Saturday 26 February 2011

He Said "Ibu Guru."

Sebenernya hari ini gue lagi gak enak badan gara- gara kecapean gak tidur ngejar proposal skripsi. Tapi, yah hasrat untuk menulis tinggi banget. Sekarang gue gak bisa mungkirin lagi kalo menulis adalah my best escape buat semua masalah- masalah yang ada. Gue belom cerita yah kalo minggu- minggu ini gue mulai untuk praktek mengajar di SMA (disebutin gak yah hehe), yah pokoknya di salah satu SMA di Bandung yang berlokasi di jalan Ir. H. Juanda, depan Burger Rocks hah sama aja ini mah, pasti bisa nebak haha. Katanya itu adalah salah satu sekolah terfavorit di Bandung. Salah satu personel vocal group aja yang katanya berisikan tujuh pria bertalenta itu yang lagi happening gillla (baca ala alay, huruf 'L' nya Qalqalah Qubro), sekolah disitu. Hiddih, sungguh sangat tidak penting sodara- sodara! Sekolahnya memang bagus, peraturannya juga lumayan ketat, tapi kalah ketat kok sama bajunya Bang Saipul Jamil.

Awal- awal sih masih kaget harus bangun jam 4 karena jam 6.45 harus udah di sekolah. Dan sodara- sodara, akhirnya gue upacara lagi setelah kira- kira 2 atau 3 tahun tidak melakukan kegiatan rutin di senin pagi itu. Gue dapet kelas XI IPS 2. Gak jauh- jauh dari stereotype anak- anak IPS yang rata- rata berisik dan susah di atur. Tapi, yang ini gue rasa wajar- wajar aja, mereka memang agak susah untuk diajak serius, mereka pengennya suasana belajar yang nyantai. Gue ngajar senin dan selasa, kamis gue piket. Entah kenapa gue didaulat jadi PJ (Penanggung Jawab) piket hari kamis, padahal gue bisa apa dan anak cowok juga banyak, kenapa gue yang dipilih, agak bĂȘte sih. Tapi yaudahlah, take this chance and prove them all that I can do this challenge *sungut berapi-api Awalnya gue megang ekskul Angklung tapi karena Meta (temen PLP, ngajar bahasa jepang) pengen jadwal hari sabtu karena hari jumatnya dia bimbingan skripsi, tukeran deh ama gue yang katanya jadwal ekskul Hiji (Jurnalistik) hari jumat. Alhasil gue megang ekskul Jurnalistik itu. Wow, jurnalistik, gue sangat tertarik dengan bidang ini sebetulnya. Kemaren juga udah ngobrol- ngobrol dengan ketua ekskulnya. Dan strereotype pun kembali terbangun, rata- rata sama tau tipenya anak- anak atau ketua mading, jurnalistik atau apa lah yang berhubungan dengan kewartawanan. Tipenya mirip haha. Kayak temen SMA gue si Naning yang dulunya juga megang ekskul mading haha. So far, this runs so well. *backsound: "You know me so weeellll" Gue mulai mengikuti ritme pekejaan gue yang ini. Memang, semua butuh pembiasaan. Semoga seterusnya lebih baik lagi, aminn.

Melihat murid- murid gue senang adalah salah satu hal yang berharga dan gue impi- impikan, terlepas dari gue benci mengajar. Yah, memang gue masih tidak bisa menerima kalo gue ini teacher to be. Tapi, ketika gue melihat mereka tertawa, senang, apalagi senang belajar bahasa inggris, semua itu bikin hati gue memuncak bahagia. Mendengar mereka menyapa “Hallo Ibuuuu…” atau “Dadah Ibu…”. Jadi inget Tata, anak murid di tempat kursus gue dulu yang selalu menyapa “Kak Juwitaaaa…”. Itu tuh hal kecil yang bisa bikin mood gue back on the track tau gak. Cobain deh mengajar hehe. Mengajar itu sebenernya menarik hanya perangkat- perangkatnya saja yang bikin ribet. Harus menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), baju formal, sepatu ketak- ketok, ahh ribet. Gue gak terlalu suka atribut- atribut seperti itu yang bisa membentuk jarak dan hirarki yang tak terlihat. Tapi mau gimana lagi, terima aja lah. Semoga gue bisa menjalani ini dengan baik sampai bulan Juni nanti amiiin.

*PLP: Program Latihan Profesi, Guru PLP, Guru Program Latihan Profesi. Hallahh

0 comments:

Post a Comment