gue yang tadi komentar tentang ayam, berujar bercanda, “jadi, ini villanya?”. Gue sih diem aja. Arien kegirangan liat ayunan, “Asyik, ada ayunan!”. Dijawab sama temen gue yang tadi, “Eh, itu kan tempatnya KTLK..!” Gue menanggapi, “Huss jangan ngomong sembarangan!”. Pas turun dari mobil, temen- temen gue pada nyari tempat buat mencurahkan maboknya itu. Dan seketika itu pula, gue sadar hey gue udah sembuh, sama sekali gak merasakan sakit yang tadi gue rasakan sebelum bernagkat ke sini. Emang pengobatan lewat emosional itu lebih mujarab daripada lewat obat- obat fisik.
Gue langsung naro barang- barang berganti baju dan pergi ke pesisir pantai. Arien pun menyusul gue. Ternyata Yayan dan Diky udah berada di sana mendahului kita. Yang lain kemana kak? Akh gak tau gue. Yang jelas masih pada mabok perjalanan dan beres- beres mungkin. Yang penting gue mau liat sunset! Gak mau tau!!! Waktu itu sunsetnya masih tinggi dan kita pun balik ke villa. Ternyata, temen- temen gue lagi pada makan. Sialan! Woy, bagian gue mana? Gue dan Arien Cuma dapet sisa- sisa. Nasip..nasip. Setelah selesai makan, anak- anak pun ngajakin ke pesisir lagi. Yup, inti dari berlibur itu adalah melihat sunset bersama. Ternyat lah belum mengizinkan. Seketika mendung, dan sunsetnya pun tertutup awan dan kabut. Sekali- kali terlihat hanya berwarna pink. Tragis. Sedih banget gue. Tapi, gak apa- apa lah mungkin di lain kesempatan. Kebengongan gue pun tersadarkan oleh cipratan air laut dari temen gue yang tidak sopan itu. hey, you!!!
Malamnya kita isi dengan makan ayam bakar, bakar jagung, nonton piala dunia,dan maen truth or dare. Lah kok bisa? Itu gimana matinya kak? Ketua kelas kita emang ajip. Dia minta tolong ke penjaga villa yang kita tempati untuk mengolah ayam tersebut. Kita mah tinggal tau makan aja..haha..Dan gak seberuntung itu juga. Ternyata ayamnya alot sodara- sodara, benar kana pa kata gue. Ra po po…itu bukan masalah besar. Disana juga tersedia kolam air panas dan beberapa balkon untuk santai. Kita udah gak tertarik untuk menonton piala dunia, selain karena cuma ada tiga channel, juga cuma ada tiga warna di tv itu. Sangat sulit untuk membedakan mana Tim Itali mana yang Australia. Cuma terlihat orang- orang mini berlarian berwarna hijau, merah, dan hitam. Kita memilih menikmati jagung bakar air garam sambil mencelupkan kaki kita di kolam air panas yang maknyoss itu. Haah..nikmatnya. Kenapa air garam? Selain gak bawa piso, kita juga lupa buat bawa margarine buat bakar jagung. Sangat random! Temen gue yang jangkung, Diky pun berinisiatif untuk mencapur garam dengan air dan membubuhkan campuran tersebut di seluruh tubuh jangung dengan alat daun jagung itu sendiri. Ck..ck..ck..jenius. Gue rasa dia pantas mendapat penghargaan Nobel untuk ide yang menakjubkan ini. Keceriaan kita juga dilengkapi dengan adegan dua temen kita yang kecebur ke kolam itu. Salah satu dari mereka gak bawa celana ganti. Alhasil, sarunglah dia pake. Bodohnya, pas mau duduk, dia singkap sarung itu. Dengan tidak berdosa, gue dan Arien menyaksikan kepornografian temen gue yang dihasilkan oleh dirinya sendiri itu. Pantat putih mulus pun tak terlekkan terpampang di depan kita walaupun cuma beberapa detik. Mudah- mudahan kita tidak berdosa, kita tidak sengaja. Oia temen kita yang kecebur itu 22nya cowok.
Setelah kenyang, Yayan (The front man: sok..sokan ketua penyelenggara) meminta kita untuk berkumpul di balkon tengah buat ngobrol- ngobrol dan bermain permainan seru. Naning mengusulkan untuk bermain Truth or Dare yang diinspirasikan dari novel Phillo Phobia. Intinya, pilih jujur (Truth) atau tantangan (Dare). Kebanyakan dari kita pilih truth karena mereka sangat takut untuk ditantang ini itu. Resikonya truth yah itu, lo harus sejujur- jujurnya bilang apapun pertanyaan yang dikasih oleh temen lo. Ternyata, ada yang ngaku kalo salah satu dari temen gue, suka sama si Diky…hahahah…ngakak gue. Gitar pun diputar, kita menunggu, kepada siapa dia berhenti. Setelah beberapa temen gue kena yang ngaku suka sama si ini lah, atau pernah begini lah. Akhirnya gue kena juga. My Gosh!!! Gue bersikeras gak mau jawab pertanyaan itu, tidak!!! “Kenapa lo nanya itu?” Gue berujar ke si pelempar pertanyaan. Setelah didesak secara paksa, gue jawab juga itu pertanyaan. Aduh ketahuan deh!
Kita gak mau melewati malam itu dengan tidur saja. Kita berkumpul di kamar yang buat cowok. Ada tiga kamar. Buat cowok 1, dan cewek 2. Playstation jadi pilihan kita waktu itu. Ada dua temen gue yang luntang- lantung nyari makanan mulu. Haduuuhh…Sebelum ketiduran disitu, kita langsung pindah ke kamar masing- masing. Entah jam berapa, Arien ngigo. Dan ngigonya aneh. Dia cerita kalo dia ngigo didatengin Nyi Roro Kidul. Hmmm gue cuma bisa manggut- manggut.
Besok pagi pukul 5 dini hari kita udah pada sarapan pop mie. Sumpah entah kenapa rasa lapar sangat kuat di sana. Bukan cuma gue yang ngerasain, semuanya juga merasa seperti itu. Hari mulai terang, kita pergi ke pesisir pantai sambil membawa bola. Dan udara pantai di pagi hari itu sangan sejuk….ditambah ada pemandangan kapal yang baru pulang, entah dari mana dan awan jingga diterpa sinar mentari pagi. Sangat indah. Subhanallah. Ingin rasanya gue nyebur dan berenang.
Pulang dari pantai, gue berendam di kolam air panas dan mandi. Gak kerasa hari udah mulai siang dan mobil yang kemaren mengantar kita belum ada tanda- tanda akan datang. Dan gue mengantuk. Tertidur lelap dan terbangun oleh tragedi temen gue yang kecipratan minyak panas pas lagi goreng cireng. Aduh kenapa lagi ini. Karena gue dan yang lain laper dan kehabisan makanan, begitu melihat sekotak wafer coklat langsung diambil dan disantap beramai- ramai. Abisan, gue teriak- teriak ini punya siapa gak ada yang jawab. Didukung dengan ujaran diky, “udah makan aja!”. Ternyata si empunya wafer itu marah- marah. Sorry..sorry…sorry bray.
Karena terinsiprasi film yang menanyangkan kalo air laut itu berkhasiat, maka luka bakar temen gue yang gak parah- parah amat itu dibawa ke laut dan sedikit demi sedikit air laut dibasuhkannya ke luka dimana itu berada. Mau tau kondisi laut pada hari itu di siang hari? Wowwww…..lagi- lagi Maha Suci Allah gue lontarkan…cuma ada biru membentang sejauh mata memandang. Bersih dan jernih! Hasrat gue pengen nyebur pun membabi buta, akhirnya cuma kaki gue doank yang nyebur. Setelah bermain mencari kerang dan hewan laut lainnya, tidak terasa senja pun datang menjelang dan mobil pun teleh menjemput . Enggan buat gue untuk meninggalkan tempat ini. Enggan bagi gue untuk meninggalkan pantai, matahari terbenam, ombak, dan angin laut yang selalu memberikan kesejukan. Enggan buat gue untuk mengakhiri kebersamaan yang tak mungkin terulang sama persis seperti ini. Deru roda mobil membawa kita pulang ke rumah masing- masing. Ini merupakan liburan yang terbaik selama hidup gue, entah apa ada yang terbaik dari ini? Semoga ini bukan yang terakhir. Alunan lagu “Tenderly” (lupa penyanyinya siapa) pun menemani perjalanan pulang kita.


"Beautiful Sunday, tell me why somebody makes six other days.
Beautiful Sunday, now I understand why the people pray
I want to lay down the grass, to watch the sunrise to the max
And gaze the nature and birds, to feel true power of earth
Beautiful Sunday, please keep lazy to the next day
Beautiful Sunday, shinny or not, you’re still my sunny day.
I want to be the stroller on the beach
And lose the power of speech
And listen to the ocean sound
That makes me forget those from town"

One of our favorite songs in no.1 HITS Prambors.

Wednesday 20 October 2010

Raindrop Prelude

A bit chuckle in my mouth, long across to the throat and ends in my tummy. It was on September (if I’m not mistaken) when I just reached my second year in Senior High School for about 2 months. It is not very special thing but strong enough to stick in my mind. Cloudy and cloudy, the cloud above my school was not blue like 30 minutes ago. Somebody, a friend of him, called me up to meet somebody (confused, huh?). I didn’t want! I’d rather go home than meeting him wherever it was, I forget. He, moreover, was afraid and so shrinking too. I never know why.
I was thinking about something flying roughly in my mind. Anxiety, it was! I knew what he aimed to. I knew! It had been guessed while, I couldn’t believe what he has done and felt. He fell in love with me. We had some fight when in the first year. Yes, we were in the same class, indeed. That was the reason why I kept staying away from him.
Still, cloudy…cloudy. I looked out the window of vehicle I was on. Getting off and ran to home, entered my room. Forgetting to take off my uniform, I stared at the window started to get fogged up. Beep…beep….the ringtone of my mobile phone keep ringing loudly. It signed ‘calling…081808…’ once, twice, three times, 10 times. The word ‘Hallo’ from me is the first stage of our conversation. Nervously, he asked me to be..hmm…somewhat people call ‘girl friend’ maybe. I could answer directly. It required more consideration, I said that to him. I thought that it was not him. Realizing something, the sound is owned by his friend. My Gosh! I was no longer involved in the conversation. Upset! He was too shy to say that. Awkward!
The door was moving inside without knocking. My sister caught me in the sea of anxiety. Seemed that she was able to read what was on my mind, no questions delivered. Just smiling in the silence. Sat beside me. Cloudy became darker and darker…one two three, some drops began to fall. Leaves of avocado trees were waving smoothly. We both were amazed at that natural activities. A Raindrop Prelude was flown, touched our ear, and danced in my room. Then, the rhythm and melody began to fill the air in that blessing room. Until it was raining cats and dogs. No regret in me.

Tuesday 19 October 2010

Zero Desired to Sleep.

Listening to the radio, while doing this ‘Exploring Drama’ task, it feels like I’m dragged to several years ago when energetic and cheerfulness were flown along my blood of puberty. Never get bored when the memories come to my messy mind. It always plays interestingly, much far from the word ‘bad’. If I remember that, some characters on the big screen are playing professionally based on the scenario of my memories script at that time. That’s true that radio was my second best friend while the first was loneliness. I don’t know what comes to my mind now.
I want to talk, but I found none here. It might be normally occur when we need somebody in our conversation, no matter if it’s physically exist in front of us or just flying in cyberspace. It happens again after years hide on wherever it does. I just need one or more partner(s) involved in this conversation. Where are they? (I keep on asking to whoever they are or it is). No answer comes.
I hate this. Why people don’t reply my message? You know, how many amount of happiness come when my mobile phone beeps and signs ‘1 message received’ on these last days. I really need somebody to talk no matter he or she provides the ears genuinely to hear my, somewhat called, sadness.
I trigger to have a very long and long conversation until midnight divides the time then the dawn breaks among I, my mother, and my sister. I love you so! So sure!
Friends? Where are you? I really need you by my side indeed.
Is this not enough? I don’t have much money just to buy very tempting full of thick chocolate ice cream! I don’t have much time to hang out in weekdays. Those are spent with my students! BLAH! I think, it doesn’t mean that I cannot have you here!
I want lean your back, put my head on your shoulders, and we are drown in the sea of stories……..

"...is it too much to ask for?"

Monday 18 October 2010

Mengeluh vs Bersyukur

HAH! Alhamdulillah akhirnya tugas gue kelar juga buat besok!!!Beri sembah sujud kepada Ratu laut Arafuru hussss...kebiasaan!Astagfirullah, Give thanks to Allah. AAAAAAAAAAAAAAAAA...izinkan gue untuk teriak sekenceng- kencengnya! ini bener- bener puncak dari akumulasi (ai akumulasi teh puncak nyak heu)kejenuhan dan kepenatan yang berkepanjangan ini!!! Hari libur gue bener- bener dirampas sama tugas!!Sagon bakar!!!AAAAAAAAARRRGGGHHHHHH *teriakan HULK
Sorry.sorry ketunda bentar tadi ngecek mentioning gue di twitter, gak taunya dari sang chef Barra Pattiradjawane. Padahal kagak niat. Gue komen ke dia soal resep yang di gula- gula lama- lama kok western terus makannya, susah- susah pula bahan- bahannya daun ini, daun itu, putik bungan ini, minyak ini, minyak itu, lama- lama minyak tawon gue masukin.
Ok, gue terlalu ngelantur.
Gue sebenrnya letih banget, capek banget secapek- capeknya. Tugas semakin menggerliya. Sama sekali gak ada waktu buat sekedar ngopi n nonton serial komedi F.R.I.E.N.D.S. sama sekali gak ada. kalo ada hari mengeluh, gue pengen banget mengeluh, sebisa- bisanya gue mengeluh karena selama ini gue mencoba menghindar dari perbuatan itu.
Pagi gue kuliah, udah itu gue ngajar, pulang ngajar boro- boro mau ngerjain tugas, udah remuk badan yah selain karena emang sengaja ditabrak sama murid gue yang obesitas, juga emang capek banget, asli! Teaching, particulary young learners, is prettily much far from the word 'easy'! Pengen banget gue curhat, tapi temen- temen gue juga lagi pada ada masalah, mungkin lebih berat dari gue. Apa ini yang namanya transisi ke masa dewasa? harus membiasakan dengan kesibukan- kesibukan macam ini? itu baru dua kegiatan, belom nyuci, nyetrika, ngepel, beres- beres kostan, nonton dvd, ngeblog, masak, jalan- jalan bareng temen- temen, nonton konser musik,jogging, senam, berenang, bikin pudding, gunting kuku, potong poni, main barbie, pacaran, Oops yang terakhir itu enggak.
Pengen banget curhat ke kakak gue tapi ya dia sibuk, ke adek gue pasti gak nyambung dia masih ababil mana ngerti tentang pahit getirnya kehidupan, tersaruk- saruk di roda menggilas tertatih- tatih (emang dasarnya gue kesandung), berjalan di atas trotoar di bawah flyover jalan protokol di malam hari, udah berasa kayak anak ilang, bawa ransel pula..untung gak pernah ada yang nanya "mamanya kemana dek?". Belom lagi ketemu orang gila yang sering mangkal di angkot ST.Hall- Lembang atau Ciroyom- Lembang. Amit- amit gue udah 3x seangkot ama tu orang gila!!!hiyy!!Begini ya hidup tuh, cuma ngejar duit beberapa ratus ribu aja sampe hampir tipes gua.
Dampaknya sangat berbeda sekali memang, sekarang tuh jadi lebih ngehargain waktu. ada waktu sedikit aja, rasanya seneeeeng banget. walaupun itu cuma buat nonton Spongebob sambil tiduran rasanya nikmat banget. Hal yang bikin gue berhenti (baca: mengurangi) mengeluh adalah dengan melihat sekitar kita. Kalo lihat tukang baso chuanki atau sekoteng, secara sadar atau tidak dalem hati gue "Ya, Allah gini ya orang mah mau nyari sesuap nasi aja kudu mikul- mikul kompor sama panci, dorong- dorong gerobak malem- malem, kepanasan, kehujanan, belum tentu dia dapet pembeli padahal anak istrinya nunggu di rumah berharap bapaknya bawa sesuatu buat makan hari ini." Suka ngelus dada gue (gak dipraktekin sih).
Ya itu dia, bersyukurlah kayak lagunya de masip..

Dengan bersyukur, Allah akan melipatgandakan rezekimu.
Dengan bersyukur hatimu menjadi lebih damai.
Dengan bersyukur, kita bisa mengubah bencana menjadi suatu anugerah.

Good night and Good morning, universe!

Thursday 14 October 2010

Sedia Kala yang Masih Istimewa

Entah apa yang ada dalam benak gue tiba- tiba memindahkan lagu Hyper Ballad-nya Mocca terjun bebas ke lagu religinya Gigi- Raihlah Kemenangan. Terasa sangat jomplang memang. Perasaan gue mengatakan: Kangen. Gue baru abis mandi, mengucek- ngucek rambut yang masih basah dan rontok sambil buka halaman demi halaman buku Classroom Discourse Analysis , mencoba untuk mengerti Exchange, Move, Event, Dk1, K2, Kf1, kf2, KFC…oh yang terakhir itu gak termasuk. Tiba- tiba hening…krik…krik….sengaja gue gak menyalakan tv butut 14 “ itu dan mendengarkan musik dengan dalih biar lebih masuk materi yang ada di buku itu ternyata tidak juga.
Keheningan ini pun berlanjut menit demi menit. Mata gue tertuju pada layar ponsel gue dan gak ada tanda- tanda sms mau dateng. “Pengen sms ahh..” kata hati gue…”tapi sms siapa yah?” kata dia yang kedua kali. Sayangnya, muka kakak gue yang terbayang besar sekali di kepala gue. Sekarang gue tau, gue kangen sama kakak gue. Gue kangen sama kakak gue yang dulu, yang masih lajang (ais..bahasa gue kenapa lagi). Ya, yang dulu yang masih belum berkeluarga.
Dulu, ketika gue sangat stuck dan tidak tau mau apa, gue langsung sms dia dan kita larut dalam kata- kata yang penuh ejekan, nasihat, atau hanya membicarakan tetangga sebelah. Konyol memang tapi seru! Setelah itu gue lupa dengan masalah gue dan kembali tersenyum. Dulu juga sering banget yang namanya sesi curhat- curhatan sebelum tidur, biasanya kita tebak- tebakan yang gak ada jawabannya sama sekali. Kalo gak tebang lagu yang petunjuknya Cuma dari suara dehaman. Mana bisa? Kita bisa dan kebanyakan lagunya itu lagu korea.FYI, kakak gue Korea Freak!
Kita gue masih berada di semester 1 dan 2, dia sering telfon gue cuma bilang, “Heh, lagi ngapain lo?” atau “nanti kalo balik beliin J.CO ya!”. Dan sayangnya ketika telfon ada aja gangguan, gue mau pergi maen tennis lah, gue lagi jalan atau apapun itu. Sekarang, intentistas menelpon pun hampir tidak pernah, malah gue yang minta untuk ditelfon. Kenapa gak gue yang nelfon? Gue adalah manusia kost-an yang konyol kalo menghabiskan duit buat pulsa aja, buat fotokopi mana? Buat buku? Buat makan? Buat modem? *berpikir keras sampe botak..Hmmm!!! Kembali ke topik. Iya, malah gue yang minta telfon dan menunggu sampai larut malam, menunggu, menunggu sampai tertidur…keesokan paginya berharap ada tulisan ‘1 missed call’ (kayak pilem setan yah?) di layar ponsel, ternyata tidak.
Sms pun hanya beberapa yang dibalas. Kalo kyak di iklan mah dari 10 sms hanya 5 wanita yang memilih bukan..bukan…dari 10 sms paling Cuma 3 yang dibales. Gue tahu kakak gue sekarang udah supersibuk ngurusin kerjaan, suami, dan anaknya. Gue tahu! Gue tahu tapi gue gak paham. Seharusnya disini gue yang mencoba memahami akan hal itu. Tapi, apa salah kalo kita butuh perhatian kayak dulu. Oke, hidup itu dinamis bukan statis, apa yang seperti ini juga terseret dalam roda pergerakan zaman yang mengakibatkan kerenggangan hubungan kita berdua? Jeng..jeng…jeng….*tiba- tiba keingetan pincingan mata Ratu Antagonis, Lely Sagita.

Kembalikan keakraban kita.
Kembalikan seperti sedia kala yang masih istimewa.

Backsound:” All I want is for everything is the right place, so everyone is happy, is that too much to ask for?” Dear Diary- Mocca.


P.S: Biasanya kalo kangen rumah dan orang- orang yang ada di dalamnnya, gue langsung keingetan dan puter lagu religi dengan alasan hari dimana keluarga semuanya kumpul itu kan bulan puasa dan lebaran. Nah, di hari itu lagu religi mengudara membabi buta. Gue juga penggemar lagu religi, tertentu sih seperti Bimbo. Sayangnya lagu- lagu religi sekarang tidak seindah dulu karena faktor utamanya adalah komersialitas.

Saturday 2 October 2010

2 Oktober, 21 Tahun yang Lalu

Padahal waktu udah menunjukkan pukul 10.00 a.m di ujung kanan atas notebook ini. Itu menandakan gue harus segera mencuci handuk dan bathrobe, lalu mandi dan bergegas ke perpustakaan kampus (pastinya pake baju dulu) karena mau ada kumpulan KKN untuk membicarakan perihal kunjungan ke Pangalengan kembali, ke tempat kost kita 2 atu 3 bulan yang lalu, ke tempat dimana hanya ada kebun teh hijau sejauh mata memandang, (yang jelas) dimana tidak ada tugas- tugas kuliah dan kerjaan di tempat kursus.
Sabtu ini persis sama dengan dengan sabtu minggu lalu; memulai hari dengan bertatap- tatapan dengan monitor laptop, memijat- mijat keyboard-nya, dan menggelitik mouse yang goyang kesana kemari, maju mundur, naik turun (terkesan centil ya gue..haha). Juga, lagu- lagu indie masih membisik lewat headset yang berfungsi hanya di satu sisi: rusak! Hanya, sabtu ini Transmutasi-nya Homogenic yang lagi di kuping gue dan gue bangun lebih siang, di pagi hari bukan dini hari. Mungkin kalo melihat judulnya, sabtu ini beda karena pada hari ini, 2 oktober, 21 tahun yang lalu gue lahir. Yap, ulang tahun. Hari ini gue ulang tahun!
Kalo melihat angka, jelas itu menunjukkan 2 digit, angka 2 dan 1. Bisa dibilang udah puluhan tahun gue hidup di dunia ini. Singkatnya, gue semakin tua! Terlihat berbeda jelas, ulang tahun gue tahun ini dengan tahun lalu. Banyak sekali perbedaan. Yang terlihat paling jelas, yaitu sekarang gue udah kerja sambil kuliah, gue berada di kostan yang berbeda, dan terkesan sepi untuk tahun ini. Meski begitu, masih banyak persamaannya, yaitu masih banyak ucapan dan doa yang terucap dari temen- temen gue, walaupun jika melihat kuantitas, tidak sebanyak tahun lalu (lewat ponsel). Tidak apa- apa. Justru, doa- doa itu yang gue harapkan. Itu menandakan masih banyak yang inget gue, masih banyak doa yang terpanjat untuk gue, yang jelas masih ada harapan untuk lebih baik di tahun selanjutnya, apabila gue masih diberi umur (Amiin).
Bukannya gue sok kritis atau gimana tapi ini berdasarkan pengamatan amatir gue. Namanya juga di era globalisasi, orang- orang lebih memilih cara yang praktis dalam melakukan sesuatu dengan lantaran efektif dan efisien, bukan karena itu juga sih sebenarnya. Tapi, itu yang gue rasain. Kuantitas ucapan ulang tahun gue lebih banyak di facebook daripada di sms. Gue gak menyalahkan atau menganggap tidak penting ucapan di jejaring sosial tersebut, hanya menurut gue diantara mereka memiliki nilai yang berbeda. ucapan melalui sms sifatnya lebih private, hanya si pengirim dan penerima sms yang tahu, kecuali ada orang lain yang melihat juga. Beda dengan facebook, apapun yang tertulis disitu terlihat oleh semua orang yang juga mengucapkan ucapan. Memang, facebook memiliki fungsi yang luar biasa selain menghubungkan pertalian yang sudah lama tidak terjalin, juga ya itu salah satunya pengingat ulang tahun atau event- event tertentu. Mungkin, sebenarnya dia tidak ingat, tetapi dia diingatkan oleh facebook tadi. Berbeda dengan ketika facebook belum tenar, orang- orang memang benar- benar ingat akan hal itu makanya dia mengucapkan. Ini cuma stereotype, jangan terlalu dianggap serius.
Ulasan gue diatas, bukan cuma opini pribadi, tapi salah satu temen gue juga merasakan hal yang sama. Begini….Kita samarkan namanya menjadi TG (Temen Gue), gak ketahuan kan?

TG: “Sial, adek gue gak sopan banget ngucapin ‘Happy Birthday’ di facebook coba, padahal kamar gue sebelah- sebelahan! Akh Ketek!

Nah itu dia, esensi-nya sudah beda. Nilai sudah bergeser. Alam semakin marah. Bumi gonjang ganjing, gunung merapi meletus!Huss mulai ngaco! Padahal itu pertalian sedarah, Kakak dan Adik, mungkin tidak sampai belasan meter untuk melontarkan ucap, peluk, dan cium ke kakaknya itu. Berbeda halnya dengan yang dipisahkan oleh jarak dan waktu. Semua itu relatif, tidak ada yang benar ataupun salah. Kayaknya gue keasyikan nulis nih, terus kenapa gue masih di sini, ayok cepat mandi! Kita lihat ada apa hari ini.

Thursday 30 September 2010

Tidak Usah

Tidak usah sungkan sama saya, saya bukan priyayi di zaman kolonial.
Tidak usah merasa terbebani, saya bukan nyonya penyuruh.
Tidak usah terlalu banyak minta maaf, saya bukan pemarah yang melulu melontarkan amarah.
Tidak usah memuji, jika masih melempar kotoran anjing di belakang saya.

Pendiam

Gue baru aja pulang dari bermain- main bersama Ayas, Ninik, dan Agung di Gramedia. Awalnya cuma Ninik dan gue tapi mereka akhirnya ikut dan nyusul. Niatnya sih cuma sebentar, tapi akhirnya kita menghabiskan waktu berjam- jam untuk mengotak- atik buku yang kebanyakan membahas tentang pastry, minuman, dan makanan penutup. Ayas sih sibuk dengan kebaya dan riasan, maklum dia kan bentar lagi sidang dan wisuda. Hmm…iri setengah mati. Kita juga nemenin Agung dulu yang makan malem di lesehan Ayam Goreng Merdeka deket situ. Kostan Redha pun menjadi destinasi selanjutnya dan secara tidak sengaja permainan kartu cangkulan pun jadi ‘objek’ kita berikutnya. Kita pun main menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam. Gak bisa nunggu lebih larut lagi, kita pun pulang kecuali Ayas.  Gue dianter Agung sampe gerbang, mungkin dia gak tega ngeliat muka gue yang sangat bantal dan beler padahal emang sejak dalam kandungan muka gue begini. Entah ini anugerah atau kutukan? Anugerah gue rasa.
Intensitas kantuk gue gak sehebat kemaren yang sampe ketiduran di angkot seusai ngajar. Walaupun begitu, gue niatkan untuk tidur karena kata buku kesehatan yang gue pernah baca, gak baik tidur lebih dari jam 11 malam karena proses penyerapan protein terjadi antara pukul 23.00- 1.00. Entah fakta atau asumsi. Makanya jangan suka begadang, tar tubunya pendek lho kayak saya..hehe. Suka begini nih, entah apa yang ada di pikiran gue yang jelas gue pengen banget mengerjakan sesuatu. Yak, menulis blog. Ada yang menggeliat di pikiran gue dan memaksa untuk dikeluarkan (kok kayak pup ya hehe).
Biasanya kalo udah malem menuju dini hari, pikiran gue agak sedikit meluas dan bisa dibilang dalam (baca: lempeng). Memikirkan tentang masa depan atau apapun itu yang ada di kehidupan gue sehari- hari yang tidak pernah terpikir ketika gue melakukan rutinitas. Banyak banget hal yang harus gue lakukan dan kerjakan. Apapun itu dan memaksa otak gue untuk berpikir jauh lebih dalam dan kemudian anda tertidur (Lho, itu kata- kata Romi Rafael, sambel)!
Keingetan salah satu temen sekelas yang dulunya deket banget sama gue bilang lewat forum chatdi facebook. “Cui, kok sekarang sering diem.” Gue lumayan sontak kaget ngeliat kata- kata itu. Gue tanya balik, “diem? Diem gimana?”. Tidak ada jawaban dari dia. Gue konfirmasi pertanyaan dia dengan “Gak, gak apa- apa kok, beneran!”. Gue jawab begitu karena memang gue gak ngerasa kenapa- kenapa, gak ada yang beda atau aneh dari gue. Ngedenger kayak gitu, gue minta pendapat ke temen gue yang tadi ada di kostan ketika mengerjakan tugas English for Science and Technology. Dia bilang, “Iya sih, lo tuh kayak menutup diri tau gak.”. Gue mikir sejenak, apa bener gue kayak gitu.
Setelah dipikir- pikir gue sadar juga, selama beberapa hari ini gue agak diem sih emang. Bukan kenapa- kenapa tapi gue gak akan ngomong ketika gue gak tau apa yang sedang dibicarakan dan terlalu banyak orang yang membicarakan itu walaupun gue tukang cerita apa aja. Misalnya saja, mereka (entah siapapun itu) sedang membicarakan suatu topik, dan gue jarang gabung dalam membicarakan topik itu, karena menurut gue cerita salah satu dari teman kita sudah cukup mewakili cerita- cerita kita. Toh, kalopun gue cerita, respon yang muncul tidak seheboh ketika dia atau siapapun itu bercerita. Mari kita selanjutnya ganti kata heboh dengan ‘antusias’. Gue gak cerita pun gak apa- apa gak ada efek yang menandakan perbedaan sebelum dan sesudah bercerita. Dengan kata lain, gue cerita dan enggak pun tidak berpengaruh. “Cerita gue gak seru, gak bakalan seru ,tidak seseru ceritanya” kata- kata itu yang tiap kali muncul  setiap kali gue akan membagi cerita. Keparnoan ini pun sepertinya berakumulasi. Itupun berakibat pada respon gue yang tidak seantusias dan mungkin berlebihan dulu. Dan berakibat pula (sepertinya) dengan ke-pendiam-an gue ini.
Soal tampilan gue yang sekarang terlihat lebih diam ini, jujur gue gak terlalu peduli. Mungkin ini yang menyebabkan gue tak acuh. Sekarang silahkan anda mengata- ngatai saya apatis, individualis, idealis, perfeksionis atau apapun itu. Sekalian saja ‘atheis’ kalo begitu. Kita sudah dewasa secara biologis, umur menunjukan angka dua di depan. Tidak cukup hanya memikirkan sepatu lari atau swiss army. Tidak terasa bila menghitung waktu. Karena sebentar lagi saya 21.

Sunday 26 September 2010

Begini Lagi

Hari minggu ini gue gak merasakan yang namanya liburan. Semua disibukan sama tugas. Aturan hari ini gue ke kostannya ninik.....maaf ketunda bentar gara- gara tercengang ngeliat status facebook temen sekelas gue yang tunangan. Ternyata itu sungguhan sodara- sodara!!! Selamat...selamat buat teman saya itu. Pasti sedang bahagia- bahagianya. Hmmm..gue tar tunangan sama siapa ya? Hush...udah jauh banget melenceng sama apa yang diceritain. 
Off our topic
Kita (gue, ayas, agung, redha, ninik, arif) yah seperti biasa, anak- anak gang tikus pada mau maen ke kostannya ninik, tapi sebelumnya gue , ayas, n redha mau ke gasibu dulu baru ke kostan ninik. Sekalian si Redha mau traktir yoghurt cisangkuy lantaran dia dapet gaji tambahan lah dari hotelnya. Aduh tau sendiri gue addict banget sama yang namanya yoghurt apalagi yoghurt cisangkuy. Ditambah gue udah lama banget gak nenggak ntu yoghurt. Ternyata eh ternyata kelompok English for Teaching Young Learners gue masih melambai- lambai dengan manja, minta dikerjain. Yaudah, gue gak punya pilihan lain selain mengerjakan semua itu, ditambah due date-nya senin ini. Udah gak ada waktu lagi selain hari ini. Menyerah.
Padahal gue pengen banget ke kostannya ninik. Tidak lain tidak bukan, karena balkonnya. Balkon di atas atap itu loh pewe gaskin  (posisi wenak) banget. Gue merasa nyaman banget berada di situ, berasa gak ada yang musti gue lakuin selain duduk menikmati udara sore yang menggerakkan rambut hitam ini, lalu berujung pada tamparan slow motion di pipi. Yasudahlah, mau diapain lagi.
Herannya, kenapa gue ngalamin hal yang kayak gini terus? waktu itu pas ulang tahunnya ayas, gue dengan berat hati gak bisa dateng soalnya gue harus mengerjakan tugas yang merajai gue hari itu. Sampe begadang!!! Dan gue gak punya pilihan lain, karena bakal dikumpul besok. Huh! Sekarang? Kayak gitu lagi. Mudah- mudahan, hal itu gak pernah terjadi lagi sama gue. Gue jadi mikir, apa tugas udah mengambil-alih hidup gue? Gue jadi keingetan potongan dialog film "Deep Blue See" yang si dokter cewek mau mancing hiu itu biar ketangkep, bukan..bukan..bukang mancing kayak di mancing mania tapi mengalihkan perhatian biar si hiu ngelepasin cowok yang kakinya udah mau buntung diseret- seret ampe ketengah lautan. Dia kira- kira bilang begini (gue terjemahin) "Sepintar apapun kamu, tapi kamu tetap binatang! Come to mama!"..Kalo gue mungkin begini, "Hey tugas bangsat, sebanyak apapun kamu, kamu tetap tugas, Come to Mama (ihh najjiss) Go to Hell! Bwahahaha (ketawa setan).


Saturday 25 September 2010

Petaka di Dini Hari

Di ujung kanan bawah sana menunjukkan waktu 9.11. Yang dibenak gue adalah, hhmm kok pas ya kalo digabungin 911, itu panggilan darurat punya Amerika. Ngomongin 911, mungkin orang- orang mikirnya sesuatu halnya yang susah dijangkau. Gak tau kenapa gue nyambunginnya ke FBI, SWAT, DEA IMUT.. oh sorry yang terakhir itu ngaco. Menurut gue 911 itu bukan sesuatu yang gak mungkin untuk dimiliki, I think I have my own 911 and it’s secret. Okay, stop ngebahas 911!
Begini, gue belom tidur sejak waktu di ponsel gue menunjukkan pukul 00:46. Awalnya emang gue yang capek banget karena abis observasi dan sengaja memalaskan diri gue dengan tidur- tiduran di kasur sambil nonton Opera Anak. Dan gue berniat akan bangun lagi kira- kira 30 menit kemudian untuk mengerjakan tugas Intercultural Communication. Ternyata eh ternyata, emang guenya kebo kali yah, ketika gue bangun, udah berada di hari yang lain dan banyak banget inbox dari kakak, adek, dan temen- temen gue. Mungkin sebenernya gue jiwa gue udah bangun beberapa jam yang lalu, tapi raga gue belom menyetujuinya. (Gue juga heran gue ini manusia apa siluman Kebo?)
Setelah bangun, gue pun langsung ke kamar mandi ambil wudhu terus sholat isya yang kelewat berjam- jam lamanya. Terus lanjut manteng di depan laptop sampe sekarang. Gue pikir sih ah bentar juga kelar, terus rencananya gue mau tidur lagi karena besoknya udah janji sama si Windy mau jogging di stadion tercinta, Bumi Siliwangi. Emang udah lama juga sih gak jogging semenjak ada kali 3 bulan yang lalu. C’mon burn this fat!
Didorong keinginan yang luhur (ngaco itu UUD!!), didorong oleh sifat gue yang (kata temen gue) perfeksionis dalam segala hal, jadi gue ngarjainnya lama (gak nyambung), ngabisin 3 jam hanya untuk 1 paragraf. Gue googling sana sini nyari sumber dan menguras otak gue, akhirnya kelar juga tuh tugas dan gak kerasa udah jam 4. Ya elah bentar lagi subuh dan tanggung kalo tidur lagi. Akhirnya gue memanfaatkan waktu dengan coba mengedit blog gue. Ganti template ah!! Petaka pun tiba!
Ketika template baru itu muncul, sumpah kacau abis, di luar dari template itu yang emang didesaij kacau, tapi ini bener- bener kacau. Ukuran huruf segede gaban, judul deskripsi blog ketindihan, font jadul begitu aduh..sambel lontong lah! Gue nyari- nyari sampe sakit perut (beneran) buat pengaturan font dan warna. Alhasan, gak ketemu!!”Dimana sih?!!!” ,pikir gue. kenapa tiba- tiba ilang kesel mampus!!! Yaudah, gue ganti lagi dengan template yang lama. Pas liat! Oh my darling, baru nyadar kalo template yang dulu juga kan sebelumnya di-edit font and warnanya. Sampe subuh tiba, tetep aja gak ketemu! Saran sahabat gua yang otaknya ilang semili, “Tanya aja sama blogger- blogger, emang suka gitu facebook juga suka ganti- ganti pengaturan! Googling aja!” Gue pikir, jarang temen gue yang punya blog, apalagi yang blogger. Akhirnya gue coba, dan dapet beberapa link yang ngasih tau tentang itu. OOhh ternyata emang pengaturannya diubah, sekarang bukan di layout yang langsung muncul di dashboard, tapi, tapi masuk dulu ke Rancangan, dari situ perancang template, dan setelah itu pilih advanced. Baru tu setannya keluar FONT DAN WARNA! Otak- atik..otak..atik..beres, walaupun tidak seistimewa di awal.
Rencana jogging pun gue batalkan subuh tadi diguyur hujan. Pasti stadionnya becek tapi gak ojek (naon sih). Windy juga nyetujuin gak jadi jogging, yaudah. Tadinya gue mau yoga, tapi sekarang udah jam 9.53, gue belom mandi dan nyuci dan jam 11 tepat harus ada di kostan Windy buat kumpul anak- anak KKN. Terus kenapa gue malah ngeblog? Kebiasaan. Haha…Sarapan? Gue juga lupa hal wajib yang satu ini. Yaudah gue mau selesein upload foto liburan gue dan langsung mandi dilanjut nyuci. Enjoy your weekend, bro!

Monday 6 September 2010

Kemanakah Kali Ini Imajinasi Itu Berlari?

Ramadhan kali ini terasa berbeda. Berbeda sama sekali dengan tahun lalu. Apa mungkin karena gue mengawalinya di tempat yang sama sekali berbeda? Di tempat yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Biasanya kalo ramadhan tiba, imajinasi gue kacau, terus- menerus mendesak keluar dan berakhir dengan berlari liar. Pagi yang gue rasa juga berbeda ketika baru bangun tidur setelah sahur. Biasa. Apa mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan bulan istimewa kali ini. Apa di tempat itu terlalu banyak orang yang bukan menghalangi melainkan berkontribusi memberi batas pada imajinasi gue yang beringas?

"Padang bunga matahari yang memenjarakan tubuh di dalamnya. Sinar mentari terang yang meredup terpecah diantara dedaunanya, ribuan biji bunga yang menuruti kemana arah surya itu memancar dan ketika derap langkah lelah kembali ke rumah."

Gue inget banget tahun lalu, dimana gue sangat (bisa dibilang) ceria di setiap detik bulan itu, dimana gue selalu update blog gue setiap hari, dimana gue selalu punya cerita yang (bisa aja) gue ceritain dengan kata- kata nyentrik (semau) gue. Dimana gue berburu sinyal WiFi hanya demi satu postingan ketika modem belom ada pada gue. Gue juga sangat rajin mengikuti tarawih dengan ibu kost gue yang lama. Sungguh sangat nikmat perasaan itu setelah tarawih berjamaah. Damai banget, serasa gue mau ngelakuin apapun boleh.
Apa karena tahun ini gue pindah kostan? iya gue belom cerita tentang hl ini. u epindah kostan. Ini sangat mendadak karena ibu kost gue gak bilang kalo kostan mau direnovasi. Itupun gue tau pas gue tanya sebelum mau bayar kostan. Dan tahukah itu terjadi kapan? 1 hari sebelum KKN. Petaka! Alhamdulillah akhirnya dapet walaupun dengan tergesa- gesa!
Tahun ini juga gue kembali diuji. Setelah berhari- hari di daerah orang, gue juga gak langsung bisa menikmati kehangatan berpuasa dengan keluarga di rumah. Ada beberapa pertemuan kuliah yang harus dihadiri, karena kehadiran termasuk prasyarat mendapatkan nilai di setiap mata kuliah. Emang sih jurusan gue seringkali dinilai eksklusif di mata mahasiswa, dosen, atau warga sekitar kampus gue padahal gue rasa biasa aja. Mungkin karena pamor itu pula, jurusan 'kita' ini mempertahankan kepopuleran dengan terus- terusan kuliah walaupun hari sudah menunjukan H-4. Ketika berita- berita di televisi sedang gencar menuturkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Ini berarti gue harus kuliah sampai hari selasa dan jumatnya sudah lebaran. Menyedihkan. Ditambah udah dua bulan gue gak pulang, terakhir gue pulang yang sama si Danil itu ke Moonzhercup SMA di Tangerang Selatan. Bener- bener udah lama banget itu. Juga, ke perantauan KKN, pangalengan. Sungguh, sangat- sangat jauh dari keluarga bukan hanya dalam arti secara harfiah. Benar- benar jauh. Teacher's Meeting di Dakota pun harus gue hadiri walaupun ada bingkisan parcel dan gaji gue selama 8 hari sebagai imbalannya. Dengan kata lain, gue cuma punya waktu 2 hari berpuasa dengan keluarga di rumah. sumpah gue pengen nangis. Sungguh sangat mahal harga yang harus gue bayar cuma pengen berpuasa berbagi kehangatan di bulan ramadhan ini. Ajakan Ninik untuk buka bareng Danil pun gue tolak dengan halus dengan alasan tadi itu. Cuma pengen bareng keluarga. Padahal gue pengen banget buka bareng mereka, karena kita belum pernah berkumpul secara bertiga. Kali ini gue benar- benar pengen nangis.
Besok gue akan menebus rasa rindu gue akan mereka. Tunggu aku. Apakah imajinasi gue akan menggeliat dan kembali berlari liar?
Kita lihat saja.

KKN Part 3

Semua program kita beres, usai pengumuman lomba kemarin. Kita pun beristirahat sejenak. Tinggal satu lagi nempelin poster ke SD- SD. Tunggu apalagi kalo program udah selesai, tinggal nyusun laporan terus kembali ke habitat. Hari- hari terakhir kita isi dengan kegiatan yang kacau, yaitu bikin video keong racun. Sulit sekali untuk menghindari virus racun dari keong itu sodara- sodara, yang mana penyebarnya adalah cewek2 Bandung yang salah satunya dari kampus gue!Hmmm….!!!! Stop talkin’ bout penyebaran racun keong! Kita omongin yang enakk- enak aja hehe. Oia gue juga bikinin pudding and rotichoconana buat anak- anak, Alhamdulillah pada suka. Kalo masakan kita disukai orang, rasanya seneng banget. Kalo kata Taya Helidades sih It feels like I’m already flying! Beneran! Rasa seneng banget itu dateng selain tulisan gue dibaca dan orang seneng, juga itu tadi masakan kita disukain orang. Selain masak paling kerjaan kita yaitu kerjaan pembantu nyuci, nyetrika, nyuci piring, nyapu dan beres- beres. Paling kegiatan kita yang bener di akhir yaitu bimbel aja walaupun sebelumnya udah pernah kita adain. Gue sih menunggu temen- temen gue yang udah pada mau dateng tapi gak jadi, bete! Padahal udah survey hotel segala macem. Sebetulnya gue udah mulai betah di sini, gak kerasa kita udah sebulan di sini dengan suka dan duka yang ada. Berat bagi gue untuk pergi dari sini, apalagi kalo inget Bapak kost mukanya sedih banget ketika kita bilang kalo kita mau pulang. Layaknya lagu Nike Ardila, dia sendiri lagi.
Hari terakhir kita puasa disana, kita emang niat buat ngirim takjil ke masjid dan buka bareng warga di sana. Kita ngirim kolek, bala- bala, dan kurma, sementara dari warga ada kue- kue tradisional dan teh anget. Aduh bener- bener deh tuh suasana, akrab banget sehangat tehnya (mulai alay). Jarang nemuin suasana seperti ini di lingkungan daerah gue ngekost di Bandung. Nah, Pas malemnya teraweh terakhir kita di situ, ibu- ibu pada nangis dan kita sontak kaget, kultumnya yaitu tentang kita, ucapan maaf dan terima kasih. Aduh betapa sangat dihargai kita di sini. Gak bisa dicegah, air mata pun pada keluar dengan tidak sopan. Setelah tarawih kita juga ngobrol- ngobrol sama bapak- bapak dan warga DKM masjid yang lokasinya tepat depan rumah kost kita. Foto kita pun bakal disimpen di rumah ketua DKM, dan kata mereka foto itu bakal dipamerkan ke orang- orang asing yang nanti akan melakukan hal yang sama dengan kita, entah KKN, P2M, homestay atau apapun itu.
Kita packing dan pamitan dengan warga dan bapak kost, ini mengakibatkan beberapa pasang mata dari kita banjir bandang. Sense of belonging mereka pun ditunjukan kembali dengan membekali kita dengan 2 karung kentang, DUA KARUNG KENTANG! Yang kalo dikiloin kira- kira 40 kiloan lah. I’ll be missin’ this place…gue bakal kangen mulut gue yang berasep di pagi hari, menu tahu tempe tiap hari ampe bosen, kue- kue gak jelas, kebun teh yang terhampar, nasi awug, susu murni, udara dingin yang menusuk, pake kaos kaki wool dan sarung tangan kalo mau tidur, kolek gula biang, dan yang paling gue kangenin adalah suasana akrab dengan temen- temen disni yang udah kayak sodara juga dengan bapak kost dan warga setempatnya…

Tenang, abis lebaran kita akan kesini lagi!!!!

KKN Part 2

Minggu pertengahan diantara 40 hari itu, udah mulai keliatan kulit asli belang busuknya temen- temen gue haha. Ada cowok yang suka banget perawatan, luluran lah, maskeran lah, creambath lah, bedakan lah..ow..yang terakhir itu gak. Ada yang sering banget malem- malem bangun, buat ke kamar mandi dan selalu berkata, “sakit hati!” ketika penyakit HIV (Hasrat Ingin Vipis) itu muncul. Yang kayak emak- emak pun ada, dia sering berpepatah dan berpantun ria pake bahasa jawa Cirebon, persis seperti Wong Tuo kalo orang jawa bilang. Gak heran setelah dia cerita kalo dia tinggal sama neneknya, “Oh pantesan” gue berujar. Kata- kata “Ya udah lah ya…” pasti terdengar dari temen kita yang ini yang juga doyan banget sama bakwan jagung. Ada juga yang terus- terusan ditelfon sama pacarnya, yang dipanggil my beibz itu. Masalah telfon- telfonan, ada lagi nih satu lagi yang suka ke kamar cewek sambil tiduran kalo nelfon, juga sering cari makanan ke dapur kalo perutnya nagih lagi. Cewek yang ini paling nyentrik kata gue, dia Cuma appearance-nya aja kayak cowok gak heran orang dia atlet softball Jawa Barat. Ternyata eh ternyata dia feminine loh, kesukaannya dia aja warna ungu dan kupu- kupu. Satu lagi, cewek ini polos dan manja banget kalo kata gue, paling sabar kalo ngadepin gue, logat jakartanya kentel paling rajin kalo nyuci piring, pernah sautu kali dia ngigo kenceng banget, meneriakan “Nomor satu!” di udara kamar kita tepat jam 3 dini hari, ternyata dia lagi mimpi ngajar di kelas, aduh ada- ada aja. Gelak tawa gak berhenti dari kita- kita yang ada ki kamar itu. Masalah ngigo, nah ini mungkin trademark gue di sana sama anak- anak. Kata mereka gue sering banget ngigo, hampir tiap malem katanya. Mulai dari mengacungkan jempol ke udara dan berkata, “bagus..bagus!” sampe mukul- mukul dengan sekuat tenaga temen yang lagi tidur di sebelah gue. Haduh, bencana! Padahal setau gue gak pernah ngigo. Apa gue sering ngigo cuma karena di kostan sendiri jadi gak ada yang tau…wah gawat!
Gak kerasa kita udah mulai masuk bulan suci ramadhan, yang lain pada pulang munggahan alhasil cuma gue sama satu temen gue doank yang tinggal, yaitu Eni. Suasana ramadhan di sana sepi banget. Emang kerasa banget gak seperti di kota yang heboh. Gue mengalami pengalaman yang menarik disini. Puasa disini dibalut dengan kesederhanaan dan rasa syukur. Yah, ini dia yang kedua kalinya awal puasa gue jalani di perantauan setelah Bandung pas awal kuliah. Oia sebelumnya gue juga sempet jogging ke kebun the Malabar, sumpah udaranya seger dan sejuk seketika itupun gue mainkan ‘Malino’ dari The Trees and The Wild dan sangat kawin mereka. Keujung sana, dikira gue gak ada yang lain selain hamparan hijau bahan minuman antioksidan itu, ternyata ada pasar kaget di atas gunung. Tajkub, ya iyalah baru nemu gue pasar berundak- undak gitu di atas gunung. Yang jadi inceran gue adalah, jajanan pasar tadisional khas daerah situ, daerah sunda sih, kaya nasi awug, gurandil, terus apa namanya, pokonya jagung, singkong, dan talas kukus dikelapain. Serba tradisional deh yang kalo di kota jatohnya jadi mahal soalnya langka.
Balik lagi ke bulan puasa. Beda banget sama di tempat kost gue yang dari jam 3 sore udah berjajar takjil- takjil manis penggoda iman. Di sana penjual takjil cuma satu, itupun cuma dua macem sekoteng, sama candil atau kolak biji salak. Belinya pun jauh, harus ke depan dulu..harganya cuma 1500 rupiah tapi gula biang semua haha…tapi enak- enak aja lah kata gue mah daripada gak ada. Gorengan pun yang harganya gopek tapi segede gaban. Wih, gak heran semakin melebar badan anak2 cewek di sana. Ditambah minum susu murni langsung dari sapi di samping rumah, udah tambah pengen cari timbangan berat badan nanti kalo udah pulang KKN.
Kita juga kebagian ngajar di salah satu SD di Desa itu. Selama seminggu kita ngajarin anak- anak murid SD tersebut dari kelas 1 sampe kelas 6. Gue kebagian ngajar kelas 1 dan 6 Damn!!! Kita ngajarin sesuai mata pelajaran hari itu. karena gue keukeuh pengen banget ngajarin bahasa inggris ke mereka, gue selipin deh nyayian- nyanyian bahasa inggris ke mereka hehe. Pas istirahat, gue ke tukang jajanan. Ini semua megingatkan gue jaman SD, yang ada temen- temen gue juga pada jajan terus haha. Jajanan yang waktu gue SD juga ternyata ada di sini, yaitu Es Kul Kul: Pisang yang dibekuin terus dibalut cokelat cair dan dikasih meses warna- warni. Enak banget!
Program kita yang kedua yaitu Lomba- lomba. Lomba yang kita adain yaitu lomba di sekolah dan di lingkungan masyarakat tempat kita tinggalin RT 02 dan RT IV. Lomba yang pertama yaitu lomba puisi dan lomba gambar temanya tentang bencana alam sesuai dengan tema KKN kita. Gak tau kenapa gue dan Randi didaulat untuk jadi juri lomba puisi, apa karena kita dari jurusan bahasa? Menurut gue puisi adalah bahasa yang rumit dan misterius, walaupun orang itu udah berkecimpung di dunia bahasa belom tentu dia ngerti puisi. Kayak gue, agak sulit sebenernya memahami konten puisi tapi yaudah lah gue terima tawaran itu (set dah, tawaran bahasanye), itung2 nambah pengalaman dan hiburan. Biasanya sih kalo anak- anak yang ikut lomba, seru, lucu- lucu. Ada yang bacanya flat dan tanpa ekspresi dan yang ngejoplak ke lantai dan nangis berusaha menghayati dengan sepenuh jiwa dan raga..huh dasar bocah! Lomba gambar juga gak kalah seru, gambarnya unik- unik (baca: aneh) pokonya menggoda perut kita untuk siap ketawa terpingkal- pingkal. Ada gambar gunung meletus tapi kita semua melihat itu adalah gambar semangka yang dibelah duren (eits). Oya, ngomong- ngomong belah duren ada cerita seru dibalik ini. Jadi pas intermezzo quiz di sela acara lomba, ada anak yang sangat polos, innocent atau apalah yang menggambarkan dia polos banget. Jadi, dia kebagian terakhir untuk nyanyi dikira gue dia bakal nyanyi lagu anak- anak. “Akh paling nyanyi balonku atau bintang kecil”, pikir gue. Mengejutkan sodara- sodara ketika dia mulai membuka suara dan melafalkan kata- kata, “Belah duren di malam hari paling enak dengan kekasih!” dengan muka yang terpasang masih polos. Sontak gelak tau menggema di kelas itu. akh petaka anak zaman sekarang.
Lomba yang kedua yaitu lomba kerohanian. Kita ngambil tema lomba ini karena moment-nya pas bulan ramadhan, gak mungkin kan kita bikin lomba panjat pinang dan makan kerupuk walaupun momentnya emang lagi 17-an. Adalah lomba adzan, kaligrafi, dan fashion show muslim yang jadi pilihan kita untuk lomba dengan beberapa pertimbangan. Gue sih salut di sini nilai keagamaannya masih tinggi, adzan-nya pada bagsu- bagus, kaligrafinya jug apada keren. Yang paling lucu sih lomba fashion show, macem2 gayanya, ada yang sepanjang jalan manyun, yang jalannya kayak preman juga ada padahal doi cewek hehe. Gue sih tetep konsisten dengan kerjaan gue yaitu megang kamera terus, jeprat jepret sana sini. Gak nyangka antusias warga sangatlah besar, ada yang dari kampung yang jauh banget, ada yang dianter serombongan gitu, dan kayaknya juga ada yang dari panti asuhan. Padahal hadiah yang diperebutkan gak telalu besar nilainya dari segi materi tapi mereka tetep seneng . Sedih bercampur takjub, bagi gue pribadi ini refleksi , cermin sekaligus pijatan hati.