Saturday 4 December 2010

The Journey Has Begun!

Ketika ditanya cita- citanya apa waktu SMA, dijidat gue selalu tertulis, “Gue pengen ke luar negeri!” dan itu terulang terus- menerus ketika ada yang menanyakan, “Lo pengen gawe dimana? Jadi apa?”. Alhasan, gue selalu menyempatkan diri pergi ke perpus membuka Ensiklopedi tentang Negara- Negara di dunia, terutama Amerika karena California terdengar begitu indah waktu itu, dan gue tergila- gila dengan pantai di sana membuat gue ingin berkeliling bersepda dan membeli hotdog di pinggir jalan pesisir pantai. Ini juga yang memotivasi gue untuk lebih banyak menonton film luar negeri, selain karena ceritanya jauh dari episode berkepanjangan, juga karena latar atau settingnya yang bikin gue berimajinasi setelah melihat itu. “Gue pengen kesana, pengen kuliah di sana, pengen menetap di sana untuk beberapa hari, minggu, bahkan tahun!”
Gue tidak menganggap cita- cita ini adalah hanya angin lalu dan kemudian gue lupa. Tentu tidak, anak saya minum combantrin. Gue mencoba mencari celah kerjaan apa yang memungkinkan gue bisa mobile ke sana kemari, ke luar negeri, berpetualang mengelilingi dunia. Nah, itu dia berpetualang! Selidik punya selidik ternyata kalo kita ngambil jurusan HI (Hubungan Internasional), kita bisa kerja di Departemen Luar Negeri (Deplu) dan otomatis kita bisa berkeliling dunia dengan dalih urusan kantor dan pastinya dibayarin kantor, sambil menyelam minum air. Cerdas! Sayang seribu sayang, orang tua mengancam gue kalo gak kuliah ke jurusan pilihan mereka. Sangat sulit sekali! Pernah nekat, ikutan SMUP UNPAD, yang namanya gak ada restu, jadi lenyap saja, dengan kata lain gak keterima.
Tapi kuliah di jurusan HI bukan satu- satunya jalan menuju Roma, Budapest, Kopenhagen, dan lainnya kok, masih banyak celah menuju ke sana. Gue tidak menyesali kuliah yang gue ambil sekarang dibidang pendidikan atau singkatnya guru. Kesempatan dan peluang ada di depan mata. Semua ini bangkit kembali berkat buku sialan Travelers’ Tale. Buku itu beneran sialan, gokil, gila, cerdas, bikin emosi naik turun, napas kembang kempis….akkkhhhrrr…damn you all Aditya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidayat, dan Ninit Yunita. Sukses berat bikin gue terpingkal- pingkal gara- gara Jusuf, terbawa arus mellow Retno, Ikut- ikutan ribet dan konyol gara- gara Farah, dan dibikin penasaran oleh Francis. Mungkin bagi lo yang belom baca berpikir ini buku panduan berwisata, bukan novel sama seperti gue ketika Agung memperkenalkan buku ini waktu gue di rumah sakit demi mengusir rasa bosan ditemenin infuse mulu gak abis- abis.
Mungkin bagi cewek- cewek, Francis merupakan sosok sempurna dan patut untuk di-elu-elukan..elu…elu..elu. Tapi, Jusuf Hassanudin lebih memesona bagi gue. Kalo aja ada Jusuf di dunia nyata ini, aku ingin kenal dengannya. Dia terlihat ganteng dengan ketololannya. Flying cow, grass landing, Rino tusk, Lauk, ah segala lah bikin gue penasaran ada gak yah orang kayak gitu.
Gue berjanji kepada diri gue akan mengelilingi dunia, mungkin gak jauh- jauh dulu kayak ke Subang (WHATS???) Yup, FYI, tadi gue abis ke Subang ke resepsi pernikahan temen gue dan nyasar aja. Ternyata rumah doi nun jauh di sana. OH MY GOD!!! Skip dulu cerita subangnya. Mungkin itu first step gue, sebelum ke Bali, Lombok, dan Senegal (gak ngerti kenapa gue menempatkan Negara itu, padahal Negara itu kan doyan banget perang sodara). Gue harus kumpulin duit, setidaknya buat beli ransel, cabin bag, folding bike, bikin visa, passport, aduuuh berasa mah ya mau terbang besok. Haha menggebu-gebu. Tenang ini bukan napsu sesaat kok. Kenapa sih kak pengen banget berkelana? Jawabannya adalah coba lihat langit di atas sana, sama- sama biru kan? Tapi gue ingin melihat langit di tempat gue berpijak yang berbeda. Dengan begitu, langit bisa saja jingga, nila, atau lembayung bukan hanya biru.

0 comments:

Post a Comment