Sunday 16 January 2011

Tempting Afternoon

Selamat sore, selamat datang kembali senja! Hmm...kali ini gue ditemani espresso mint mint apa ya gue lupa, pokonya cold blend coffee murah a la anak kostan cuma lima ribuan tapi lumayan lah. Hari ini mood gue baik banget deh, dimulai dengan jogging di pagi hari, kemudian ke pasar sebentar, masak, nyuci, mandi, baca buku, tidur, baca buku, makan, leyeh- leyeh di kasur kasur sambil baca buku lagi nonton Metro TV Programs in rows, dari mulai Rachel Rays, Kick Andy, Metro Sore (apa lah gue lupa nama judul beritanya), sampe sekarang on line.

Udara sore kali ini agak dingin tapi menyejukkan. Hmm...rasanya sayang sekali kalo harus terus menghabiskan di dalam kamar trapesium ini terus-= terusan. Okay, gue mau jalan- jalan sore mungkin pergi ke Setiabudhi Supermarket membeli Hard Bread. Yup, literally jalan- jalan yah jalan kaki, on foot. Terlintas kangen sama pisang goreng rumahan, berasa nyium aromanya. Aku ingin pulang...Tapi harus meunggu dosen yang enath kapan sempet untuk bimbingan akademik. CRAP!

Saturday 15 January 2011

Senja

Lagi dengerin ‘Slo Mo Smile’-nya Bottlesmoker nih, I extremely amaze at this video, emang bener sih kata danil, ‘catchy’, lagian musiknya emang penuh imaji kalo menurut gue. Hm…Kali ini senja, gue menulis di waktu senja. Seperti senja- senja sebelumnya yang gue habiskan di kostan dengan menonton film kartun favorit apalagi kalo bukan, ‘Spongebob Squarepants’. Sebenernya sih bukan hanya ini senja yang gue inginkan. Gue pengen mengulang senja- senja beberapa tahun lalu, ketika gue menghabiskannya di loteng, menatap langit jingga yang memudar menjadi lembayung, kemudian tergeser oleh abu- abu petang, hingga tertutup semua dengan hitamnya malam.

Bagi gue senja adalah waktu sakral, waktu dimana jeda antara siang dan malam, antara kehiruk-pikukan dan ketenangan, waktu untuk mengehela napas kebebasan sebelum pulang ke rumah atau mungkin bagi yang sibuk melanjutkan kembali ke pekerjaan masing- masing. Waktu dimana alam sedang pamer tentang keindahan. Makanya gue paling pantang mandi sore, ups maksud gue mandi yang terlalu siang..loh kok siang? Maksudnya mandi di waktu- waktu antara pukul 4-6 sorean lah. Alhasil, tiap sore, nyokap gue berkoar “Taaaaa, mandiiiiii!!!” Intinya, gue gak mau melewatkan saat- saat sakral itu, sangat tidak mau melewatkan koloni burung- burung yang berpulang kembali ke sarang, pesawat yang hilir mudik, matahari yang perlahan sembunyi, dedaunan yang serempak melambai diterpa angin, langit yang menjingga. Sangat menawan.Terbukti kan kalo senja itu spesial. Coba deh, dari keempat nama penunjuk waktu, pagi, siang, sore malem, Cuma sore yang punya sinonim, senja.

Kalo sekarang ini, agak sulit untuk menyaksikan fenomena alam menakjubkan seperti itu. Semua tertutup gedung tinggi, sumpek, padet! Akh…Sebenernya gue pengen banget menikmati senja seperti dulu, dengan secangkir kopi di atas loteng atau balkon, juga lantunan ‘The Heart of Life’ John Mayer. Apalagi kumpul bersama teman dan saling bertukar cerita kita tadi pagi. Pasti sempurna.

Menikah

Dimana- mana menikah, janur kuning melengkung, undangan tersebar. Sudah ada kira- kira 4 atau 5 teman karib gue yang sudah menikah, dan ada 2 teman sekelas yang menikah di akhir tahun dan awal tahun kemarin. Cepat sekali orang- orang menikah. Yah kalo udah mantep dan yakin kalo dia adalah jodohnya, mau nunggu apa lagi Kak? Iya juga ya, kamu pinter Dek!

Seperti kemarin, teman sekelas gue menikah dan banyak sekali yang berujar “Aduh iri, aku kapan ya?”; “Aduh jadi ngerasa gimana yah, pengen nyusul juga!”; “Aku kapan ya kayak dia, nikah?!”. Bahkan ada yang bilang, “Aduh gimana nih, aku belum punya cowok, kamu gimana cuy? Atau “ aduh gimana yah kalo pas wisudaan belom ada calon?” Jujur, pernyataan tau lebih ke pertanyaan yang gak perlu jawaban seperti barusan, sangat jauh di benak gue. Gue gak merasa iri atau apa kalo ketika menghadiri pernikahan, entah kenapa. Apa karena orientasi gue bukan tercurah ke hal itu dulu, atau karena gue belum bertemu jodoh? Hmm ngomongin jodoh memang sangat krusial, terutama bagi wanita.

Gak tertutup kemungkinan kalo semua orang ingin menuju ke arah situ, berijab Kabul, duduk di pelaminan, yah menikah. Siapa sih yang gak pengen punya suami (bagi wanita), atau istri (bagi pria), berkeluarga, punya anak yang lucu- lucu. Gue juga menginginkan mempunyai keluarga yang harmonis seperti itu. Hanya, untuk sekarang, gue ingin seperti ini dulu. Banyak hal yang belum gue eksplor, banyak belahan dunia yang belum gue jelajahi, banyak hal yang belum sempat gue coba, banyak ide- ide yang menunggu untuk dituangkan, banyak inspirasi yang masih berceceran, banyak hal yang belum gue kasih ke orang tua dan adik- adik gue, banyak hal yang ingin gue persembahkan untuk mereka yang gue cintai.

Gue percaya kok jodoh itu akan datang pada waktu yang semestinya. Di saat yang indah kalo kata lagu- lagu cinta. Gue pasti bertemu dengan the person I can be with, and I can’t be without. Jadi penasaran, jodoh gue lagi apa ya sekarang? Hehe.

NB: Pas nikahan temen gue kemaren, lo tau maharnya apa? Bukan, bukan seperangkat alat masak. Tapi BUKU. Meeennn BUKU bertumpuk- tumpuk buku banyaaaaaak banget. Pengen mampus. Extremely Envy.

Pelipur Lara

Ketika melintasi Jalan Setiabudhi deket kostan, di deretan ruko depan Kampus Enhaii, terlihat ada yang janggal. Kenapa salah satu ruko berwarna orange favorit gue tutup terus yaa. Ternyata itu emang tutup, entah pindah kemana. Itu adalah tempat penyewaan DVD yang udah lumayan terkenal namanya. Jujur gue sedih, selain karena belom sempet lagi kesana, itu adalah tempat dimana gue bisa menyewa banyak DVD yang filmnya udah gak dijual di pasaran. Terlebih, itu adalah tempat dimana gue bisa “bertemu dan kangen- kangenan” sama Monica Geller, Ross Geller, Phoebe Buffay, Joey Tribiani, Chandler Bing, dan Rachel Green. Mengingatkan kembali memori dulu, pukul 5 di hari sabtu.

Jujur ada ketenangan yang ditawarkan ketika pintu tempat penyewaan DVD itu dibuka, berasa nyaman aja. Gue tau film indie “Burung- burung Kertas” dan “The Lovers” juga dari situ. Inget aja kalo weekend datang, gue pasti sempetin untuk nyewa beberapa keping DVD. Dan keseringan, gue nyewa DVD-nya adalah film yang sama, freaky sih, seperi “No Reservations”. Aaaaakh jangan pindah, tetaplah disitu pelipur laraku.

*Backsound
“ I’ll be three for you, when the rain starts to pour
I’ll be there for you, like I’ve been there before”

Deal with Deadline

Duh gak usah ditanya deh kemaren gue ngapain. Lah ngapain cerita Kak kalo gitu? Hehe oh iya ya. Hmm…mulai dari mana yah ceritanya. Begini, soal tugas gue yang bertumpuk- tumpuk berlipat- lipat ganda mungkin (emang) bukan soal baru lagi. Tapi ini parah, semester 7 membunuh gue pelan- pelan. Yup, basa- basi mulu, emang ini tipikal orang Indonesia, indirectness…Haha mentang- mentang penelitian gue tentang itu langsung disebut.
Jadi ceritanya, gue tuh kemaren hampir gila gara- gara tugas. Biasa disaat band- band mengadakan End Year Tour, Mall- mall menawarkan End Year Sale, gue? END YEAR TASK!!! Sialan! Sekitar 4 tahun belakangan ini emang gue gak pernah merasakan libur akhir tahun, yang ada hectic dimana- mana. Penelitian lah, pengembangan materi lah dari buku- buku anak teknik mesin berbahasa inggris (sori kepotong, tadi abis balikin buku- buku mahapusing itu ke yang punya). Huh mana gue ngerti istilah kayak valve plate, gauge, flaring pipe, automatic pressure, under pressure, gue under pressure mah. Mana penelitian gue masih mentah lagi, bingung antara collectivism dan indirectness suatu budaya yang ujung- ujungnya nyambung ke pragmatic, mana gue ngerti tentang implicature, explicature, yang gue tau cuma ngelantur *backsound: “semakin melantur…hidup bagai ballerina” Bete banget karena gue gak dapet mata kuliah itu, kenapa cuma jurusan linguistik aja yang dikasih, jurusan pendidikan mah ngulik- ngulik silabus sama lesson plan aja terus sampe jadi ager. Dan gue cuma dikasih waktu kurang lebih seminggu buat nyelesain itu semua. January 3 would be worst day. War will be begun! Akh Deadline, line for dead.
Dan dengan sebegitu hebohnya tugas- tugas gue, berani- beraninya gue menerima tawaran proyek dari dosen untuk membuat modul buat guru- guru SD yang 1 orangnya kebagian 60 halaman berikut glossary, answer key, test formative dan lainnya. Lebih parahnya lagi, deadline-nya gak jauh beda dari deadline pengumpulan tugas gue. Lebih awal malah. Tuhan! Banyak pertimbangan untuk semua ini. Awalnya gue gak sanggup. Lo tau? Otak sama badan gue gak sinkron waktu itu, bener- bener kacau parah. Banyak yang bilang gue bengong dan tak berkonsentrasi, apa ini saatnya gue untuk minum Mizone? Selain emang kebiasaan gue yang bengong berkepanjangan, yang ini beda, salah satu temen gue bilang, “Cui, ih kuatir kamu bisi sakit lagi. Jangan sampe masuk rumah sakit lagi atuh.” Gue gak sanggup, gue gak bisa, pikir gue waktu itu. Akhirnya gue ke ketua regu (gak keren amat istilahnya, leader deh, frontman..frontman) proyek kita, menyatakan gue gak sanggup. Setelah dapet beberapa kata- kata yang menohok hati, menyaruk jiwa, ternyata itu memberi gue banyak pelajaran, gue mikir lagi, ternyata emang bener semua kata- kata itu. Gue pun mempertimbangkan dan membawa “horcrux” itu kembali pulang ke kostan. Di kostan gue mencurahkan unek- unek gue ke Agung, ternyata jawabannya jauh banget dari apa yang gue kira sebelumnya. Dia bilang begini kira- kira, yaudah ngapain mundur lagi kalo udah maju. Yup, entah kata- kata itu mengandung apa yang jelas, seperti Mizone memberi semangat lagi. Tak lupa, ayam rica- rica yang dibawanya begitu maknyoss, dan gue sadar belom makan dari siang.

Besoknya gue langsung menyusun skala prioritas dan schedule mengerjakan tugas dan proyek. Huh, Ternyata perfectly done! Gue masih sempet tuh nyuci dan nyetrika di sela- sela itu. Eits jangan senang hati dulu, pas malemnya gue mengerjakan modul itu kembali setelah dapet bantuan dari Nury, gue stuck sampe 2 halaman. Karena itu susahnya luar biasa, tidak seperti modul- modul yang pernah gue buat sebelumya. Karena kegelisahan menghantui gue, sementara gue ngatuk berat. Alhasan, dibawalah dia sampe gue tidur. Sing sum sing dem (sing sumpah, sing demi) gue baru kali itu mau tidur gemeter, dan bangun tidur dengan basah kuyup keringetan total. Parah saking takut gak bisa nyeleseinnya. Baru 2 halaman di hari sabtu sementara besok jam 2 siang tepat harus segera di-email-kan sebanyak 20 halaman. Mati suri gue bisa- bisa! Dengan gegap gempita, semangat menggebu- gebu, keringet dingin, napas tidak terkontrol dan dahak bercampur darah…oh salah itu gejala TBC, gue begitu bangun pagi jam 4, langsung menghadap laptop dan Alhamdulillahirobbil alamin, siang udah sampe 11 halaman dan magrib menjelang udah komplit 20 halaman dan besok udah siap buat dikirim. Yiha! Lanjut ke bagian selanjutnya. Dan gue mengubah seluruh schedule yang udah gue pampang di Styrofoam, kalo gue memutuskan untuk fokus dulu ke modul baru tugas gue. Hari demi hari gue lewati begitu monoton, subuh sampe malem bahkan dini hari gue manteng di depan leptop lepas- lepas pas sholat dan mandi doank. Makan pun tetep menghadep ke leptop. Baru kali itu gue makan dengan perasaan was- was, tangan kanan menyuapi makanan ke mulut, sementara yang kiri membuka- buka lembaran demi lembaran buku atau mengeser- geser mouse. Dan ketika itu pula gue ngerasa waktu benar- benar sangat berharga, sedetikpun gak mau terlewat. Sehari 24 jam begitu sangat kurang bagi gue. Satu hari sebelum deadline gue udah kelar! Tersadar kalo besoknya adalah malem tahun baru.

Oiya Kak, tahun baru kemana kak?

Gak usah ditanya masalah tahun baru, tahun ini sangat jauh dengan apa yang ada di bayangan gue. Gue sempet bersumpah dalem hati (Hmm bahasanya) kalo tahun ini gue ogah banget tahun baru di Bandung. “Pokonya gue harus pulang! Harus!” Itu semua gagal total! Jauh berbeda. Jam 9 malam gue udah tidur dan di sela- sela mimpi gue terdengar ledakan yang bertubi- tubi, memecah alam sadar, “mungkin ini udah jam 12” benak gue berkata. “Selamat tahun baru”, gue bergumam kepada diri- sendiri tak terdengar jelas terhalang selimut tebal, dan kembali terlelap tidur. Menatap kembang api bersama keluarga atau teman, sekedar meniup terompet favorit adik gue atau hanya ditemani kopi dan film pasaran cuma impian semata. Itu semua sirna seperti kilatan kembang api yang dari bawah sangat cepat melesat, meledak, dan pas diatas kembali padam. Although, it’s not my occasion but I wanna have it with my family. Noone. None. Nope. No. Tahun ini gue gak menaruh resolusi apa- apa, tidak seperti tahun sebelumnya yang sarat akan resolusi ini itu. Gue hanya berharap, Ya Allah, aku tak berharap sesuatu yang wah kali ini, apapun yang Kau kasih aku terima dan aku akan menjalaninya sesuai dengan kemampuanku. Itu saja. Insya allah, amin.

Satu yang gue sesalin tahun baru ini, postingan gue hanya berenti sampe angka 77, jauh dari postingan tahun sebelumnya.

Besoknya, sama saja sepeti 2010. Gue kembali berduaan dengan leptop, menatap layarnya, menggelitik keyboard-nya, mengelus- elus mouse-nya. Balik ke realita, bekerja! Akhirnya proyek selesai juga, tinggal mengerjakan tugas- tugas gue. Saking stressnya, gue sampe muntah, ini beneran muntah literally, secara harfiah. Gue takut banget masuk rumah sakit lagi. Kali ini bener parah. Itu kamar porak- poranda kaya abis dihajar masa. Berantakan naujubilah! Gue gak peduli, yang gue peduliin kepala gue yang udah mau copot sebelah, takut kayak Hudson, sebelah- sebelah. Setelah minum obat, besoknya keringet dingin bercucuran, Alhamdulillah much better from yesterday.

Setelah perjuangan gue melawan tugas nyaris selesai, eh ada aja yang ngeganjel. Tugas tambahan mendadak! Bete banget! Hectic lah dibuatnya. Setelah berlarian mengejar waktu persis seperti reality show ‘Uang Kaget’ kita akhirnya bisa mengumpukan tugas akhir dadakan itu. Sambel sih enak dadakan, nah ini tugas, boro- boro! Alhamdulillah semuanya udah kelar. Jangan sampe ada tugas dadakan lagi ya Allah. Gue yakin, apa yang gue lakukan gak ada yang sia- sia, semua pasti terbayar kelak. Amin.

NB: Mungkin terdengar lebay, tapi itu gue tulis apa adanya.