Sunday 24 October 2010

RANDOM

Sudah cukup hari ini membuat gue capek tenaga, pikiran, dan hati.

At The Seashore

‘Simpan saja’ dari Ecoutez sedang mengalun merdu di telinga gue yang sebelah kanan. Yah tau sendiri di postingan sebelumnya gue telah menyebutkan kerusakan fatal headset yang sebelah kiri. Gue sebenernya lagi ngerjain tugas mingguan gue ini, summary, summary, and summary. Dan stagnant!Akh sarirapet! Entah kenapa malam ini gue lagi pengen yang menyeng- menyeng, yang mendayu- dayu bencong gimana gitu. Setelah gue sadar, ini malam minggu. Apa karena itu? tidak ada korelasinya gue rasa antara lagu cinta dan malam minggu. Lagu cinta bisa kita nikmati kapan saja, ya toh?
Yup, kembali ke ‘simpan saja’. Ketika petikan gitar apik sebagai intro lagunya menggelitik, seketika itu pula bayangan akan kenangan gue dan teman- teman SMA pun terbayang seperti lembaran putih besar sekali, diisi oleh kalon- lakon andal sesuai dengan karakter yang alami. Scene ketika kita berlibur bersama di sebuah villa ‘unik’ di Anyer pun dimulai. Ketika itu kita sangat gembira jungkir balik karena liburan kenaikan kelas sudah di depan mata dan rencana untuk berlibur pun akan segera terlaksana. Tidak ikut semua memang, hanya setengah dari seluruh jumlah kelas. Entah kenapa mereka tidak tertarik untuk ikut. Gue yang emang pengen banget ngeliat proses matahari terbenam, sangat amat antusias mengikuti liburan ini. Itu impian gue. Melihat sunset sambil makan es krim. Masalah es krim wawlallahu alam gue juga gak ngerti kenapa es krim yang didaulat untuk mimpi gue waktu itu. Es kelapa muda lebih cocok gue rasa. Lebih kena konteksnya.
Kenatusiasan gue terlihat dari beberapa hari sebelum keberangkatan kita ke villa. Dari pas UAS pula, apalagi uas terakhir, roman- romannya itu udara laut dan bau pasir yang asin udah kecium sama gue. Ahh, pokokna mah gue sangat siap untuk ngobrak- ngabrik itu laut. Inget banget waktu itu juga ada perhelatan besar selain hajatan tetangga gue yang dua hari dua malem, yaitu Piala Dunia 2006. Dan sebagian besar pertandingan gue tonton, gak penting negara manapun. Gue tonton hampir semuanya. Apalagi inggris. Aduh, udah lah gue jadi parno kalo ngebahas kekalahan Inggris atas Portugal dengan adu penalti itu. Gak akan gue lupa, gue sampe nelfon temen gue dini hari pagi- pagi buta dan nangis kejer di kamar gara- gara inggris kalah. Dan malang sekali temen gue yang ngebela Portugal, abis gue caci maki dan akhirnya kita berantem, sempet diem- dieman juga. Mungkin karena itu pula, masuk angin gue berakumulasi gara- gara begadang nonton pidun. Dan parahnya berimbas pada liburan yang gue idam- idamkan itu. Sehari sebelum dan hari keberangkatan gue jatuh sakit. Ngedrop abis. Tapi tekad sudah bulad, gue gak akan pantang mundur pergi ke pantai. Sebelum berangkatnya pun, gue sempet muntah- muntah dulu. Tapi, gue bersikeras. Yeahhh!!!
Berangkatlah gue ke sekolah, loh kok ke sekolah kak? Iya karena tempat berkumpulnya disitu. Gue berangkat bersama seorang teman setia yang gelonya sama ama gue, Arien. Di jalan, gue was- was wes wos, gue mikir “Wah, ini mah gak bakal seru, guenya aja sakit!”. Liburan yang gue tunggu- tunggu ternyata buruk jadinya. Saat itu, gue bertanya- tanya, “Kenapa ya Allah, kenapa ini saat aku ingin liburan yang aku tunggu- tunggu. Kenapa Kau beri hamba-Mu ini sakit. Kenapa ya Allah, tolong Baim ya Allah!”. (Eh, waktu itu belom ada Baim yah). Setelah kumpul semua kita pun berangkat beserta seperangkat alat perang yang telah dipersiapkan.
Kita bawa sekarung jagung manis, dan 2 ekor ayam buat dibakar. Kirain gue, ayamnya udah dibumbuin dan udah siap buat dibakar dan yang jelas udah mati. Ternyata, ayamnya masih idup sodara- sodara. Dan anda tau, itu ayamnya ayam apa? Jago dan Betina! Gue bilang, “ngapain dibawa idup- idup? Dan kenapa juga ayam jago kan daginya alot!” Temen gue yang logat bicaranya emang mirip Julia Perez bilang, “Mereka kan pengen sehidup semati, cuy!” agak mendesah sih ngomongnya. Gue jawab, “Hih najis!”. Dan anda tau, kita juga ternyata lupa bawa piso (pisau).jeng..jeng..jeng.. Hey, terus itu gimana buat motong ayamnya!! Anak- anak lain juga pada kebingungan dan yang lebih bingung kita sudah berada di tengah- tengah jalan tol! Terus cara matiinya gimana? Dilindes? Atau digigit hiu dulu? Bingung. Sang ketua kelas yang bijaksana menenangkan, “Udah, udah tenang aja..ini mah urusan saya!”. Oh baguslah.
Setelah diskusi mengenai ayam sialan itu selesai, gue pun menikmati perjalanan di sore hari itu. Sepanjang jalan gue nyanyi terus sama Naning, lagu dari album No.1 Hits Prambors pun jadi andalan ngiringin perjalanan kita. Yang lain ngapain kak? Gue pengen ketawa kalo inget ini, cuma sebagian yang tidur, sisanya pada pengen muntah..haha..entah kenapa. Jadi yang petakilan nyanyi- nyanyi gak jelas sepanjang jalan cuma gue doank, naning juga ujung- ujungnya diem dan tidur. Sesampai di villa, kita agak kaget sih villanya gak sesuai dengan dengan apa yang ada di benak kita sebelumnya (baca: gak bagus- bagus amat). Temen gue yang tadi komentar tentang ayam, berujar bercanda, “jadi, ini villanya?”. Gue sih diem aja. Arien kegirangan liat ayunan, “Asyik, ada ayunan!”. Dijawab sama temen gue yang tadi, “Eh, itu kan tempatnya KTLK..!” Gue menanggapi, “Huss jangan ngomong sembarangan!”. Pas turun dari mobil, temen- temen gue pada nyari tempat buat mencurahkan maboknya itu. Dan seketika itu pula, gue sadar hey gue udah sembuh, sama sekali gak merasakan sakit yang tadi gue rasakan sebelum bernagkat ke sini. Emang pengobatan lewat emosional itu lebih mujarab daripada lewat obat- obat fisik.
Gue langsung naro barang- barang berganti baju dan pergi ke pesisir pantai. Arien pun menyusul gue. Ternyata Yayan dan Diky udah berada di sana mendahului kita. Yang lain kemana kak? Akh gak tau gue. Yang jelas masih pada mabok perjalanan dan beres- beres mungkin. Yang penting gue mau liat sunset! Gak mau tau!!! Waktu itu sunsetnya masih tinggi dan kita pun balik ke villa. Ternyata, temen- temen gue lagi pada makan. Sialan! Woy, bagian gue mana? Gue dan Arien Cuma dapet sisa- sisa. Nasip..nasip. Setelah selesai makan, anak- anak pun ngajakin ke pesisir lagi. Yup, inti dari berlibur itu adalah melihat sunset bersama. Ternyat lah belum mengizinkan. Seketika mendung, dan sunsetnya pun tertutup awan dan kabut. Sekali- kali terlihat hanya berwarna pink. Tragis. Sedih banget gue. Tapi, gak apa- apa lah mungkin di lain kesempatan. Kebengongan gue pun tersadarkan oleh cipratan air laut dari temen gue yang tidak sopan itu. hey, you!!!
Malamnya kita isi dengan makan ayam bakar, bakar jagung, nonton piala dunia,dan maen truth or dare. Lah kok bisa? Itu gimana matinya kak? Ketua kelas kita emang ajip. Dia minta tolong ke penjaga villa yang kita tempati untuk mengolah ayam tersebut. Kita mah tinggal tau makan aja..haha..Dan gak seberuntung itu juga. Ternyata ayamnya alot sodara- sodara, benar kana pa kata gue. Ra po po…itu bukan masalah besar. Disana juga tersedia kolam air panas dan beberapa balkon untuk santai. Kita udah gak tertarik untuk menonton piala dunia, selain karena cuma ada tiga channel, juga cuma ada tiga warna di tv itu. Sangat sulit untuk membedakan mana Tim Itali mana yang Australia. Cuma terlihat orang- orang mini berlarian berwarna hijau, merah, dan hitam. Kita memilih menikmati jagung bakar air garam sambil mencelupkan kaki kita di kolam air panas yang maknyoss itu. Haah..nikmatnya. Kenapa air garam? Selain gak bawa piso, kita juga lupa buat bawa margarine buat bakar jagung. Sangat random! Temen gue yang jangkung, Diky pun berinisiatif untuk mencapur garam dengan air dan membubuhkan campuran tersebut di seluruh tubuh jangung dengan alat daun jagung itu sendiri. Ck..ck..ck..jenius. Gue rasa dia pantas mendapat penghargaan Nobel untuk ide yang menakjubkan ini. Keceriaan kita juga dilengkapi dengan adegan dua temen kita yang kecebur ke kolam itu. Salah satu dari mereka gak bawa celana ganti. Alhasil, sarunglah dia pake. Bodohnya, pas mau duduk, dia singkap sarung itu. Dengan tidak berdosa, gue dan Arien menyaksikan kepornografian temen gue yang dihasilkan oleh dirinya sendiri itu. Pantat putih mulus pun tak terlekkan terpampang di depan kita walaupun cuma beberapa detik. Mudah- mudahan kita tidak berdosa, kita tidak sengaja. Oia temen kita yang kecebur itu 22nya cowok.
Setelah kenyang, Yayan (The front man: sok..sokan ketua penyelenggara) meminta kita untuk berkumpul di balkon tengah buat ngobrol- ngobrol dan bermain permainan seru. Naning mengusulkan untuk bermain Truth or Dare yang diinspirasikan dari novel Phillo Phobia. Intinya, pilih jujur (Truth) atau tantangan (Dare). Kebanyakan dari kita pilih truth karena mereka sangat takut untuk ditantang ini itu. Resikonya truth yah itu, lo harus sejujur- jujurnya bilang apapun pertanyaan yang dikasih oleh temen lo. Ternyata, ada yang ngaku kalo salah satu dari temen gue, suka sama si Diky…hahahah…ngakak gue. Gitar pun diputar, kita menunggu, kepada siapa dia berhenti. Setelah beberapa temen gue kena yang ngaku suka sama si ini lah, atau pernah begini lah. Akhirnya gue kena juga. My Gosh!!! Gue bersikeras gak mau jawab pertanyaan itu, tidak!!! “Kenapa lo nanya itu?” Gue berujar ke si pelempar pertanyaan. Setelah didesak secara paksa, gue jawab juga itu pertanyaan. Aduh ketahuan deh!
Kita gak mau melewati malam itu dengan tidur saja. Kita berkumpul di kamar yang buat cowok. Ada tiga kamar. Buat cowok 1, dan cewek 2. Playstation jadi pilihan kita waktu itu. Ada dua temen gue yang luntang- lantung nyari makanan mulu. Haduuuhh…Sebelum ketiduran disitu, kita langsung pindah ke kamar masing- masing. Entah jam berapa, Arien ngigo. Dan ngigonya aneh. Dia cerita kalo dia ngigo didatengin Nyi Roro Kidul. Hmmm gue cuma bisa manggut- manggut.
Besok pagi pukul 5 dini hari kita udah pada sarapan pop mie. Sumpah entah kenapa rasa lapar sangat kuat di sana. Bukan cuma gue yang ngerasain, semuanya juga merasa seperti itu. Hari mulai terang, kita pergi ke pesisir pantai sambil membawa bola. Dan udara pantai di pagi hari itu sangan sejuk….ditambah ada pemandangan kapal yang baru pulang, entah dari mana dan awan jingga diterpa sinar mentari pagi. Sangat indah. Subhanallah. Ingin rasanya gue nyebur dan berenang.
Pulang dari pantai, gue berendam di kolam air panas dan mandi. Gak kerasa hari udah mulai siang dan mobil yang kemaren mengantar kita belum ada tanda- tanda akan datang. Dan gue mengantuk. Tertidur lelap dan terbangun oleh tragedi temen gue yang kecipratan minyak panas pas lagi goreng cireng. Aduh kenapa lagi ini. Karena gue dan yang lain laper dan kehabisan makanan, begitu melihat sekotak wafer coklat langsung diambil dan disantap beramai- ramai. Abisan, gue teriak- teriak ini punya siapa gak ada yang jawab. Didukung dengan ujaran diky, “udah makan aja!”. Ternyata si empunya wafer itu marah- marah. Sorry..sorry…sorry bray.
Karena terinsiprasi film yang menanyangkan kalo air laut itu berkhasiat, maka luka bakar temen gue yang gak parah- parah amat itu dibawa ke laut dan sedikit demi sedikit air laut dibasuhkannya ke luka dimana itu berada. Mau tau kondisi laut pada hari itu di siang hari? Wowwww…..lagi- lagi Maha Suci Allah gue lontarkan…cuma ada biru membentang sejauh mata memandang. Bersih dan jernih! Hasrat gue pengen nyebur pun membabi buta, akhirnya cuma kaki gue doank yang nyebur. Setelah bermain mencari kerang dan hewan laut lainnya, tidak terasa senja pun datang menjelang dan mobil pun teleh menjemput . Enggan buat gue untuk meninggalkan tempat ini. Enggan bagi gue untuk meninggalkan pantai, matahari terbenam, ombak, dan angin laut yang selalu memberikan kesejukan. Enggan buat gue untuk mengakhiri kebersamaan yang tak mungkin terulang sama persis seperti ini. Deru roda mobil membawa kita pulang ke rumah masing- masing. Ini merupakan liburan yang terbaik selama hidup gue, entah apa ada yang terbaik dari ini? Semoga ini bukan yang terakhir. Alunan lagu “Tenderly” (lupa penyanyinya siapa) pun menemani perjalanan pulang kita.


"Beautiful Sunday, tell me why somebody makes six other days.
Beautiful Sunday, now I understand why the people pray
I want to lay down the grass, to watch the sunrise to the max
And gaze the nature and birds, to feel true power of earth
Beautiful Sunday, please keep lazy to the next day
Beautiful Sunday, shinny or not, you’re still my sunny day.
I want to be the stroller on the beach
And lose the power of speech
And listen to the ocean sound
That makes me forget those from town"

One of our favorite songs in no.1 HITS Prambors.

Wednesday 20 October 2010

Raindrop Prelude

A bit chuckle in my mouth, long across to the throat and ends in my tummy. It was on September (if I’m not mistaken) when I just reached my second year in Senior High School for about 2 months. It is not very special thing but strong enough to stick in my mind. Cloudy and cloudy, the cloud above my school was not blue like 30 minutes ago. Somebody, a friend of him, called me up to meet somebody (confused, huh?). I didn’t want! I’d rather go home than meeting him wherever it was, I forget. He, moreover, was afraid and so shrinking too. I never know why.
I was thinking about something flying roughly in my mind. Anxiety, it was! I knew what he aimed to. I knew! It had been guessed while, I couldn’t believe what he has done and felt. He fell in love with me. We had some fight when in the first year. Yes, we were in the same class, indeed. That was the reason why I kept staying away from him.
Still, cloudy…cloudy. I looked out the window of vehicle I was on. Getting off and ran to home, entered my room. Forgetting to take off my uniform, I stared at the window started to get fogged up. Beep…beep….the ringtone of my mobile phone keep ringing loudly. It signed ‘calling…081808…’ once, twice, three times, 10 times. The word ‘Hallo’ from me is the first stage of our conversation. Nervously, he asked me to be..hmm…somewhat people call ‘girl friend’ maybe. I could answer directly. It required more consideration, I said that to him. I thought that it was not him. Realizing something, the sound is owned by his friend. My Gosh! I was no longer involved in the conversation. Upset! He was too shy to say that. Awkward!
The door was moving inside without knocking. My sister caught me in the sea of anxiety. Seemed that she was able to read what was on my mind, no questions delivered. Just smiling in the silence. Sat beside me. Cloudy became darker and darker…one two three, some drops began to fall. Leaves of avocado trees were waving smoothly. We both were amazed at that natural activities. A Raindrop Prelude was flown, touched our ear, and danced in my room. Then, the rhythm and melody began to fill the air in that blessing room. Until it was raining cats and dogs. No regret in me.

Tuesday 19 October 2010

Zero Desired to Sleep.

Listening to the radio, while doing this ‘Exploring Drama’ task, it feels like I’m dragged to several years ago when energetic and cheerfulness were flown along my blood of puberty. Never get bored when the memories come to my messy mind. It always plays interestingly, much far from the word ‘bad’. If I remember that, some characters on the big screen are playing professionally based on the scenario of my memories script at that time. That’s true that radio was my second best friend while the first was loneliness. I don’t know what comes to my mind now.
I want to talk, but I found none here. It might be normally occur when we need somebody in our conversation, no matter if it’s physically exist in front of us or just flying in cyberspace. It happens again after years hide on wherever it does. I just need one or more partner(s) involved in this conversation. Where are they? (I keep on asking to whoever they are or it is). No answer comes.
I hate this. Why people don’t reply my message? You know, how many amount of happiness come when my mobile phone beeps and signs ‘1 message received’ on these last days. I really need somebody to talk no matter he or she provides the ears genuinely to hear my, somewhat called, sadness.
I trigger to have a very long and long conversation until midnight divides the time then the dawn breaks among I, my mother, and my sister. I love you so! So sure!
Friends? Where are you? I really need you by my side indeed.
Is this not enough? I don’t have much money just to buy very tempting full of thick chocolate ice cream! I don’t have much time to hang out in weekdays. Those are spent with my students! BLAH! I think, it doesn’t mean that I cannot have you here!
I want lean your back, put my head on your shoulders, and we are drown in the sea of stories……..

"...is it too much to ask for?"

Monday 18 October 2010

Mengeluh vs Bersyukur

HAH! Alhamdulillah akhirnya tugas gue kelar juga buat besok!!!Beri sembah sujud kepada Ratu laut Arafuru hussss...kebiasaan!Astagfirullah, Give thanks to Allah. AAAAAAAAAAAAAAAAA...izinkan gue untuk teriak sekenceng- kencengnya! ini bener- bener puncak dari akumulasi (ai akumulasi teh puncak nyak heu)kejenuhan dan kepenatan yang berkepanjangan ini!!! Hari libur gue bener- bener dirampas sama tugas!!Sagon bakar!!!AAAAAAAAARRRGGGHHHHHH *teriakan HULK
Sorry.sorry ketunda bentar tadi ngecek mentioning gue di twitter, gak taunya dari sang chef Barra Pattiradjawane. Padahal kagak niat. Gue komen ke dia soal resep yang di gula- gula lama- lama kok western terus makannya, susah- susah pula bahan- bahannya daun ini, daun itu, putik bungan ini, minyak ini, minyak itu, lama- lama minyak tawon gue masukin.
Ok, gue terlalu ngelantur.
Gue sebenrnya letih banget, capek banget secapek- capeknya. Tugas semakin menggerliya. Sama sekali gak ada waktu buat sekedar ngopi n nonton serial komedi F.R.I.E.N.D.S. sama sekali gak ada. kalo ada hari mengeluh, gue pengen banget mengeluh, sebisa- bisanya gue mengeluh karena selama ini gue mencoba menghindar dari perbuatan itu.
Pagi gue kuliah, udah itu gue ngajar, pulang ngajar boro- boro mau ngerjain tugas, udah remuk badan yah selain karena emang sengaja ditabrak sama murid gue yang obesitas, juga emang capek banget, asli! Teaching, particulary young learners, is prettily much far from the word 'easy'! Pengen banget gue curhat, tapi temen- temen gue juga lagi pada ada masalah, mungkin lebih berat dari gue. Apa ini yang namanya transisi ke masa dewasa? harus membiasakan dengan kesibukan- kesibukan macam ini? itu baru dua kegiatan, belom nyuci, nyetrika, ngepel, beres- beres kostan, nonton dvd, ngeblog, masak, jalan- jalan bareng temen- temen, nonton konser musik,jogging, senam, berenang, bikin pudding, gunting kuku, potong poni, main barbie, pacaran, Oops yang terakhir itu enggak.
Pengen banget curhat ke kakak gue tapi ya dia sibuk, ke adek gue pasti gak nyambung dia masih ababil mana ngerti tentang pahit getirnya kehidupan, tersaruk- saruk di roda menggilas tertatih- tatih (emang dasarnya gue kesandung), berjalan di atas trotoar di bawah flyover jalan protokol di malam hari, udah berasa kayak anak ilang, bawa ransel pula..untung gak pernah ada yang nanya "mamanya kemana dek?". Belom lagi ketemu orang gila yang sering mangkal di angkot ST.Hall- Lembang atau Ciroyom- Lembang. Amit- amit gue udah 3x seangkot ama tu orang gila!!!hiyy!!Begini ya hidup tuh, cuma ngejar duit beberapa ratus ribu aja sampe hampir tipes gua.
Dampaknya sangat berbeda sekali memang, sekarang tuh jadi lebih ngehargain waktu. ada waktu sedikit aja, rasanya seneeeeng banget. walaupun itu cuma buat nonton Spongebob sambil tiduran rasanya nikmat banget. Hal yang bikin gue berhenti (baca: mengurangi) mengeluh adalah dengan melihat sekitar kita. Kalo lihat tukang baso chuanki atau sekoteng, secara sadar atau tidak dalem hati gue "Ya, Allah gini ya orang mah mau nyari sesuap nasi aja kudu mikul- mikul kompor sama panci, dorong- dorong gerobak malem- malem, kepanasan, kehujanan, belum tentu dia dapet pembeli padahal anak istrinya nunggu di rumah berharap bapaknya bawa sesuatu buat makan hari ini." Suka ngelus dada gue (gak dipraktekin sih).
Ya itu dia, bersyukurlah kayak lagunya de masip..

Dengan bersyukur, Allah akan melipatgandakan rezekimu.
Dengan bersyukur hatimu menjadi lebih damai.
Dengan bersyukur, kita bisa mengubah bencana menjadi suatu anugerah.

Good night and Good morning, universe!

Thursday 14 October 2010

Sedia Kala yang Masih Istimewa

Entah apa yang ada dalam benak gue tiba- tiba memindahkan lagu Hyper Ballad-nya Mocca terjun bebas ke lagu religinya Gigi- Raihlah Kemenangan. Terasa sangat jomplang memang. Perasaan gue mengatakan: Kangen. Gue baru abis mandi, mengucek- ngucek rambut yang masih basah dan rontok sambil buka halaman demi halaman buku Classroom Discourse Analysis , mencoba untuk mengerti Exchange, Move, Event, Dk1, K2, Kf1, kf2, KFC…oh yang terakhir itu gak termasuk. Tiba- tiba hening…krik…krik….sengaja gue gak menyalakan tv butut 14 “ itu dan mendengarkan musik dengan dalih biar lebih masuk materi yang ada di buku itu ternyata tidak juga.
Keheningan ini pun berlanjut menit demi menit. Mata gue tertuju pada layar ponsel gue dan gak ada tanda- tanda sms mau dateng. “Pengen sms ahh..” kata hati gue…”tapi sms siapa yah?” kata dia yang kedua kali. Sayangnya, muka kakak gue yang terbayang besar sekali di kepala gue. Sekarang gue tau, gue kangen sama kakak gue. Gue kangen sama kakak gue yang dulu, yang masih lajang (ais..bahasa gue kenapa lagi). Ya, yang dulu yang masih belum berkeluarga.
Dulu, ketika gue sangat stuck dan tidak tau mau apa, gue langsung sms dia dan kita larut dalam kata- kata yang penuh ejekan, nasihat, atau hanya membicarakan tetangga sebelah. Konyol memang tapi seru! Setelah itu gue lupa dengan masalah gue dan kembali tersenyum. Dulu juga sering banget yang namanya sesi curhat- curhatan sebelum tidur, biasanya kita tebak- tebakan yang gak ada jawabannya sama sekali. Kalo gak tebang lagu yang petunjuknya Cuma dari suara dehaman. Mana bisa? Kita bisa dan kebanyakan lagunya itu lagu korea.FYI, kakak gue Korea Freak!
Kita gue masih berada di semester 1 dan 2, dia sering telfon gue cuma bilang, “Heh, lagi ngapain lo?” atau “nanti kalo balik beliin J.CO ya!”. Dan sayangnya ketika telfon ada aja gangguan, gue mau pergi maen tennis lah, gue lagi jalan atau apapun itu. Sekarang, intentistas menelpon pun hampir tidak pernah, malah gue yang minta untuk ditelfon. Kenapa gak gue yang nelfon? Gue adalah manusia kost-an yang konyol kalo menghabiskan duit buat pulsa aja, buat fotokopi mana? Buat buku? Buat makan? Buat modem? *berpikir keras sampe botak..Hmmm!!! Kembali ke topik. Iya, malah gue yang minta telfon dan menunggu sampai larut malam, menunggu, menunggu sampai tertidur…keesokan paginya berharap ada tulisan ‘1 missed call’ (kayak pilem setan yah?) di layar ponsel, ternyata tidak.
Sms pun hanya beberapa yang dibalas. Kalo kyak di iklan mah dari 10 sms hanya 5 wanita yang memilih bukan..bukan…dari 10 sms paling Cuma 3 yang dibales. Gue tahu kakak gue sekarang udah supersibuk ngurusin kerjaan, suami, dan anaknya. Gue tahu! Gue tahu tapi gue gak paham. Seharusnya disini gue yang mencoba memahami akan hal itu. Tapi, apa salah kalo kita butuh perhatian kayak dulu. Oke, hidup itu dinamis bukan statis, apa yang seperti ini juga terseret dalam roda pergerakan zaman yang mengakibatkan kerenggangan hubungan kita berdua? Jeng..jeng…jeng….*tiba- tiba keingetan pincingan mata Ratu Antagonis, Lely Sagita.

Kembalikan keakraban kita.
Kembalikan seperti sedia kala yang masih istimewa.

Backsound:” All I want is for everything is the right place, so everyone is happy, is that too much to ask for?” Dear Diary- Mocca.


P.S: Biasanya kalo kangen rumah dan orang- orang yang ada di dalamnnya, gue langsung keingetan dan puter lagu religi dengan alasan hari dimana keluarga semuanya kumpul itu kan bulan puasa dan lebaran. Nah, di hari itu lagu religi mengudara membabi buta. Gue juga penggemar lagu religi, tertentu sih seperti Bimbo. Sayangnya lagu- lagu religi sekarang tidak seindah dulu karena faktor utamanya adalah komersialitas.

Saturday 2 October 2010

2 Oktober, 21 Tahun yang Lalu

Padahal waktu udah menunjukkan pukul 10.00 a.m di ujung kanan atas notebook ini. Itu menandakan gue harus segera mencuci handuk dan bathrobe, lalu mandi dan bergegas ke perpustakaan kampus (pastinya pake baju dulu) karena mau ada kumpulan KKN untuk membicarakan perihal kunjungan ke Pangalengan kembali, ke tempat kost kita 2 atu 3 bulan yang lalu, ke tempat dimana hanya ada kebun teh hijau sejauh mata memandang, (yang jelas) dimana tidak ada tugas- tugas kuliah dan kerjaan di tempat kursus.
Sabtu ini persis sama dengan dengan sabtu minggu lalu; memulai hari dengan bertatap- tatapan dengan monitor laptop, memijat- mijat keyboard-nya, dan menggelitik mouse yang goyang kesana kemari, maju mundur, naik turun (terkesan centil ya gue..haha). Juga, lagu- lagu indie masih membisik lewat headset yang berfungsi hanya di satu sisi: rusak! Hanya, sabtu ini Transmutasi-nya Homogenic yang lagi di kuping gue dan gue bangun lebih siang, di pagi hari bukan dini hari. Mungkin kalo melihat judulnya, sabtu ini beda karena pada hari ini, 2 oktober, 21 tahun yang lalu gue lahir. Yap, ulang tahun. Hari ini gue ulang tahun!
Kalo melihat angka, jelas itu menunjukkan 2 digit, angka 2 dan 1. Bisa dibilang udah puluhan tahun gue hidup di dunia ini. Singkatnya, gue semakin tua! Terlihat berbeda jelas, ulang tahun gue tahun ini dengan tahun lalu. Banyak sekali perbedaan. Yang terlihat paling jelas, yaitu sekarang gue udah kerja sambil kuliah, gue berada di kostan yang berbeda, dan terkesan sepi untuk tahun ini. Meski begitu, masih banyak persamaannya, yaitu masih banyak ucapan dan doa yang terucap dari temen- temen gue, walaupun jika melihat kuantitas, tidak sebanyak tahun lalu (lewat ponsel). Tidak apa- apa. Justru, doa- doa itu yang gue harapkan. Itu menandakan masih banyak yang inget gue, masih banyak doa yang terpanjat untuk gue, yang jelas masih ada harapan untuk lebih baik di tahun selanjutnya, apabila gue masih diberi umur (Amiin).
Bukannya gue sok kritis atau gimana tapi ini berdasarkan pengamatan amatir gue. Namanya juga di era globalisasi, orang- orang lebih memilih cara yang praktis dalam melakukan sesuatu dengan lantaran efektif dan efisien, bukan karena itu juga sih sebenarnya. Tapi, itu yang gue rasain. Kuantitas ucapan ulang tahun gue lebih banyak di facebook daripada di sms. Gue gak menyalahkan atau menganggap tidak penting ucapan di jejaring sosial tersebut, hanya menurut gue diantara mereka memiliki nilai yang berbeda. ucapan melalui sms sifatnya lebih private, hanya si pengirim dan penerima sms yang tahu, kecuali ada orang lain yang melihat juga. Beda dengan facebook, apapun yang tertulis disitu terlihat oleh semua orang yang juga mengucapkan ucapan. Memang, facebook memiliki fungsi yang luar biasa selain menghubungkan pertalian yang sudah lama tidak terjalin, juga ya itu salah satunya pengingat ulang tahun atau event- event tertentu. Mungkin, sebenarnya dia tidak ingat, tetapi dia diingatkan oleh facebook tadi. Berbeda dengan ketika facebook belum tenar, orang- orang memang benar- benar ingat akan hal itu makanya dia mengucapkan. Ini cuma stereotype, jangan terlalu dianggap serius.
Ulasan gue diatas, bukan cuma opini pribadi, tapi salah satu temen gue juga merasakan hal yang sama. Begini….Kita samarkan namanya menjadi TG (Temen Gue), gak ketahuan kan?

TG: “Sial, adek gue gak sopan banget ngucapin ‘Happy Birthday’ di facebook coba, padahal kamar gue sebelah- sebelahan! Akh Ketek!

Nah itu dia, esensi-nya sudah beda. Nilai sudah bergeser. Alam semakin marah. Bumi gonjang ganjing, gunung merapi meletus!Huss mulai ngaco! Padahal itu pertalian sedarah, Kakak dan Adik, mungkin tidak sampai belasan meter untuk melontarkan ucap, peluk, dan cium ke kakaknya itu. Berbeda halnya dengan yang dipisahkan oleh jarak dan waktu. Semua itu relatif, tidak ada yang benar ataupun salah. Kayaknya gue keasyikan nulis nih, terus kenapa gue masih di sini, ayok cepat mandi! Kita lihat ada apa hari ini.