Saturday 13 November 2010

Kotak

Ternyata ini malam minggu, setelah diterka dan diingat- ingat. Sama saja. Tidak ada beda dengan malam- malam lainnya yang dihabiskan dengan menyelami beberapa lembaran yang bertabur aksara- aksara dahsyat yang mampu membuka jeruji terkunci, mengungkap tabir misteri, dan mendobrak paradigma dunia. Walaupun rasa mual dan mulas muncul di awal ketika Sub-cycle 1, Sub-Cycle 2, no response (ro), irrelevant (Irr), rephrase (Rph) dan beberapa istilah bahasa asing lainnya dalam buku mahapintar ini. Nanti juga kau akan mengerti dan memahami betapa bergunanya buku ini. Kelak.

Beberapa status yang berceceran di staus jejaring sosial di sana yang bertemakan ‘maming’. Tak pernah mengerti mengapa orang- orang berpatok pada istilah itu ketika senja di sabtu mulai redup. Matahari membenamkan diri, memberi giliran kepada rembulan untuk memantulkan sinar terang sang gemintang. Beberapa pasang manusia berjejal di jalan- jalan, baik yang bertumpu pada kakinya sendiri ataupun yang terlindungi katak besi bahkan lebih banyak yang menduduki bebek bermesin, menuju entah kemana. Mungkin ke tempat yang dapat memanjakan lidah, perut, dan mata mereka. Atau hanya mencari hawa segar setelah hanya berkompetisi dengan paru- paru di beberapa tubuh lainnya menghirup angin dari mesin pendingin di ruangan yang telah dikotak- kotakan. Memang benar adanya, tidak terpungkiri manusia juga butuh bermanja- manja dengan dirinya sendiri ataupun orang lain.

Berbeda dengan apa yang diilakukannya sekarang, kaku terpaku kepada layar 12 inch dan menggelitik huruf- huruf yang secara alpabetis tidak berjajar dan terkurung di kotak bertembok berukurang kurang lebih 3x3 meter. Sumpek, apek, karena hanya itu udara yang dia hirup dan keluarkan lagi, hirup keluarkan lagi dan terus begitu. ia juga ingin ber’maming’ layaknya kawula muda. Bukan bercumbu di tempat terbuka laykanya remaja masa kini yang katanya trendy atau pergi ke tempat dimana terdapat label ‘discount UP to 70%’ dimana- mana, tapi ke tempat dimana terdapat angin segar yang bisa mengalirkan butir- butir darah kotor dalam otaknya yang beku karena melulu dipaksa memikirkan ini dan itu.

Ingin rasanya memakan besar- besar ‘sapi kemakmuran’ dan menjilati es krim ‘botol anggur besar’ yang konon lembut dan lezat rasanya. Atau sekadar menjaring bintang di atap rumah yang keesokan harinya akan terjadi kebocoran air hujan karena beberapa gentingnya bergeser. Mencari rasi bintang beruang besar, favoritnya. Hanya itu yang dapat ia temukan dari milyaran bintang yang bertebaran di lautan angkasa raya. Atau hanya bersenandung sumbang la..la…la…di udara malam yang semakin menggila. Mendengar cerita masa lalu yang semakin sayup hingga terbangun oleh sorotan sang surya yang menghantakan bau sitrus dan spora.

Tak mengapa jika harus kembali ke kotak karena malam itu miliknya.

0 comments:

Post a Comment