Sunday 24 October 2010

At The Seashore

‘Simpan saja’ dari Ecoutez sedang mengalun merdu di telinga gue yang sebelah kanan. Yah tau sendiri di postingan sebelumnya gue telah menyebutkan kerusakan fatal headset yang sebelah kiri. Gue sebenernya lagi ngerjain tugas mingguan gue ini, summary, summary, and summary. Dan stagnant!Akh sarirapet! Entah kenapa malam ini gue lagi pengen yang menyeng- menyeng, yang mendayu- dayu bencong gimana gitu. Setelah gue sadar, ini malam minggu. Apa karena itu? tidak ada korelasinya gue rasa antara lagu cinta dan malam minggu. Lagu cinta bisa kita nikmati kapan saja, ya toh?
Yup, kembali ke ‘simpan saja’. Ketika petikan gitar apik sebagai intro lagunya menggelitik, seketika itu pula bayangan akan kenangan gue dan teman- teman SMA pun terbayang seperti lembaran putih besar sekali, diisi oleh kalon- lakon andal sesuai dengan karakter yang alami. Scene ketika kita berlibur bersama di sebuah villa ‘unik’ di Anyer pun dimulai. Ketika itu kita sangat gembira jungkir balik karena liburan kenaikan kelas sudah di depan mata dan rencana untuk berlibur pun akan segera terlaksana. Tidak ikut semua memang, hanya setengah dari seluruh jumlah kelas. Entah kenapa mereka tidak tertarik untuk ikut. Gue yang emang pengen banget ngeliat proses matahari terbenam, sangat amat antusias mengikuti liburan ini. Itu impian gue. Melihat sunset sambil makan es krim. Masalah es krim wawlallahu alam gue juga gak ngerti kenapa es krim yang didaulat untuk mimpi gue waktu itu. Es kelapa muda lebih cocok gue rasa. Lebih kena konteksnya.
Kenatusiasan gue terlihat dari beberapa hari sebelum keberangkatan kita ke villa. Dari pas UAS pula, apalagi uas terakhir, roman- romannya itu udara laut dan bau pasir yang asin udah kecium sama gue. Ahh, pokokna mah gue sangat siap untuk ngobrak- ngabrik itu laut. Inget banget waktu itu juga ada perhelatan besar selain hajatan tetangga gue yang dua hari dua malem, yaitu Piala Dunia 2006. Dan sebagian besar pertandingan gue tonton, gak penting negara manapun. Gue tonton hampir semuanya. Apalagi inggris. Aduh, udah lah gue jadi parno kalo ngebahas kekalahan Inggris atas Portugal dengan adu penalti itu. Gak akan gue lupa, gue sampe nelfon temen gue dini hari pagi- pagi buta dan nangis kejer di kamar gara- gara inggris kalah. Dan malang sekali temen gue yang ngebela Portugal, abis gue caci maki dan akhirnya kita berantem, sempet diem- dieman juga. Mungkin karena itu pula, masuk angin gue berakumulasi gara- gara begadang nonton pidun. Dan parahnya berimbas pada liburan yang gue idam- idamkan itu. Sehari sebelum dan hari keberangkatan gue jatuh sakit. Ngedrop abis. Tapi tekad sudah bulad, gue gak akan pantang mundur pergi ke pantai. Sebelum berangkatnya pun, gue sempet muntah- muntah dulu. Tapi, gue bersikeras. Yeahhh!!!
Berangkatlah gue ke sekolah, loh kok ke sekolah kak? Iya karena tempat berkumpulnya disitu. Gue berangkat bersama seorang teman setia yang gelonya sama ama gue, Arien. Di jalan, gue was- was wes wos, gue mikir “Wah, ini mah gak bakal seru, guenya aja sakit!”. Liburan yang gue tunggu- tunggu ternyata buruk jadinya. Saat itu, gue bertanya- tanya, “Kenapa ya Allah, kenapa ini saat aku ingin liburan yang aku tunggu- tunggu. Kenapa Kau beri hamba-Mu ini sakit. Kenapa ya Allah, tolong Baim ya Allah!”. (Eh, waktu itu belom ada Baim yah). Setelah kumpul semua kita pun berangkat beserta seperangkat alat perang yang telah dipersiapkan.
Kita bawa sekarung jagung manis, dan 2 ekor ayam buat dibakar. Kirain gue, ayamnya udah dibumbuin dan udah siap buat dibakar dan yang jelas udah mati. Ternyata, ayamnya masih idup sodara- sodara. Dan anda tau, itu ayamnya ayam apa? Jago dan Betina! Gue bilang, “ngapain dibawa idup- idup? Dan kenapa juga ayam jago kan daginya alot!” Temen gue yang logat bicaranya emang mirip Julia Perez bilang, “Mereka kan pengen sehidup semati, cuy!” agak mendesah sih ngomongnya. Gue jawab, “Hih najis!”. Dan anda tau, kita juga ternyata lupa bawa piso (pisau).jeng..jeng..jeng.. Hey, terus itu gimana buat motong ayamnya!! Anak- anak lain juga pada kebingungan dan yang lebih bingung kita sudah berada di tengah- tengah jalan tol! Terus cara matiinya gimana? Dilindes? Atau digigit hiu dulu? Bingung. Sang ketua kelas yang bijaksana menenangkan, “Udah, udah tenang aja..ini mah urusan saya!”. Oh baguslah.
Setelah diskusi mengenai ayam sialan itu selesai, gue pun menikmati perjalanan di sore hari itu. Sepanjang jalan gue nyanyi terus sama Naning, lagu dari album No.1 Hits Prambors pun jadi andalan ngiringin perjalanan kita. Yang lain ngapain kak? Gue pengen ketawa kalo inget ini, cuma sebagian yang tidur, sisanya pada pengen muntah..haha..entah kenapa. Jadi yang petakilan nyanyi- nyanyi gak jelas sepanjang jalan cuma gue doank, naning juga ujung- ujungnya diem dan tidur. Sesampai di villa, kita agak kaget sih villanya gak sesuai dengan dengan apa yang ada di benak kita sebelumnya (baca: gak bagus- bagus amat). Temen gue yang tadi komentar tentang ayam, berujar bercanda, “jadi, ini villanya?”. Gue sih diem aja. Arien kegirangan liat ayunan, “Asyik, ada ayunan!”. Dijawab sama temen gue yang tadi, “Eh, itu kan tempatnya KTLK..!” Gue menanggapi, “Huss jangan ngomong sembarangan!”. Pas turun dari mobil, temen- temen gue pada nyari tempat buat mencurahkan maboknya itu. Dan seketika itu pula, gue sadar hey gue udah sembuh, sama sekali gak merasakan sakit yang tadi gue rasakan sebelum bernagkat ke sini. Emang pengobatan lewat emosional itu lebih mujarab daripada lewat obat- obat fisik.
Gue langsung naro barang- barang berganti baju dan pergi ke pesisir pantai. Arien pun menyusul gue. Ternyata Yayan dan Diky udah berada di sana mendahului kita. Yang lain kemana kak? Akh gak tau gue. Yang jelas masih pada mabok perjalanan dan beres- beres mungkin. Yang penting gue mau liat sunset! Gak mau tau!!! Waktu itu sunsetnya masih tinggi dan kita pun balik ke villa. Ternyata, temen- temen gue lagi pada makan. Sialan! Woy, bagian gue mana? Gue dan Arien Cuma dapet sisa- sisa. Nasip..nasip. Setelah selesai makan, anak- anak pun ngajakin ke pesisir lagi. Yup, inti dari berlibur itu adalah melihat sunset bersama. Ternyat lah belum mengizinkan. Seketika mendung, dan sunsetnya pun tertutup awan dan kabut. Sekali- kali terlihat hanya berwarna pink. Tragis. Sedih banget gue. Tapi, gak apa- apa lah mungkin di lain kesempatan. Kebengongan gue pun tersadarkan oleh cipratan air laut dari temen gue yang tidak sopan itu. hey, you!!!
Malamnya kita isi dengan makan ayam bakar, bakar jagung, nonton piala dunia,dan maen truth or dare. Lah kok bisa? Itu gimana matinya kak? Ketua kelas kita emang ajip. Dia minta tolong ke penjaga villa yang kita tempati untuk mengolah ayam tersebut. Kita mah tinggal tau makan aja..haha..Dan gak seberuntung itu juga. Ternyata ayamnya alot sodara- sodara, benar kana pa kata gue. Ra po po…itu bukan masalah besar. Disana juga tersedia kolam air panas dan beberapa balkon untuk santai. Kita udah gak tertarik untuk menonton piala dunia, selain karena cuma ada tiga channel, juga cuma ada tiga warna di tv itu. Sangat sulit untuk membedakan mana Tim Itali mana yang Australia. Cuma terlihat orang- orang mini berlarian berwarna hijau, merah, dan hitam. Kita memilih menikmati jagung bakar air garam sambil mencelupkan kaki kita di kolam air panas yang maknyoss itu. Haah..nikmatnya. Kenapa air garam? Selain gak bawa piso, kita juga lupa buat bawa margarine buat bakar jagung. Sangat random! Temen gue yang jangkung, Diky pun berinisiatif untuk mencapur garam dengan air dan membubuhkan campuran tersebut di seluruh tubuh jangung dengan alat daun jagung itu sendiri. Ck..ck..ck..jenius. Gue rasa dia pantas mendapat penghargaan Nobel untuk ide yang menakjubkan ini. Keceriaan kita juga dilengkapi dengan adegan dua temen kita yang kecebur ke kolam itu. Salah satu dari mereka gak bawa celana ganti. Alhasil, sarunglah dia pake. Bodohnya, pas mau duduk, dia singkap sarung itu. Dengan tidak berdosa, gue dan Arien menyaksikan kepornografian temen gue yang dihasilkan oleh dirinya sendiri itu. Pantat putih mulus pun tak terlekkan terpampang di depan kita walaupun cuma beberapa detik. Mudah- mudahan kita tidak berdosa, kita tidak sengaja. Oia temen kita yang kecebur itu 22nya cowok.
Setelah kenyang, Yayan (The front man: sok..sokan ketua penyelenggara) meminta kita untuk berkumpul di balkon tengah buat ngobrol- ngobrol dan bermain permainan seru. Naning mengusulkan untuk bermain Truth or Dare yang diinspirasikan dari novel Phillo Phobia. Intinya, pilih jujur (Truth) atau tantangan (Dare). Kebanyakan dari kita pilih truth karena mereka sangat takut untuk ditantang ini itu. Resikonya truth yah itu, lo harus sejujur- jujurnya bilang apapun pertanyaan yang dikasih oleh temen lo. Ternyata, ada yang ngaku kalo salah satu dari temen gue, suka sama si Diky…hahahah…ngakak gue. Gitar pun diputar, kita menunggu, kepada siapa dia berhenti. Setelah beberapa temen gue kena yang ngaku suka sama si ini lah, atau pernah begini lah. Akhirnya gue kena juga. My Gosh!!! Gue bersikeras gak mau jawab pertanyaan itu, tidak!!! “Kenapa lo nanya itu?” Gue berujar ke si pelempar pertanyaan. Setelah didesak secara paksa, gue jawab juga itu pertanyaan. Aduh ketahuan deh!
Kita gak mau melewati malam itu dengan tidur saja. Kita berkumpul di kamar yang buat cowok. Ada tiga kamar. Buat cowok 1, dan cewek 2. Playstation jadi pilihan kita waktu itu. Ada dua temen gue yang luntang- lantung nyari makanan mulu. Haduuuhh…Sebelum ketiduran disitu, kita langsung pindah ke kamar masing- masing. Entah jam berapa, Arien ngigo. Dan ngigonya aneh. Dia cerita kalo dia ngigo didatengin Nyi Roro Kidul. Hmmm gue cuma bisa manggut- manggut.
Besok pagi pukul 5 dini hari kita udah pada sarapan pop mie. Sumpah entah kenapa rasa lapar sangat kuat di sana. Bukan cuma gue yang ngerasain, semuanya juga merasa seperti itu. Hari mulai terang, kita pergi ke pesisir pantai sambil membawa bola. Dan udara pantai di pagi hari itu sangan sejuk….ditambah ada pemandangan kapal yang baru pulang, entah dari mana dan awan jingga diterpa sinar mentari pagi. Sangat indah. Subhanallah. Ingin rasanya gue nyebur dan berenang.
Pulang dari pantai, gue berendam di kolam air panas dan mandi. Gak kerasa hari udah mulai siang dan mobil yang kemaren mengantar kita belum ada tanda- tanda akan datang. Dan gue mengantuk. Tertidur lelap dan terbangun oleh tragedi temen gue yang kecipratan minyak panas pas lagi goreng cireng. Aduh kenapa lagi ini. Karena gue dan yang lain laper dan kehabisan makanan, begitu melihat sekotak wafer coklat langsung diambil dan disantap beramai- ramai. Abisan, gue teriak- teriak ini punya siapa gak ada yang jawab. Didukung dengan ujaran diky, “udah makan aja!”. Ternyata si empunya wafer itu marah- marah. Sorry..sorry…sorry bray.
Karena terinsiprasi film yang menanyangkan kalo air laut itu berkhasiat, maka luka bakar temen gue yang gak parah- parah amat itu dibawa ke laut dan sedikit demi sedikit air laut dibasuhkannya ke luka dimana itu berada. Mau tau kondisi laut pada hari itu di siang hari? Wowwww…..lagi- lagi Maha Suci Allah gue lontarkan…cuma ada biru membentang sejauh mata memandang. Bersih dan jernih! Hasrat gue pengen nyebur pun membabi buta, akhirnya cuma kaki gue doank yang nyebur. Setelah bermain mencari kerang dan hewan laut lainnya, tidak terasa senja pun datang menjelang dan mobil pun teleh menjemput . Enggan buat gue untuk meninggalkan tempat ini. Enggan bagi gue untuk meninggalkan pantai, matahari terbenam, ombak, dan angin laut yang selalu memberikan kesejukan. Enggan buat gue untuk mengakhiri kebersamaan yang tak mungkin terulang sama persis seperti ini. Deru roda mobil membawa kita pulang ke rumah masing- masing. Ini merupakan liburan yang terbaik selama hidup gue, entah apa ada yang terbaik dari ini? Semoga ini bukan yang terakhir. Alunan lagu “Tenderly” (lupa penyanyinya siapa) pun menemani perjalanan pulang kita.


"Beautiful Sunday, tell me why somebody makes six other days.
Beautiful Sunday, now I understand why the people pray
I want to lay down the grass, to watch the sunrise to the max
And gaze the nature and birds, to feel true power of earth
Beautiful Sunday, please keep lazy to the next day
Beautiful Sunday, shinny or not, you’re still my sunny day.
I want to be the stroller on the beach
And lose the power of speech
And listen to the ocean sound
That makes me forget those from town"

One of our favorite songs in no.1 HITS Prambors.

0 comments:

Post a Comment