Monday 14 February 2011

Plagued

Kali ini saya benar- benar merasa menjadi orang paling bodoh sedunia! Yang cuma bisa menyesal atas apa yang telah terjadi. Apa coba? Bodoh sekali saya hanya demi satu hal saya relakan untuk menunda hal yang saya dambakan. Satu hal yang belum pasti, satu hal yang payah, satu hal yang FUCK! Seharusnya dari awal saya sadar akan semua ini. Kenapa ini selalu terjadi dengan saya? Keledai saja tidak pernah mau jatuh ke lubang yang sama? Saya berkali- kali terjebak kedalamnya. Kalau bukan bodoh apalagi namanya? Kali ini saya benar- benar membenci diri saya, mengutuk sumpah serapah ke dalam diri saya secara bertubi- tubi.

Jangan sebut- sebut “rumah”, “pulang” atau kata yang maknanya tertuju kesitu. Saya akan mengutuk siapapun itu. Sensitivitas sedang merasuki diri saya seutuhnya. Jadi kalau anda marah, saya juga tidak akan bertanggung jawab atas hal tersebut. Terlebih beberapa potongan pesan yang membuat saya berontak.

“Belum pulang? Parah!”
“Kemaren- kemaren lu ngapain aje?”
“Kirain kemaren pulang?”

Saya yakin anda menganggap saya “lebai’ atau “sepele” tapi yang tau perasaan saya ya saya sendiri. Belum pernah saya separah ini. Bahkan buku yang didaulat sebagai “the best escape” pun tidak bisa me-recover perasaan ini. Belum pernah saya membuang-buang tenaga menangis lama begini. Saya kangen sekali dengan keluarga saya. Masa bodoh teman- teman saya mau menganggap saya lebai, eksplisit atau apa namanya. They don’t know what I feel. They never know.

Written in January 26, 2011 at 22:00 p.m when I’m fully tortured.

0 comments:

Post a Comment